Part 30 (Maaf)✔️✔️

3.4K 112 0
                                    

Tuttt.....tutt....Tut.....

"Astagfirullah kenapa tidak diangkat sih Gus." Gumamnya sambil mondar mandir. Dia terus saja kesal sampai ingin membanting ponselnya karena hafiz yang tak kunjung menjawab panggilan nya.

(Halo.. assalamualaikum..... Dengan siaa....)

"Syukurlah. Waalaikumsalam, maaf ini saya Nita Gus. Maaf jika saya tidak sopan. Tapi ini darurat, Jihan ada di Sukabumi dan sekarang dia sedang dirumah sakit. Saya mohon Gus segera kesini menemui Jihan." Ucapnya.

(Benarkah ?? Alhamdulillah, terimakasih infonya. Saya akan kesana, tunggu saya. Dan tolong kirimkan alamat kamu dan rumah sakit istri saya dirawat.) Ucapnya.

"Baiklah... Assalamualaikum."

Nita langsung menutup ponsel dan langsung pergi kerumah sakit untuk melihat kondisi Jihan. Sedangkan di kota lain, hafiz di Landa rasa khawatir dan juga senang karena Jihan sudah ketemu tapi dia juga menghawatirkan istrinya yang saat ini ada dirumah sakit.

"Kenapa nak, kamu mau kemana ??." Ucap Uma karena melihat hafiz terburu buru.

"Uma hafiz pamit mau jemput Jihan ke sukabumi. Dia ada bersama sahabatnya, tapi sekarang dirawat dirumah sakit. Hafiz harus memastikan kondisi Jihan sekarang, hafiz harus kesana." Ucapnya.

"Uma ikut nak. Tunggu sebentar, Uma saja Abi tidak usah ikut ya." Ucapnya pada suaminya.

"Baiklah. Kalian hati hati, soal Zoya biar Abi yang bilang nanti." Ucapnya.

Mereka mengangguk langsung menyiapkan barang mereka dan setelah itu mereka langsung pergi menuju Sukabumi dengan menggunakan mobi di temani ustadz cakra.
.
.
.
Nita menatap cemas ruangan yang didalamnya terdapat Jihan sedang terbaring lemas. Dokter sudah menanganinya dengan cepat namun dia tetap saja khawatir dengan kondisi sahabatnya itu. Apalagi abangnya bilang Jihan sedang mengandung, entah benar atau tidak dia pun tidak tau lebih jelas.

Ceklek....

Dokter keluar dengan wajah wajah yang sulit diartika bagi Nita, sedangkan Zico langsung menghampiri dokter yang merupakan rekannya itu.

"Maaf dok apa wanita didalam itu istri dokter ??." Tanya dokter wanita itu.

"Bukan dokter Maya dia adalah teman adik saya. Bagaimana kondisinya ??." Ucapnya. Sekejab Zico melihat ekspresi dokter Maya yang begitu terlihat tenang.

"Alhamdullillah kalian membawa nya tepat waktu. Kalau tidak saya tidak akan memastikan kondisinya dan juga janin baik. Pasien sudah sadar, saya juga sudah memberitahukan kabar ini namun dia mengatakan ingin merahasiakan nya pada suaminya. Apakah kalian tau dimana suaminya ? Kalian sudah mengunjunginya keluarganya kan ??." Ucapnya.

"Sudah dok, mungkin sebentar lagi akan sampai. Terimakasih ya dok." Ucap Nita. Dokter itu mengangguk.

"Pasien sudah bisa dijeguk tapi giliran yaa." Ucapnya. Mereka mengangguk, setelah dokter pamit untuk pergi bunda dan juga Nita memutuskan untuk melihat kondisi Jihan sedangkan Zico langsung pulang karena dia memiliki jadwal oprasi sebentar lagi.

"Ya Allah Jihan aku bahagia banget, disini ada keponakan aku." Ucapnya. Jihan tersenyum pelan, wajahnya masih terlihat pucat. Namun dia berusaha untuk merespon apa yang dikatan oleh sahabatnya walaupun sulit karena kepalanya masih terasa sakit.

"Alhamdullillah ya nak. Mulai sekarang kamu harus jaga kesehatan. Dan bunda rasa, kamu harus kembali ke suami kamu." Ucapnya.

"Aku udah hubungi Gus hafiz mungkin sebentar lagi mereka sampai Han."

"Terimakasih, tapi tolong jangan katakan apapun mengenai kehamilan ku pada mas hafiz. Dia memang ayahnya tapi aku masih ragu untuk menerima kenyataan ini. Apa dia juga akan senang mendengar berita bahagia ini ??." Ucaonya.

"Han. Dia suami kamu, tentu sudah pastinya dia akan senang."

"Tapi dia tidak mencintaiku. Lalu untuk apa dia tau ??." Ucaonya yang sudah hampir saja menangis. Nita langsung memeluk Jihan, dia mengerti akan masalah rumah tangga sahabatnya itu yang tentu saja begitu rumit.

Ceklek...

Hafiz membuka pintu ruangan itu dengan kasar, membuat semua orang termasuk Jihan kaget dengan kedatangan nya bersama sang ibu.

"Assalamualaikum. " Ucapnya bersamaan dengan Uma.

"Waalaikumsalam."

"Ya Allah nak bagaimana keadaan kamu ?? Uma kangen pulang yaa nak." Bujuknya. Jihan mengangguk lalu memeluk Uma begitu erat. Hafiz tersenyum sambil menatap istrinya yang juga menatap nya tanpa senyum.

Terkesan datar membuat hafiz rindu senyum Jihan. Pria ltu menghampiri istrinya lalu mencium tangan Jihan yang terbebas dengan infus. Lagi lagi, hafiz menyadari sikap Jihan yang seketika berubah menatapnya dengan dingin tanpa ekspresi.

"Maaf Han. Maafin saya, saya janji akan berusaha adil antara kamu dan Zoya." Ucapnya. Jihan menghelah nafas, wanita itu masih enggan untuk memberikan respon untuk hafiz dan memilih untuk diam.

"Hemmm... Uma Jihan haus. " Ucapnya.

Hafiz menatap istrinya itu, dia tau Jihan masih marah padanya sehingga istrinya itu mengabaikannya untuk saat ini.

"Bisa tinggalkan kami berdua saja Uma ??." Ucapnya sambil melirik ke arah Nita Daan bundanya. langsung saja mereka mengangguk dan keluar dari ruangan.

Hafiz menatap lekat wajah putih pucat istrinya itu. Sudah tiga hari hafiz merasa rindu dengan tingkah laku Jihan yang manja namun dia saja yang terkesan mengabaikannya waktu itu.

Sekarang..... Lihat saja istrinya malah hanya diam, tanpa mau menatap hafiz.

"Bagaimana keadaan kamu ??." Tanyanya. Hafiz tidak tau harus berkata apa. Keadaan ini membuatnya merasa diasingkan dengan istri sendiri.

"Baik."

"Apa ada yang sakit ??."

"Nggak ada."

"Mau makan ??." Tanyanya. Sengaja dia mengajukan pertanyaan begitu banyak agar Jihan merespon dirinya.

"Nggak.'" ucapnya cepat. Jihan masih enggan untuk menatap suaminya yang terus saja bertanya. Jarak mereka begitu dekat, sehingga seperti biasa dia selalu dibuat gugup dengan tatapan hafiz.

"Apa yang harus saya lakukan agar kamu mau memaafkan saya." Ucapnya.

Berhasil.....

Jihan menatapnya membuat hafiz tersenyum walaupun istrinya itu tetap saja dengan wajah tanpa ekspresi.

"Pengen makan mangga muda." Ucapnya.

"Hemmm ?? Mangga ? Tapi kan baru sembuh." Ucapnya bingung.

"Terserah. Mau di maafin atau tidak." Ucapnya kesal namun mampu membuat hafis tersenyum.

"Baiklah. Tunggu yaa,,..... "

Jihan mengangguk, matanya terus melirik suaminya yang sudah menjauh. Entah lah sepertinya dia mengidam mangga dan harus hafiz yang mencarikannya langsung.

"Sabar ya nak. Abah kami lagi cari mangga." Ucapnya.

Terjebak Cinta Gus HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang