Antagonis

654 78 11
                                    

Selesai ujian guru-guru wali kelas mulai memberi arahan untuk anak didiknya di kelas masing-masing.

Seperti pagi ini, Bu Inggrid mulai berdiri di depan kelas sambil menjelaskan tentang banyak hal.

"Untuk yang belum bayar SPP bulan ini, atau ada yang masih bolong-bolong, tolong segera di lunasi yaa, kalian bisa ke Tata Usaha, kalo enggak tau...?"

Bu Inggrid memancing anak didiknya, seperti bisa dengan hal yang sama.

"Tanya !" seru seisi kelas.

Memang seringnya anak kelas mereka malu bertanya dan akibatnya merugikan satu kelas. Maka dari itu Bu Inggrid selalu mendorong siswanya untuk berani bertanya bila tidak tahu.

"Oh iyaa, jadwal pengembalian buku paket nanti saya share di grup kelas. Bukunya segera dicari, dijadikan satu, apalagi Raka...Hayo Raka ! Saya enggak mau dikejar-kejar ya !"

Bu Inggrid kesal tingkat tinggi dengan Raka. Pasalnya hapir setiap tahun ia dikejar-kejar dari pihak perpustakaan sekolah karena anak didiknya tidak tertib mengembalikan buku.

Lebih parahnya lagi, mama Raka pernah marah kepada Bu Inggrid karena memberi tahunya saat pengambilan raport kenaikan kelas tahun lalu kalau SPP Raka masih belum lunas.

Usut punya usut, Raka menggunakan uang SPP yang dititipkan mamanya dan lupa menggantinya. Dengan malu mamanya meminta maaf sambil membawa buah tangan untuk Bu Inggrid dirumahnya.

"Raka juga belum lunas minjem uang Kas !" seru Bagus yang merupakan wakil ketua kelas.

"Uangku aja belum diganti !" seru Dava memanasi.

"Di kantin kemarin dia juga minjem uang Kale, sepuluh ribu tuh !" seru Erika ikut-ikutan.

"Sepatuku dipinjem belum dibalikin !" tambah Agus.

"Dia belum balikin chargerku !" Elena ikut bersuara.

Raka sebagai tersangka antara malu dan kesal secara bersamaan. Ini kenapa pada buka aibnya ramai-ramai ?!

"Nah Raka, jangan sampai kamu lulus tapi masih punya hutang ya ! Kasihan temen-temenmu." ucap Bu Inggrid.

Raka mengangguk kaku "iy-iya bu..."

"Nah balik lagi yaa, jadi kalo ada buku yang belum dikembalikan dan SPP yang belum lunas akibatnya ijazah kalian nggak bisa diambil." lanjut Bu Inggrid.

"Kalo Raka mah santai Bu, kan belum tau lulus atau enggak !" seru Dava dan dibalas tawa seisi kelas.

Raka mendelik sebal. Kenapa dari tadi yang dibahasa dirinya saja ? Seolah-olah dia yang paling bersalah (╥╯﹏╰╥)

"Oh, iya nanti Brian bikin list yaa di grup, sesuai nomer absen. Nama kalian dan orang tua, sesuai yang tertera diakta kelahiran."

Erika tiba-tiba mengangkat tangan.

"Iya Erika ?"

"Wisudanya gimana Bu ?"

Bu Inggrid tersenyum. Sejak sebelum ujian mereka terus menanyakan perihal wisuda.

"Jadi setelah rapat kemarin, disepakati kalau wisuda dilaksanakan di salah satu hotel. Nah, kalian harus terima kasih sama Kaleandra nih, karena sekolah kita pakai hotel punya orang tuanya dan bebas tanpa biaya."

Seisi kelas bertepuk tangan riuh, bahkan Raka menghampiri Kale dan menepuk bahu leaki itu sambil berucap 'keren !' berulang kali.

"Berarti enggak bayar kan Bu ?" tanya Resti.

"Tidak anak-anak..." jawab Bu Inggrid sabar.

Alia menyenggol lengan lelaki disampingnya. Dan Kale justru meraup wajahnya karena malu.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang