Part 22 (Gara gara mobil pik up)☑️

2.3K 101 0
                                    

Pagi ini aku sudah siap dengan untuk ikut dengan rombongan para ustadz ustadzah.  sama seperti mereka aku juga berkumpul di depan rumah dhalem.

Saat ini, kami semua sedang menunggu. Para ustadz terlihat sedang menyusun barang barang yang akan di bawa menuju mobil.

Aku berjalan menghampiri ustadzah yang sudah menunggi para ustadz itu menyusun barang barang nya. Tadi mas hafiz sudah mengajak ku namun aku beralasan akan ikut dengan Abi saja.

Lebih baik aku ikut dengan mereka kan daripada aku menahan cemburu. Dan sepertinya naik mobil pik up sepertinya seru.

"Sudah siap semua ?." Samar samar ku dengar ustadz Cakra pada santri yang membantunya.

"Sudah ustadz. Semua barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil."

"Baiklah kalau begitu kita berangkat. Ning Jihan bisa ikut satu mobil dengan kyai dan Bu nyai ya." Ucapnya namun aku menolak karena aku ingin sekali menikmati udara segar di perjalanan, sama seperti mereka.

"Saya ikut naik mobil pik up saja bersama kalian." Ucapku namun ustadz Cakra menggeleng. Sepertinya pria itu takut namun aku membalasnya dengan tersenyum pada pria itu.

.........~~°~~.......

Cakra tampak tak menyerah untuk membujuk istri gusnya itu. Bagaimana tidak, mereka seharusnya sekarang sudah diperjalanan namun alrena Jihan masih kekeh ingin ikut naik mobil pik up membuat mereka terlambat.

"Tapi Ning." Cakra menatap Jihan takut. Sudah sangat di pastikan sesampai disana pasti dia akan dimarahi Gus hafiz.

seperti mendapatkan izin, dengan senang Jihan naik ke atas mobil dan duduk bersama para ustadzah. Sedangkan Cakra menatap Jihan yang begitu terlihat senang membuatnya tak tega dan akhirnya dia memutuskan untuk segera berangkat.

Namun saat pria itu ingin membuka pintu mobil langkah Cakra terhenti ketika terdengar teriakan sang pemilik pondok yang melihat menantu keduanya  ada di atas mobil pik up.

"Jihan  Kenapa kamu naik mobil itu nak.... ayo ikut Abi saja. " Ucap kyai Ahmad diikuti istrinya umi Zahra yang juga menatap Jihan cemas. Bagaimana jika menantunya itu masuk angin ??

berbeda dengan mertuanya yang menatap Jihan cemas, wanita itu malah tersenyum canggung di balik masker yang dia pakai, dia seperti orang kepergok duduk di atap mobil padahal niat nya hanya ingin menikmati udara segar ketika mobil ini berjalan nanti.

"Iya nak. Nanti kalau masuk angin bagaimana." Bujuk Uma. Namun Jihan dengan tegas menggeleng, wanita itu memang turun tapi niatnya bukan untuk ikut dengan mertuanya. Tapi untuk menghampiri mertuangnya.

Saya ikut pengurus saja ya Uma... Abi.... Jihan mau menikmati perjalanan sambil menikmati udara segar pagi hari. Kalau naik mobil pribadi suka pusing." Ucapnya.

"Tapi nak. Perjalanan jauh, gimana kalau masuk angin." Ucap Uma. Dia berharap menantunya mengerti dan mau ikut dengannya.

"Insyaallah. Jihan sudah baikan kok." Ucapnya.

"Baiklah. Tapi kalau pusing pindah ke depan yaa." Ucap Abi pasrah karena menantunya tidak mau. Dia  juga tak punya banyak waktu, karena hafiz dan yang lainnya pasti sudah menunggu.
.
.
.
Di mobil lain. Hafiz menatap Zoya yang terlihat senang sambil mengelus perutnya yang sudah membesar. Wanita itu sudah lama sekali tidak mengunjungi panti asuhan, disana biasa Zoya akan disambut dengan anak anak yang lucu membuat wanita senang.

"Mas... Zoya sudah gak sabar deh mau ketemu anak anak panti. Pasti mereka sudah menunggu kita." Ucap Zoya. Hafiz mengangguk sambil mengelus tangan Zoya dengan lembut.

Terjebak Cinta Gus HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang