Intro - The Discovery

818 116 40
                                        

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

SEBUAH kastil penginapan menjulang bagai bangkai kemegahan di tengah-tengah bumi yang hendak binasa. Dua menara yang berdiri menjepit kedua sisi kastil mengingatkan mereka pada sebuah dongeng istana raja agung pada masa lampau, yang di masa sekarang telah digerus habis oleh wabah sehingga hanya menyisakan versi buruknya saja; bangunan kastil yang dekil, angker, seperdelapan dari bangunannya dilapisi lumut hijau dan tanaman rambat yang liar.

Oh, ini jelas mimpi konyol di siang bolong. Sang sersan perempuan yang berdiri di tengah-tengah mereka telah menekankan kalimat itu untuk kedua kalinya.

Namun, bukankah dunia selama ini tak pernah berhenti memberi otak mereka kekacauan? Jadi, kekonyolan ini barangkali adalah kenyataan yang sesungguhnya―kegilaan yang baru.

"Ini benar-benar gila. Sebuah kastil penginapan di tengah hutan," kata seorang pria yang bertubuh paling bongsor, berdiri mengapit sang sersan yang bertubuh kecil seolah-olah dia hendak menggerusnya dengan sepatu. "Kita taruhan, Heaven. Di dalam sana ada seorang putri tidur yang kamarnya dijaga oleh seonggok daging busuk bernama monster Kureiji."

"Tutup mulutmu, Finn. Kita sedang bertugas," kata Heaven nyaris berbisik. Matanya yang berwarna zaitun menatap nyalang pada bagian atap menara yang dihinggapi burung gagak. Binatang itu kelihatan mengintai kaki bumi seolah menunggu saat-saat anggota regu ambruk dan menjadi bangkai.

Langit cerah tak berawan, berwarna biru terang. Sisa-sisa badai musim dingin yang mengamuk beberapa pekan lalu telah lenyap, terganti dengan matahari yang rendah di kaki langit. Sinarnya melukis batang pohon di antara mereka dengan warna emas gemerlapan. Pemandangan yang cukup indah untuk mati bersama enam anggota regu prajurit dan menjadi bangkai.

Namun, itu semua tak akan terjadi.

Sebab Heaven melarang mereka untuk mati.

"Semuanya, dengarkan aku," kata Heaven yang berputar menghadap regunya. Gadis itu berdiri merapat di batang pohon raksasa, berusaha bersembunyi dari potensi marabahaya yang bersemayam di kastil. "Kemungkinan besar, tempat itu adalah sarang monster. Meskipun kita mendapat berita bahwa para makhluk ganas keparat itu telah pergi jauh, belum tentu di dalam sana aman."

"Bisa saja di dalamnya ada bayi monster," kata Finn. Dua orang dari regu mereka terkekeh, tetapi Heaven tak menggubrisnya.

"Lima orang masuk ke sana, dua orang sisanya menunggu di sini," perintah sang sersan.

"Bagus. Aku ikut rombongan mati pertama," kata Finn, lalu mengokang senapannya dengan bunyi derak logam yang tajam. Semua orang melakukan hal yang sama pada senjatanya masing-masing. Latihan pagi dan siang membuat mereka menjadi robot prajurit yang terlatih; kalem dan tenang di segala situasi.

Heaven memberi isyarat agar mereka semua berjalan di belakangnya. Pada embusan napas ketiga, barisan regu tentara itu telah kembali maju. Dua orang paling belakang secara otomatis memisahkan diri dari rombongan dan berpencar ke sudut pekarangan terjauh, sementara Heaven memimpin gerakan ke mulut kastil.

𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang