Sedang

533 70 6
                                    

Sedang malas-malasnya~~~

.

.

.

.

.

Gavin menatap kalender dimeja belajarnya. Banyak tanggal yang sudah ia lingkari dengan disertai catatan.

Satu Minggu lagi ia akan kembali ke Belanda. Dan sampai saat ini ia belum memberi tahu Alia.

Ah, mengingat perempuan itu membuatnya tiba-tiba tersenyum sedih. Bagaimanapun juga ia sudah banyak menghabiskan waktu dengan perempuan itu.

Tok, tok, tok.

Bunyi pintu kamar diketuk.

"Gavvvv~" Alia memanggil dengan cara berbisik. Kebiasaanya setiap hari saat mengunjungi kamar Gavin.

Bangkit, Gavin lalu berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.

Alia tersenyum cerah "Gavin aku seneng bangettt !" seru Alia tertahan lalu menujukkan dua voucher gratis makan.

Gavin tersenyum "seneng banget dapet gratisan."

Alia kadang sebal dengan Gavin. Lelaki itu selalu kalem. Tidak pernah berekspersi berlebih. Lihat ! Padahal ia ingin melihat Gavin tersenyum lebar dan berkata 'woahh keren !'

"Ayo kita pake nanti malem !" ajak Alia semangat.

Gavin mengerutkan dahi "kamu yakin ngajak aku ? Itu dari penggemarmu kan ?"

Alia memang bercerita perihal pengaggum rahasia 'Mikayla'. Tapi, tidak rahasia lagi karena Gavin sudah mengetahuinya.

Alia mengangguk dan bersedekap "aku udah bilang mau pake dan ngajak kamu."

"Sampe laporan segala." ucap Gavin "bucin ya ?"

Alia mengerucutkan bibirnya "enggak !"



...




Malam harinya Alia membonceng Gavin menuju restoran tempat mereka akan makan.

Lelaki itu sengaja menggunakan sepeda motor matic karena sudah memperkirakan kalau malam ini jalanan pasti ramai. Mengingat ini malam Minggu. Banyak muda mudi yang bertebaran.

Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sampai di restoran yang dituju. Alia pernah melihatnya di instagram dengan banyak influencer yang mereview. Dan rata-rata memberi rating tinggi.

"Kamu masuk duluan aja, aku ada telpon sama temen dulu." ucap Gavin setelah mereka turun dari motor, tapi masih di area parkir.

Alia mengangguk paham. Akhir-akhir ini Gavin memang sibuk, katanya memiliki proyek dengan temannya. Dia lalu berjalan menuju pintu masuk, meninggalkan Gavin.

Restorannya cukup ramai, untung saja tempatnya luas. Warna ruangan didominasi warna kuning yang lembut dan tidak menyakiti mata.

Alia berjalan menuju Kasir yang untungnya sedang longgar.

"Permisi mbak, saya mau tukar voucher." dikeluarkan dua voucher dari sling bagnya lalu diulurkan "Bisa langsung digunakan ?"

Si penjaga kasir tampak bingung tapi, tetap menerima uluran voucher dari Alia. Lalu dicek dengan dibaca dan dibolak-balik.

"Mohon maaf kak sebelumnya, disini belum pernah memberikan pelanggan berupa voucher..."

Seseorang perempuan dengan seragam serupa si penunggu kasir tiba-tiba datang dan membisikkan sesuatu.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang