Tempat Asing

6.2K 531 14
                                    


Tok ! Tok ! Tok !

"Aya bangun ! Perawan kok bangun siang ! Malu Aya !"

Alia mengerjapkan mata perlahan setelah suara tadi menghilang. Mengucek matanya agar memperjelas penglihatanya.

"Aku dimana ?" gumamnya bingung lalu kembali menyapu kamar dengan penglihatanya dengan lebih teliti. Ini bukan kamarnya !

Alia lalu mendudukan diri. Warna cat kamarnya putih bukan biru. Apalagi kamar ini terlihat lebih estetik dan luas. Ia lalu menyibakkan selimut dan berjalan menuju meja belajar, terdapat mini pigura. Sepasang suami istri mengapit remaja perempuan dengan berhiaskan senyuman lebar.

Kepala Alia mendadak sakit. Satu tanganya bertumpu pada meja dan satu lagi memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut.  Potongan-potongan gambar dengan suara seperti kaset rusak terus mendera. Sampai napasnya memburu dan terasa sesak. Berakhir Alia terduduk dilantai yang dingin.

"Gila." ujar Alia setelah menormalkan napasnya "nggak mungkin." ia mengeleng-gelengkan kepalanya. Dicubit pipinya hingga ia terpekik karena terasa sakit.

"Aku emang lagi pengen menghilang dari dua orang itu, tapi bukan masuk kedalam novel juga." ujarnya miris "ini nanti baliknya gimana coba ?"


...


Baiklah, Alia kini mencoba menerima hal yang tidak masuk akal ini. Ia pikir transmigrasi hanya sebuah kebohongan apalagi tidak ada bukti konkret yang menujukkan manusia bisa melakukan transmigrasi. Tapi sekarang ia mengalaminya, entah harus bagaimana menyikapinya. Apalagi raga yang ia gunakan adalah remaja berusi 17 tahun. Ia sekarang hanya mencoba untuk menerima.

Setelah mondar-mandir didalam kamar selama 15 menit. Alia akhirnya mencoba keluar. Ternyata kamar pemilk raga ini berada dilantai atas. Banyak pajangan unik rumah ini. Alia berdecak kagum, ini adalah rumah yang ia impikan saat berkeluarga nanti. Estetik dan unik tapi tidak meninggalkan kesan nyaman.

Rumahnya juga minimalis dengan pencahayaan lebih banyak dari luar saat siang hari karena terdapat banyak jendela kaca. Sampai dilantai bawah ia disuguhi ruang keluarga dengan televisi disamping tangga lalu tidak jauh ada meja makan persegi panjang dengan enam kursi yang berhadapan langsung dengan dapur.

"Akhirnya ini anak bangun juga." muncul sesosok wanita paruh baya yang membawa beberapa kantong yang sepertinya berisi barang belanja. Disusul belakangnya ada lelaki paruh baya yang membawa alat pancing.

Alia memilih menarik kursi meja makan dan duduk mengamati sepasang suami istri yang tak lain orang tua Mikayla.

Oke, Alia kembali mengingat-ingat isi novel yang semalam dibacanya. Bahwa raga yang sekarang digunakanya adalah remaja bernama Mikayla Jansen. Yang berdasar ingatan pemilik tubuh, nama Jansen diambil dari kakek buyut dari pihak papanya yang berdarah Belanda yang memiliki bola mata biru. Saat kelahiran Mikayla semua terkejut karena ia mewarisi gen berupa mata birunya, -sebab kakek dan papanya tidak memiliki bola mata biru- maka papanya menyematkan nama Jansen sebagai pengingat sekaligus penegas bahwa Mikayla dari keluarga yang dihormati.

Percayalah Mikayla hanyalah seorang pemeran figuran yang namanya disebut dua kali. Pertama, saat ia diam-diam meletakkan bekal didalam laci meja pemeran utama laki-laki dan ketahuan salah satu murid yang tidak disebutkan namanya. Kedua, saat ia mendapat perundungan oleh antagonis perempuan karena ketahuan menyukai si pemeran utama.

Pemeran utama laki-laki sendiri bernama Arya Mahardika, laki-laki yang terkenal karena parasnya dan sifat rendah hatinya. Yang suatu hari tidak sengaja membantu si antagonis perempuan bernama Arabella atau Bella karena kecopetan. Benih-benih cinta muncul didalam hati Bella dan setelah itu ia mencoba mendekati Arya.

Sayangnya Arya sendiri melabuhkan hatinya pada pemeran utama perempuan bernama Karina Ayudia. Kisah mereka sederhana, Arya tidak sengaja melihat Karin mengobrol dengan kucing digerbang belakang sekolah. Dan secara kebetulan keduanya dipertemukan saat kelas tambahan yang dibentuk berdasarkan rerata nilai ujian tryout.

Kabar mengejutkanya adalah...ternyata Miakyla dan Karina adalah sepupu. Ibu Karina adalah adik dari mama Mikayla. Maka dari itu Mikayla cemburu saat Karin bisa dekat dengan Arya, tapi memang dasarnya hanya pemeran figuran. Mikayla lebih tetap memilih menyukai dalam diam dengan tetap menyimpan rasa sakit hati.

Ada juga antagonis laki-laki bernama Kaleandra Danureja, sosok yang hanya disebutkn namanya tanpa silsilah keluarga ataupun lingkaran pertemanan. Ia menyukai Karina sejak Sekolah Menengah Pertama. Mengenyam pendidikan selama dua tahun di Singapura dan pindah disekolah yang sama dengan Karina, ketidaksengajaan itu disebutnya sebagai takdir bahwa Karina memang hanya untuknya.

Awalnya Kaleandra hanya mengamati dari jauh, sesekali memberi hadiah secara diam-diam. Tapi, setelah mereka lulus Kaleandra bertekad untuk lebih mendekati Karin apalagi ia sudah banyak menarih cemburu terhadap Arya. Dan secara kebetulan. Karina, Arya, Bella, dan Kale berada diuniversitas yang sama.

Hal tergila yang dilakukan Kale adalah mendatangi kedua orang tua Karin tanpa sepengetahuan gadis itu lalu meminta restu untuk menikahinya. Dan pernikahan terjadi tanpa diketahui Karin. Ia kecewa dan hancur, terlebih ia hanya mencintai Arya. Berbagai penolakan dilakukan Karin justru memunculkan sifat keras Kale. Lelaki itu mengurung Karin dan sesekali memberi kekerasa fisik karena penolakan gadis itu.

Namun karena peranya sebagai pemeran utama perempuan, tentu tidak akan berakhir begitu saja apalagi ia adalah si protagonis. Penulis seolah menegaskan dengan ending berupa terbongkarnya kejahatan Kale hingga kemarahan orang tua Karin. Keduanya bercerai. Arya dan Karin menikah. Bella ? Dia dijodohkan dengan anak dari rekan bisnis keluarganya.

Bella memiliki ekstra chapter sendiri. Yakni menikah dengan lelaki tiga tahun diatasnya. Mereka tidak saling mencintai dan hidup dalam ketidakpedulian satu sama lain. 

Alia sudah bertekad, ia akan tetap mempertahankan peranya sebagai figuran. Ia hanya mengamati. Mungkin memberi sedikit wejangan kepada Karin agar berhati-hati terhadap Kaleandra. Mungkin juga memberi arahan pada Bella. Entahlah, yang jelas ia akan mencoba hidup tanpa mencari gara-gara. Setidaknya ia ingin hidup damai meskipun hanya didalam cerita novel.

Tuk !

Alia mengaduh karena sentilan didahinya.

"Bantuin Aya ! Malah bengong !"

Alia menghembuskan napas, tidak didunia novel, tidak didunia nyata, sepertinya ia memang ditakdirkan mendapat keluarga yang sama persis.

...

230622

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang