Masa Lalu

821 89 5
                                    

Sekarang Alia begitu sibuk. Selain karena tugas sekolah dan mengejar materi lebih cepat karena menjelang ujian, pikirannya juga tak lepas dari sosok misterius itu.

Setiap hari ia akan berkirim pesan dengan sosok itu. Menceritakan keseharian masing-masing dan menurutnya terasa menyenangkan.

Mari kita biarkan Alia dengan dunianya sejenak.

Sementara itu Karin tengah disibukkan juga dengan acara bansos yang akan berlangsung sebentar lagi.

Dua hari terakhir semua sudah terlibat dalam memilah barang untuk diberikan nanti.

Baju-baju terkumpul sangat banyak, ada yang tidak layak tapi, sangat sedikit.

Buku-buku bacaan yang terkumpul juga banyak, meskipun tidak sebanyak baju.

Hari ini mereka giliran mengemas alat tulis dan bahan pokok.

Karin sendiri menimbangi beras, kemudian yang lain mengemasnya dalam kantong dengan ditambah gula pasir, minyak goreng,  mi instan, dan susu bubuk.

Karin bersyukur banyak sekali donasi masuk. Bahkan papa 'Mikayla' menyeret rekan kerjanya dan itu hal yang luar biasa. Mengingat mereka memiliki jabatan tinggi pasti akan berdonasi lebih banyak.

Mereka juga tidak keberatan, justru bangga dengan anak muda yang mau beraksi untuk kebaikan.

Anggi sendiri sejak awal selalu menyingkir, tidak mau satu lingkaran yang ada Karin.

Karin sendiri cukup peka, jadi ia selalu menghindari perempuan itu. Ia bahkan membentuk koloni sendiri.

Selesai mengemas, mereka lalu memindahkan semua barang dilorong dekat gerbang belakang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mobilisasi, mengingat pagi hari gerbang depan pasti lebih ramai.

Karin sendiri lalu menyapu lantai aula setelah selesai digunakan, ia juga sempat mengepel dibantu dua anak lainnya.

Setelahnya ia berjalan menuju gudang tempat penyimpanan pel dan sapu untuk mengembalikan alat tersebut.

Bukan gudang terbengkalai yang jauh, justru gudang disekolahnnya sangat terawat dan aksesnya mudah, terletak bersebelahan dengan kamar mandi khusus perempuan.

Saat akan keluar, Karin justru menghentikan gerakannya. Suara ramai ditambah ada sosok yang dikenalinya lewat celah pintu, membuatnya enggan keluar dan berpapasan barang sejenak.

"Hubungan Kak Anggi sama Kak Arya apa sih emang ? Kok kayak ngobrol aja klop banget tadi."

Kari melotot tiba-tiba. Jadi tadi mereka sempat bertemu ?

"Hubungan yang dilndasi saling suka menurutmu apa ?" tanya Anggi dengan nada bangga.

Karin mencibir, masa lalu aja bangga.

"Wah hubungan kalian sejauh itu ya ? Soalnya Kak Arya kayak tipe cuek gitu."

Terdengar suara tawa Anggi "dia cuek gitu perhatin banget. Waktu papa sama mamaku keluar kota, dia bela-belain nganter makanan. Padahal itu pas hujan deres banget."

"So sweet banget sih..." ucap yang lain kagum. Berkhayal, kalau-kalau dia juga diperlakukan semanis itu dengan lawan jenis.

"Aku juga sering diajak ke tongkrongan dia. Dikenalin sama temen-temennya." lanjut Anggi -membual (kalau batin Karin)- "dia punya temen kayak geng gitu diluar sekolah. Kebanyak anak pecinta alam."

"Wahh ternyata Kak Arya diam-diam menghayutkan ya. Hebat banget kakak pernah sama dia." sahut yang lain.

"Hibit bingit kikik...alay !" gerutu Karin "kalo hebat mah enggak udahan !"

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang