Satu Sama Lain

398 31 0
                                    

Sudah dua hari Kaivan tidak kembali ke rumah Alia. Lelaki itu bahkan meninggalkan tasnya yang berisi baju. Terakhir kali menghubungi, katanya sedang mengurus temannya yang dirawat dirumah sakit karena orang tuannya diluar negeri.

Orang tua Alia sempat pulang, tapi pergi lagi. Papanya dinas dan mamanya kembali ke rumah neneknya karena harus memantau kesehatan neneknya.

Jadilah ia masih sendirian dirumah.

Dan juga, ia merasa belum bisa move on dari kehidupan fana yang pernah dijalaninya sebelumnya.

Sebab itulah, selesai kelas ia berjalan-jalan menggunakan motornya. Berkeliling kampus yang sangat luas dan mampir ke taman kuliner. Ia sedang ingin makan batagor dan es campur.

Tanpa sengaja saat sedang membeli batagor, Bimo datang dan langsung melayaninya.

"Lah, kamu ngapain disini ?" tanya Alia.

Bimo tersenyum "kerja, jualan."

Alia ingin bertanya lebih banyak tapi, tidak enak. Karena antriannya lumayan banyak. Jadi ia segera memesan seporsi batagor dan menunjuk tempat yang akan didudukinya.

Sekitar lima belas menit kemudian Bimo datang membawa pesanan Alia.

"Pedes kan ?"

"Yap, makasihhh." jawab Alia lalu menampilkan senyuman.

Tanpa diminta, Bimo langsung duduk dihadapan Alia. Membuat Alia terheran, mau apa lelaki ini ?

"Sendirian ?"

Alia mengedikkan bahu "kayak yang kamu lihat."

Bimo mengangguk paham "gimana hubunganmu sama Juna ?"

Alia memutar bola matanya "sumpah deh, kenapa pada penasaran sama itu."

"Iya pada kepo." sahut Bimo seolah bukan dia yang tadi menanyakan.

"Ya kamu termasuk !"

"Termasuk apa ?"

"Yang kepolah !"

Bimo tertawa, lalu kembali bertanya "Tau enggak kenapa ?"

Alia mengerutkan dahi "kenapa ?"

"Biar aku yakin kalo kamu udah cukup."

"Maksudnya ?"

"Udah cukup mikirin dia,  giliran mikirin aku soalnya eeaaa !"

Ada yang tertawa tapi, bukan Alia. Justru gerombolan anak SMA yang duduk tak jauh dari keduanya.

Alia merengut "Isshhh Jamet !"

Bimo justru tertawa melihat reaksi Alia.

"Sumpah deh Bim, biasanya kamu kelihatan pendiem, kok bisa jamet gini sih ?!"

"Jiaahh kelihatan." sahut Bimo "mau tau yang enggak kelihatan nggak ?"

Alia menggeleng brutal "enggak, enggak, enggak."

"Yah padahal cuma mau bilang, yang enggak kelihatan tuh hatiku. Soalnya termasuk organ dalam."

"Ya, ya, ya." jawab Alia malas.

"Kalo kamu orang didalam hatiku."

Tuh kan ! "Isshh Jamett ! Gelii !"

Bimo tertawa dengan puas, "seneng lihat kamu enggak galau gegara sodaraku."

Alia menatap Bimo "kalian sodara ?"

Bimo mengangguk serius "seperjametan."







...






Alia pulang dengan riang. Sebab Bimo menghadiahinya seporsi batagor ekstra besar. Tadi keduanya juga sempat bercerita.

Ternyata Bimo anak rantau. Dia berjualan batagor karena alasan mencari pengalaman kerja katanya. Lelaki itu juga tidak minta digaji, ya karena dia sendiri yang memaksa ingin membantu. Tapi, diakhir cerita sungguh membuat Alia ingin meraup wajah Bimo.

"Hari ini aku mau resign." katanya berlaga sedih.

"Emang udah berapa lama bantuin ?"

"Belum lama, baru tiga jam."

Bersama Bimo membuatnya kesal tidak berujung. Ada saja bahasannya dan tidak berfaedah semua.

Tapi, hal itu jadi obat rindunya dengan teman-teman sosok 'Mikayla'.






...






Alia heran karena pagar rumahnya terbuka lebar. Lebih heran ketika pintu rumahnya juga terbuka. Pikirannya mulai was-was. Perlahan ia mematikan mesin motornya, diletakkan dipagar depan lalu berjalan pelan menuju rumah.

Tapi, saat mengintip lewat pintu justru yang dilihatnya adalah lelaki berwajah kebulean yang seolah jelmaan dewa Yunani, yang entah kenapa bisa nyasar dirumahnya.

Alia dengan sigap memperlihatkan diri "Siapa ?!"

Lelaki itu mengerutkan dahi, seolah tidak paham yang dikatan Alia.

"Dor !"

"Aaaa !" Alia reflek menoleh ke belakang dan lalu terjatuh. Tapi, kemudian menangis. Setiap kali terkejut ia memang akan langsung menangis.

"Aduhh, maaf lupa." ringis Kaivan lalu berjongkok untuk membantu Alia bangkit.

Naas, kaki Alia sakit. Kemungkinan keseleo.

"Sakit." rintih Alia sambil menangis.

Dengan sigap lelaki berwajah bule yang dilihat Alia membopongnya dan mendudukan diatas sofa.

Dihapus air mata Alia dengan lembut "sakit banget ?"

Reflek Alia mengangguk.

Lelaki yang membantu Alia itu peka sekali, pelan-pelan mengurut kakinya.

"Sebentar, mungkin sedikit sakit." ucapnya lalu melakukan tindakan yang membuat Alia mengerang kesakitan karena tiba-tiba sekali.

Sementara Kaivan yang terbengong melihatnya.

...

Semrawut :(

...

070923

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang