Patah

1.1K 135 11
                                    

Alia turun dari motor perlahan. Matanya menatap cafe dengan gaya modern. Tampak simple dan tidak banyak ornamen.

"Maaf, aku lepasin ya." ijin Arya membuat Alia menatap lelaki yang kini dihadapannya tengah melepas helm yang dikenakannya.

Arya sendiri menelan ludah gugup karena bisa sedekat ini dengan sosok yang disukainya.

Alia pada akhirnya menyetujui permintaan Arya untuk bicara berdua. Lagipula ia juga harus meluruskan semuanya. Ia juga sudah izin dengan Gavin, jadi bisa leluasa.

"Yuk masuk." ajakan Arya membuyarkan lamunan Alia.

Memasuki cafe, Alia bisa menghirup pengharum ruangan beraroma lavender dan dinginnya ruangan ber-ac.

Arya mengajak Alia menuju lantai dua. Suasananya berbanding balik. Lebih seperti ruangan terbuka dengan banyak bunga dan tanaman hijau yang menyegarkan mata. Konsepnya seperti mini garden.

Udara sore menyapa. Alia sebentar memejamkan mata dan membukanya kembali. Pemandangan jalanan dan langit sore tampak indah dalam penglihatan.

"Mau pesen apa ?" Arya menyodorkan buku menu setelah keduanya duduk saling berhadapan.

Alia membolak-balik buku menu, melihat gambar dan harga yang terselip.

Arya sendiri menikmati wajah cantik perempuan dihadapannya. Setelah sekian lama akhirnya kesempatan ini datang. Ia merasa gugup sejak memboncengkan 'Mikayla' tadi. Rasanya seperti tidak nyata.

"Aku mau coba es serut sama bakso bakarnya, kayaknya enak deh." jawab Alia "kamu pesen apa ?"

"Risol mayo kelihatan enak. Nanti kita bisa makan berdua." jawab Arya.

Selesai memesan keduanya terdiam. Kata waiters butuh sekitar lima belas menit agar pesanan siap disajikan.

"So...kamu mau ngomong apa ?"

Arya mengetuk jarinya diatas meja. Alia sendiri perlahan bisa menebak kemana ini akan menuju.

"Kamu mungkin udah tau kalo aku suka sama kamu. Tapi secara resmi aku belum bilang dan...emm yaa aku suka sama kamu."

Canggung.

Arya menahan diri untuk mengumpat. Kenapa rasanya canggung sekali !

Alia tersenyum.

"Makasih Arya udah suka sama aku." Alia menarik napas, rasanya berat sekali. Dalam hati ia coba merangkai kata yang tidak menyakiti "tapi, maaf aku enggak bisa terima perasaan kamu. Seperti yang aku pernah bilang, enggak pernah ada yang larang aku baik itu mama dan papa. Tapi, sampai saat ini aku enggak pernah menaruh perhatian sama kamu. Maaf."

Arya tersenyum getir. Perlahan Arya mengangguk "aku udah duga jawabanya, tapi tetep aja rasanya sakit ya ?"

Alia meringis "maaf."

"Ini penolakan kedua."

"Maaf."

Arya menggeleng "jangan ngerasa bersalah. Aku yang nekat."

Kalimat berikutnya justru membuat Alia semakin merasa bersalah "walaupun pake bahasa yang baik, kalo ditolak tetep aja sakit dan enggak baik-baik aja."

Diam.

"Manja !" seorang lelaki datang membawa nampan berisi pesanan mereka.

"Sekali-kali." sahut Arya sambil berusaha menormalkan raut wajahnya.

"Kerja, jangan pacaran aja." sindir lelaki itu lagi sambil meletakkan pesanan diatas meja.

"Kerja, jangan ghosting anak orang aja." sahut Arya lagi dan dihadiahi delikan.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang