Part 20 (Perhatian Kecil)☑️

2.5K 111 4
                                    

Uma, Abi Ahmad serta ustadz Cakra berjalan sedikit berlari mencari ruangan dimana Jihan di rawat. Suster di depan mengatakan Jihan pasien bernama Jihan sedang berada di UGD sekarang.

Di kejauhan mereka bisa melihat hafiz yang duduk dengan gelisah. Uma memanggilnya dan segera memeluk putra nya itu.

"Bagaimana kondisi Jihan ?." Ucapnya. Hafiz menggeleng seakan mengatakan dia pun tidak tau harus menjawab apa. Uma yang mengerti akan kekhawatiran putranya itu hanya bisa mengelus bahunya pelan.

"Kita doakan saja semoga Jihan di dalam baik baik saja." Ucapnya. Mereka mengangguk setuju.

Tak lama pintu UGD itu terbuka lebar, dokter wanita keluar diikuti dengan suster di sampingnya.

"Bagaimana dok keadaan istri saya ??." Ucapnya.

"Alhamdulillah kondisi Bu Jihan sudah mulai stabil. . Apa Bu Jihan tidak makan beberapa hari ini ?." Ucapnya.

,"Iya dok. Tapi tadi pagi dia sudah makan nasi walaupun hanya sedikit " jawab hafiz.

"Iya bisa jadi penyebab kram pada perut Bu Jihan karena itu. Asam lambung dan juga di tambah darah rendahnya yang dialami Bu Jihan. Membuat kondisinya semakin parah."

"Darah rendah ?? Apa perlu di rawat dok lebih instensif dok ?." Ucap hafis membuat dokter mengangguk sepertinya suaminya itu belum tau jika Jihan memiliki riwayat darah rendah.

"Tidak perlu pak tapi kami memberikan Bu Jihan infus, setelah habis baru Bu Jihan boleh pulang." Ucapnya.

"Terimakasih ya dok. Kami boleh masuk dok" tanyanya lagi. Dokter itu kemudian mengangguk.

"Boleh pak. Kalau begitu saya permisi dulu. Pak bu."

"Nggeh dok. Terimakasih." Ucap Uma.

Hafis dan keluarganya langsung memasuki ruang UGD, di sana dia melihat Jihan terbaling lemas dengan wajah pucat membuat hafiz merasa bersalah pada istri keduanya itu.

"Mas ?? Uma Abi." Ucapnya lemas. Uma menghampiri Jihan lalu mengelus tangannya dengan pelan. Wanita paruh baya itu memandang menantunya dengan khawatir.

"Bagaimana keadaanmu sekarang nak ? Apa masih pusing ?." Tanya Abi. Jihan tersenyum pelan.

"Sudah agak mendingan, Jihan belum boleh pulang yaa ??." Tanyanya pelan.

"lebih baik kamu istirahat dulu, dokter bilang setelah infusny habis kamu boleh pulang. " jawab hafiz.

Jihan menghelah nafas. Sudah dapat dipastikan dia akan semalaman berada di ruangan yang bau akan obat obatan ini.

"Hafiz. Uma dan Abi pulang dulu. Kalau ada apa apa cepat hubungi kami yaa." Ucapnya. Hafis mengangguk.

"Kami pulang duluan ya nak, cepat pulih ya." Ucap Uma. Jihan membalasnya dengan mengangguk, saat ini kepalanya masih pusing.

"Iya Uma. Oiya, tolong kasih tau Zoya jika hafiz menemani Jihan malam ini." Ucapnya. Uma mengangguk.

"Iya nak nanti Uma sampaikan. Pulang nya nanti hati hati yaa, Cakra saja yang menyetir " ucapnya.

"Iya Uma. "
.
.
.
Hafis pelan pelan menuntun Jihan menuju kamarnya. Mereka pulang keesokan harinya sesuai saran dari dokter, tapi saat ini kondisi Jihan masih terlihat lemas.

"Mas. Bukannya sekarang giliran bersama mbak Zoya ? Saya gak enak kalau mas lama lama disini. Lebih baik mas pulang sekarang. Saya sudah mendingan kok." Ucapnya.  Hafis menghelah nafas nya dengan kasar. Di saat seperti ini dia masih memikirkan Zoya.

"Zoya pasti akan mengerti Han. Jangan pikirkan itu, lebih baik kamu istirahat saja." ucapnya.

"Tapi...." Hafiz menggeleng pelan tanpa bicara membuat nyali Jihan menciut. Suaminya itu akan terlihat menyeramkan seperti biasanya jika marah.

Terjebak Cinta Gus HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang