Tanda Tanya

2.1K 255 0
                                    

Alia merebahkan diri diatas kasur dengan perlahan. Matanya menatap pada langit-langit kamar.

Rasanya sedikit sakit, mengetahui fakta bahwa ia dibohongi.

"Maaf." ungkapan itu yang pertama kali Alia dengar dari papa Mikayla dan itu membuatnya curiga.

"Satu minggu ini kami pergi ke Belanda untuk menjemput Gavin." lanjutnya dan Alia terkejut. Hatinya berdenyut nyeri.

"Jadi papa sama mama bohongin aku ?" tanya Alia dengan nada pelan. Ia menunduk.

Mama Mikayla buru-buru menyahut "bukan begitu Aya, sebelumnya kami memang pergi untuk urusan pekerjaan."

"Tetap aja bohong."

"Maaf." mama Mikayla kepayahan, ia lelah setelah perjalanan panjang dan sekarang menerima kemarahan putrinya.

Oke, mungkin Alia terlihat berlebihan. Padahal ia bukan Mikayla asli. Tapi, tetap saja dibohongi rasanya sakit. Meskipun hanya berupa hal sepele.

"Mikk, aku masuk ya ?" suara Karin terdengar setelah ketukan pintu tiga kali.

Terlihat Karin membawa toples berisi keripik tempe dan tanpa permisi duduk dipinggir ranjang.

"Jangan makan disini Rin !" ucap Alia sebal. Pasalnya Karin kalau makan itu berantakan, nanti pasti banyak remahan yang tercecer.

Karin memutar bola matanya dan beringsut duduk dibawah. Alia mengikutinya, keduanya duduk sambil bersandar pada pinggir ranjang.

"Aku enggak tau mau bersikap gimana." tutur Alia beberapa detik kemudian setelah kesunyian. Dan itu benar-benar dari isi hantinya. Sebab ia tidak mengetahui perihal Gavin sedikitpun, kecuali dia adalah kakak tiri Mikayla.

"Mik, jangan marah sama mamamu ya. Kasihan, tadi nangis."

Alia tiba-tiba merasa bersalah. Padahal ia tidak bermaksud menyakiti mama Mikayla.

"Aku enggak maksud begitu. Cuma...kenapa harus bohong ?" Alia memelankan kalimat terakhir.

"Kamu kalau berhubungan sama Kak Gavin kan suka emosional. Jadi mamamu berusaha jaga perasaanmu...ya meskipun pada akhirnya sama aja sih."

Alia mengerutkan dahi. Jadi Mikayla tidak menyukai Gavin ? Tapi, kenapa ?

"Kamu harusnya paham, Kak Gavin itu yatim piatu. Dia juga enggak bermaksud gantiin posisi Kak Niko, kakak kandung kamu."

Alia melebarkan mata. Jadi Mikayla memiliki seorang kakak kandung ? Tunggu, ia seperti tidak asing dengan nama yang disebutkan Karin...

Foto ! Ia pernah melihat foto di kamar sebelah. Jadi mungkinkah itu Gavin dan Niko saat masih kecil ? Tapi, kemana Niko sekarang ?

"Maaf aku jadi singgung soal Kak Niko, aku enggak bermaksud bikin kamu keinget tragedi itu."

Tragedi ?

Karin yang menyadari keterdiaman sepupunya menjadi tidak nyaman.

Alia merasakan tepukan pada paha kirinya. Ia menoleh kesamping.

"Pliss jangan diem Mik, kalo marah misuh-misuh gak apa-apa. Soalnya kamu lebih serem kalo diem gitu."

Mendegar itu Alia mencoba menormalkan mimik wajah. Merasakan usapan pada pahanya lagi ia lalu menunduk.

"Sialan kamu Rin !" seru Alia keras.

Karin melesat dengan cepat keluar kamar sambil terbahak.

Alia menatap rok sekolah Mikayla yang kini kotor dengan minyak dan remahan karena Karin dengan sengaja menggunakanya untuk lap tangan.

...

Video dengan durasi pendek itu diputar berulang kali. Terlihat tiga gadis bernyanyi sambil bergerak sesuai irama lagu milik girlgroup asal Korea.

Lalu ditelusuri akun yang tertera didalam video. M_Jansen.

...

Sementara itu Karin pulang dari rumah Mikayla diantar oleh Gavin dengan mobil. Lelaki itu berkata sedang ingin membeli sesuatu jadi sekalian mengantar Karin.

"Kakak masih hafal jalan ke rumahku ?" tanya Karin berusaha mengisi kesunyian didalam mobil.

Gavin terkekeh "masihlah Rin, cuma emang suasananya agak beda sih. Tapi, masih hafal kok."

Karin mengangguk, ia sedikit berpikir lalu melirik diam-diam pada Gavin yang fokus menyetir.

"Kakak jangan ambil hati soal Mika ya ?"

Gavin menoleh sekilas dan tersenyum tipis "enggak kok Rin, tenang aja."

"Mika akhir-akhir ini udah berubah kok. Dia udah enggak secuek dulu. Buktinya sekarang dia sering nasehatin aku. Dia sekarang juga punya banyak temen, enggak kayak dulu."

Gavin mendegar cerita Karin dengan seksama. Ia sebenarnya juga sedikit merasakan perubahan Mikayla. Gadis itu tidak menatapnya seperti dulu. Tatapanya sekarang bukan tatapan kebencian, mungkin lebih kepada...sulit mengeskpresikan perasaanya.

"Dia juga enggak marah-marah lagi waktu aku bahas soal kakak." sambung Karin.

"Rin mau makan dulu enggak ? Aku pengen makan bakso nih." ucap Gavin mengalihkan. Ia hanya tidak ingin membahsa soal Mikayla.

Untung saja Karin tidak menyadari kejanggalan itu. Ia dengan senang mengiyakan, bahka menyarakan satu tempat yang menurutnya sangat enak.

Karin tersenyum sumringah kala semangkuk bakso dengan kuah panas mengepul dihidangkan.

Gavin tersenyum geli melihat sepupu Mikayla itu.

"Lama banget enggak makan bakso." ucap Gavin sambil membubuhkan sambal dan saos, serta sedikit cuka.

"Ehh Kak Gavin disini sampai kapan ?"

Gavin menggeleng "belum tau. Ini pulang juga dadakan."

Karin mengangguk paham. Matanya lalu menjelajah. Warung bakso ini ada dijalan raya bersebrangan dengan mall. Iya, mall yang waktu ia meninggalkan Mikayla, ia jadi tertawa geli dalam hati kalau mengingat itu. Betapa laknat dirinya~

Tiba-tiba dahinya mengerut kala matanya tidak sengaja melihat seorang lelaki yang dikenalinya duduk dikursi seputaran mall.

Itu Bang Dimas ! Sorak Karin dalam hati. Ia mengenali detail fisik lelaki itu.

Tapi, siapa perempuan yang duduk disampingnya ? Bahkan tanpa sungkan Dimas merangkul bahu perempuan itu. Keduanya tampak bercerita sambil tertawa.

Karin mengalihkan tatapanya pada mangkuk baksonya. Lalu dirogoh saku roknya untuk mengambil ponsel.

Dibuka satu room chat yang ia pin teratas.

Bang Dimas
Maaf, akhir-akhir ini sibuk|
Aku harus ngurus sidang|

Itu chat tiga hari lalu. Karin sempat percaya, apalagi lelaki itu tidak membuat status apapun untuk semua akun sosial medianya.

Lalu yang ia lihat sekarang ini apa ? Sibuk ya ?

Karin jadi mempertanyakan dirinya sendiri. Apa selama ini ia telah salah paham dengan perlakuan Dimas ? Tapi, kenapa laki-laki itu ingin bertemu mama dan papanya ?

Kenapa rasanya...sakit sekali ?

"...Rin,...Karin ?"


...

230822

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang