BACA SEASON 1 DULU YANG BERJUDUL THE LEFTOVERS
⭐ TERSEDIA LENGKAP DI WATTPAD ⭐
-oOo-
Semenjak rombongan monster Kureiji menyingkir dari wilayah perkotaan, mereka menemukan satu masalah baru yang harus ditangani. Tak mau masalah ini larut dalam kekac...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-oOo-
TRIK tanpa terdeteksi. Bagi Claude itu kedengaran konyol. Nathaniel bukan menyetel ulang perangkat itu, melainkan merusaknya.
"Kau yakin ini akan berhasil?" Claude bertanya tanpa repot-repot menyembunyikan keraguannya. Dia menyambar perangkat pendeteksi versi baru itu dari atas kasur, menatapnya dengan sorot skeptis alih-alih yakin. "Kelihatan tidak berbeda dari yang lama."
Selagi Nathaniel memasukkan kembali peralatannya ke dalam tas kecil, dia membalas dengan nada tersinggung, "Kau mengharapkan alat ini berubah menjadi radio? Aku hanya mengubah komponen di dalamnya, bukan memperbarui bentuknya." Lalu pria itu bangkit dan merebut alat itu dari Claude, memamerkan hasil pekerjaannya ke seluruh kawan-kawan yang sejak satu jam lalu berdiam di ruangan itu, "Kuingatkan lagi," kata Nathaniel, "Alat ini mulanya memancarkan cahaya yang menunjukkan status kesehatan kita. Cahaya hijau artinya bersih, dan cahaya merah artinya―"
"Terinfeksi," Heaven membalas.
"Tidak," kata Claude. "Perkasa."
Gareth menahan semburan tawa, sementara Isaac bersiul sambil memamerkan otot bisepnya yang tersembunyi di balik sweater kebesaran. Heaven hanya menggeleng, merasa pria-pria monster ini tengilnya setengah mati melebihi anak-anak badung yang suka membuat grafiti mesum di tembok-tembok kamar mandi. Euros menonton reaksi itu dan menyahuti dengan tanggapan paling waras dari semuanya, "Perkasa paling tolol."
Nathaniel menggeleng tak peduli dan mendekatkan alat itu di telinganya. Dia menekan tombol, lalu seketika muncul garis cahaya hijau di seputar tabung perangkat. Sesudahnya, alat itu dijauhkan.
Nathaniel berujar, "Tentu saja hijau kalau kupakai. Sekarang kita coba ke monster asli." Lalu tanpa menunggu jawaban, Nathaniel menghampiri Claude yang berdiri kaku di dekat meja dan tanpa aba-aba langsung mendekatkan alat itu di telinganya. Claude nyaris berkedip untuk mengantisipasi gelombang menyakitkan itu merobek gendang telinganya lagi, tetapi setelah beberapa detik, dia tidak merasakan apa-apa.
"Hijau," celetuk Heaven, menatap terpesona pada cahaya hijau yang bersinar melewati kisi panel logam. Semua orang di ruangan bereaksi sama. Claude mengernyit―terbasuh antara bingung dan senang, lalu memeriksa alat itu dan bertanya serius, "Kau merusaknya?"
"Sial. Sudah kubilang ini namanya sabotase," kata Nathan yang jengkel dengan ucapan Claude, kemudian dia menjelaskan apa yang harus Claude lakukan dengan alat itu.
Semua orang mencoba alat itu satu per satu dan hasilnya sama. Tidak ada cahaya merah yang menunjukkan tanda infeksi. Nathan telah mempreteli komponennya sedemikian rupa dan membuat alat itu tidak bisa menghasilkan spektrum gelombang yang melumpuhkan monster.
"Kerja bagus untuk mantan sersan sepertimu," kata Isaac. "Sebelum menjadi prajurit kau bekerja di mana?"
"Pabrik pembuatan microwave," Gareth yang menjawab. Semua orang menatap Nathan dengan ekspresi ganjil―seolah-olah pekerjaan itu tidak cocok dengannya, tetapi Gareth mengoceh lebih banyak, "Dia ini fisikawan yang cerdas, walau agak ceroboh. Sebelum bergabung di militer, Nathan dipecat dengan tidak hormat karena meledakkan microwafe dan tidak mampu membayar ganti rugi."