Sebuah Usaha

3.5K 363 11
                                    


Alia berterima kasih dengan Brian dan Kale yang masih bisa diajak kerja sama. Oh dan juga Dava, siapa kira bahwa ayahnya memiliki sanggar yang biasa digunakan untuk anak-anak sekitar rumahnya berlatih menari. Ayahnya juga seorang pelukis yang cukup terkenal.

Dengan suka rela ayah Dava mengizinkan tempat miliknya untuk berlatih. Tepat didepan rumah ada pendopo dan disatu sisi banyak dipajang karya-karya seni. Dava sendiri ternyata memiliki hobi memahat patung kayu. Alia takjub, dibalik mulut Dava yang pedas ternyata dia memiliki keahlian seni yang bagus.

"Cuma ini ?" tanya Alia ketika mendapati hanya sekitar dua puluh orang yang hadir dari tiga puluh dua siswa dikelas. Minus laki-laki saja sebab yang perempuan datang semua.

"Ya gimana, tau sendiri anak-anak susah diajak." ucap Brian.

Alia menarik napas, ah dia harus lebih sabar "Oke kita mulai susun aja ya sesuai kesepakatan bersama biar enak."

Pada akhirnya disepakati bahwa Kale akan menjadi Rama, Tiara menjadi Shinta (sebab dia anak teater jadi banyak yang memilih) lalu Brian menjadi Hanoman (dia yang mengajukan sendiri, sebab tidak ada yang mau) lalu ada beberapa nama yang masuk peran penting tapi orangnya tidak hadir.

Alia sendiri memilih menjadi penari bersama teman-teman perempuanya. Ia juga akan bertanggung jawab pada Bu Dewita.

"Weii Mik, si Kale maunya kamu yang jadi partnernya nih !" terika Bima yang duduk disamping Kale.

"Ihh Kale mah lengket banget sama Mika. Jangan-jangan kalian ada sesuatu ya ?" tanya Fani yang duduk didekat Mika.

"Apaan sih, enggak ya !" sewot Alia.

"Heh ngaca, bukan Kale yang lengket. Tapi, Mikanya aja yang nggak punya temen jadi nempelin Kale." sahut Dava sarkas membuat Alia mendegus sebal tapi, tidak membalas.

Tepat jam empat sore akhirnya mereka membubarkan diri. Alia langsung memesan ojek online sebab ia datang menebeng Kale.

"Bareng aja." ucap Kale pada Alia.

Alia menggeleng dan menujukkan ponselnya "aku udah pesen ojek online, bentar lagi dateng. Kamu pulang aja." tapi hal itu tidak didengarkan oleh Kale. Lelaki itu memilih duduk diatas motornya.

"Weits, acara apa nih rame-rame." padahal banyak yang sudah bubar.

Alia mengangkat kepalanya dan mendapati laki-laki yang sempat dipergokinya tadi pagi. Arya. siapa sangka didalam novel ia terlihat seperti lelaki panutan itu di kehidupan sekarang justru seperti berandalan. Meski begitu tampangnya memang tidak meragukan, tubuh tinggi, kulit sawo matang, dan gummy smile yang unik.

Alia mengalihkan pandanganya ketika Arya menatapnya intens. Terlalu mencolok, bahkan Dava sempat menegur Arya.

"Mau ngapain ?" tanya Dava tanpa basa basi.

Alia tidak bisa mendengar lebih lanjut sebab ojek onlinenya datang.

"Lean, duluan ya." pamit Alia.

Kale mengangguk dan menepuk bahu Alia dua kali "hati-hati." setelah itu Kale memakai helmnya dan menaiki motor, meninggalkan pekarangan yang tersisa Dava dan Arya.

"Murid baru tu ?" tanya Arya dan dijawab deheman oleh Dava "pacarnya Mika ?"

Dava mengerenyit heran "tahu Mika ?"

Arya mengedikkan bahu "sepupunya sekelas sama aku." dan diangguki Dava "jadi ?"

Dava mendegus "jangan bilang suka sama si batu." sebutan Mika dari Dava karena perempuan itu jarang bicara.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang