Part 6 ✔️

3.4K 109 0
                                    

🌷🌷🌷

Tepat selesai adzan magrib berkumandang, beberapa jam di perjalanan, akhirnya mobil yang ditumpangi oleh hafis dan Jihan sampai di pelataran pesantren. Setelah mobil berhenti, Hafis menoleh ke jok belakang dan melihat istri mudanya itu masih tidur nyenyak setelah kembali mabuk perjalanan beberapa kali.

"Seperti nya Ning Jihan kelelahan Gus. Lebih baik Gus bawa ke dalam saja. Jangan membangunkan dia." Ucapnya.

Hafis hanya mengangguk, namun saat dia ingin menggendongnya keluar mobil malah Jihan terbangun.

"Eh... Sudah sampai ? ...."tanyanya masih berusaha untuk sadar karena masih ada rasa pusing saat diri tadi bangun secara mendadak. Hafis membantu memapah Jihan keluar mobil karena gadis itu berjalan sempoyongan.

"Ayo saya bantu." Ucapnya. Tapi Jihan menggeleng. Dan langsung menepis tangan hafiz, pria itu menyadari jika istrinya mudanya itu marah padanya. Pria itu hanya bisa menghelah nafas pasrah, sedangkan Cakra tersenyum melihat hafiz yang terlihat frustasi ketika Jihan merah padanya.

"Gak perlu!! " ucapnya ketus, walaupun sebenarnya badannya masih lemas bahkan untuk berjalan saja rasanya sudah berputar putar. Tapi mengingat perlakuan hafis yang membentaknya tadi membuatnya kesal.

Karena itu Jihan mendiaminya dan memilih untuk tidur selama perjalanan walaupun bangun bangun kepalanya jadi pusing. Hafis menyadari nya jika Jihan marah padanya, pria itu merasa bersalah karena sudah keterlaluan.

"Maafkan saya." Ucapnya setelah menyadari sikap Jihan yang terlihat marah padanya. Hafis melihat Jihan mengangguk pelan, kemudian gadis itu menatap sekeliling pesantren dengan tatapan bingung.

"Assalamualaikum Gus, Ning." Ucap salah satu santri.

"Waalaikumsalam." Balas Jihan dan hafis.

"Rumah Ning Jihan sudah siap Gus sudah kami bersihkan semuanya. Barangnya mau saya bawakan langsung kerumah ?." Ucap salah satu santriwati.

Permintaan Jihan mengenai rumah yang terpisah dituruti hafis begitu saja. Bukan tanpa alasan, mungkin gadis itu ingin menjaga privasi rumah tangganya. Tentu hafis akan menuruti nya.

Namun untuk sekarang mereka harus tinggal bersama dulu karena di dhalem tidak ada orang sama sekali selain mereka bertiga karena hafis anak tunggal.

"Tidak perlu mbak. Biar saya bawa sendiri, cukup tunjukan dimana rumahnya saja." Ucap Jihan sambil tersenyum. Namun dengan cepat hafiz menjawab.

"Kami tidak pulang ke rumah dulu. Kita akan ke dhalem dulu mbak. Nanti kalau Abi pulang baru kami pindah. Terimakasih yaa mbak." Ucap hafis buru buru menyela. Membuat Jihan menatapnya, santri itu mengerti maksud hafis langsung mengangguk dan pergi meninggalkan mereka.

Mereka berdua langsung menuju dhalem diikuti Jihan mengikutinya tanpa banyak tanya.

"Alhamdulillah. Kalian sudah datang." Ucap Zoya senang. Jihan tersenyum pada wanita baru saja datang dari arah dapur rumah dhalem dan langsung menyalami hafis serta memeluknya.

Hafis tersenyum dan menerima uluran tangan Zoya lalu istrinya itu beralih pada Jihan.

"Kamu Jihan ??." Tanyanya membuat Jihan mengangguk. Zoya tersenyum dan langsung memeluk gadis yang dibawa suaminya itu.

"Iya, Mbak Zoya ??.." ucapnya ragu. Wanita itu mengangguk semangat dan langsung memeluk Jihan dan dibalas oleh gadis itu.

"Masyaallah kamu imut sekali, saya tidak menyangka mas hafiz bisa menikah dengan gadis imut sepertimu heheh" Ucapnya tertawa lalu melihat ke arah suaminya sambil tersenyum.

Terjebak Cinta Gus HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang