BACA SEASON 1 DULU YANG BERJUDUL THE LEFTOVERS
⭐ TERSEDIA LENGKAP DI WATTPAD ⭐
-oOo-
Semenjak rombongan monster Kureiji menyingkir dari wilayah perkotaan, mereka menemukan satu masalah baru yang harus ditangani. Tak mau masalah ini larut dalam kekac...
Penyuka fantasy romance mungkin bakal menemukan trope favoritnya di chapter kali ini.
Enjoy, guys.
Please comment anything about this chapter later!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-oOo-
DOMEHALL porak-poranda.
"Apa maksudnya porak-poranda?"
Mata Heaven merah, seperti menahan ledakan tangis atau amarah. Karena suatu sebab, beberapa menit lalu Heaven hampir menyasar Winter seperti rubah liar yang kusurupan. Claude berhasil menenangkan wanita itu, mendesaknya tentang apa yang terjadi, tetapi Heaven menepisnya dan dalam sekejap kesadarannya kembali, seperti disihir. Wanita itu mengangkat dagunya dengan gemetar, lalu meminta Winter untuk menjelaskan perkara apa yang melanda tempat ini beberapa minggu lalu.
Winter menceritakan tentang betapa masif gelombang ketakutan menyergap semua penduduk melarat yang berlindung di Domehall, sehingga banyak di antara mereka yang terguncang hingga nyaris gila.
"Mereka datang," kisahnya dengan ekspresi dibanjiri kepanikan. "Janeth dan dua belas pasukannya berhasil melewati kabin penjagaan tanpa tes, lantaran mereka mengaku sebagai aparat keamanan. Mereka berpakaian seperti prajurit Forbs, memanggul senjata di punggung, dan berperawakan bugar. Siapa yang menyangka kalau mereka akan berubah menjadi makhluk buas dan berorasi di tempat ini untuk mengumpulkan kroni?"
"Mengumpulkan kroni?" Alis Claude berkedut curiga.
"Dia ingin membentuk angkatan prajurit baru yang tidak tertandingi," balas Winter. Lengannya yang kurus bergerak-gerak di udara, sementara suaranya terliputi oleh ekstasi trauma. "Dia mengajak orang-orang, terutama para wanita dan anak-anak, untuk bergabung ke kelompoknya. Sebagian besar di antara kami berusaha melawan, tetapi jumlah mereka terlalu banyak. Senjata kami dirampas dan dirusak. Hanya tersisa sedikit ...."
Kemudian Winter berpaling menatap tombak-tombak buatan para pria Domehall, yang diyakini Claude adalah senjata modifikasi dari peretelan senapan dan pecahan pisau. Salah satu tombak itu masih ada dalam cengkeraman Euros.
"Apa mereka berhasil mengumpulkan orang?" Heaven bertanya menyelidik.
"Ya, mereka membawa paksa empat wanita dan dua bocah laki-laki di antara kami."
"Keparat!" Claude menyumpah serapah sambil meninju udara kosong.Di titik itu Claude terhenyak, resah luar biasa karena terlambat menyadari pergerakan Janeth. Dia berpaling menatap ketiga kawan yang berdiri di dekatnya, kemudian kembali lagi pada Winter, "Kau punya pendapat tentang apa yang hendak dia lakukan?"
"Dia tidak mengatakan apa-apa. Hanya merebut beberapa di antara kami dan pergi. Sepertinya tujuan awalnya kemari memang untuk mengumpulkan wanita dan anak-anak." Suaranya pecah menjadi nada keluhan ketika Winter menengok salah satu kawannya, yang mengenakan kalung dari gigi-gigi taring dan menatap masam gerombolan Claude, seolah siap menghancurkan rahang mereka sewaktu-waktu, "Istrinya Jasper juga diambil," lanjut Winter. "Ini merupakan duka mendalam baginya. Iya, kan, Jasper?"