BAGIAN (34)

3.3K 356 65
                                    


Hari ini Kavin akhirnya sudah di perbolehkan pulang sebab kondisinya sudah mulai stabil dan baik. Setelah menjelaskan kondisi terkait kesehatan Kavin dan juga beberapa pesan dari dokter kepada Kavin, Kavin pun akhirnya pulang. Jeremy langsung mengurus urus administrasi dan segala sesuatu selama Kavin di rawat.

Jevin pun turut serta menjemput Kavin yang hendak pulang dari rumah sakit setelah beberapa lama dirawat. Jujur ia merasa senang karena akhirnya Kavin bisa sembuh dan tidak perlu merasakan tidak enaknya dirumah sakit lagi. Namun dibalik itu semua, Jevin pun tak lupa tentang rencana Kavin yang akan pergi ikut kakeknya diluar negri setelah keluar dari rumah sakit. Maka itu artinya sebentar lagi Jevin akan benar-benar berpisah jarak dari Kavin. Jujur Jevin tidak rela, tapi ia tidak punya alasan lagi untuk menahan kepergian Kavin sebab hubungan keduanya telah benar-benar berakhir sekarang.

Suasana di dalam mobil terasa sepi saat Jevin, Jeremy maupun Kavin tidak bersuara. Diamnya Jeremy mungkin karena dia fokus mengemudi, tapi lain dengan Jevin yang terus memikirkan Kavin dan diam diam melihat Kavin yang sejak tadi hanya diam tanpa bersuara. Hingga saat ini Kavin pun masih bungkam dan hanya memandang keluar jendela melihat jalanan yang dipadati aktifitas orang-orang.

"Dokter bilang kamu harus istirahat dulu meskipun sudah dibolehkan pulang. Daddy sarankan kamu istirahat lagi selama seminggu dirumah sebelum kembali kuliah," ujar Jeremy memecah keheningan.

Tapi Kavin masih diam beberapa saat, padahal Jevin menunggu jawaban Kavin.

"Ada trauma bawaan di diri kamu akibat kejadian berbahaya yang kamu lakukan sampai menjadi seperti ini. Dokter bilang itu menimbulkan traumatis dan dokter menyarankan kamu untuk melakukan terapi. Apa kamu bersedia?" Tanya Jeremy panjang. Ia menoleh sekilas untuk melihat Kavin yang tetap tak acuh dan melihat ke luar tanpa menanggapi.

Jeremy menghela napasnya berusaha mengerti perasaan sang anak yang mungkin masih tertekan dengan kondisinya sekarang. Tapi Jeremy pun masih bingung sebenarnya masalah apa yang Kavin alami sampai membuat Kavin hancur seperti ini.

"Daddy nggak tau masalah apa yang kamu hadapi, tapi daddy nggak mau kamu terus terusan terpuruk kayak gini, kamu udah dewasa dan hampir mencapai kesuksesan setelah kuliah kamu selesai nanti. Jangan sampai cuma karena masalah yang kamu hadapi, kamu jadi terjatuh dan kembali ke nol, Kavin." Ucap Jeremy mulai menceramahi Kavin, berusaha mengetuk pintu hati Kavin yang memang keras.

Jevin masih setia menyimak di kursi belakang sambil memperhatikan Kavin. Ingin rasanya Jevin ikut menimpali ucapan suaminya dan membantu memberikan pengertian kepada Kavin, tapi Kevin terlalu takut hanya untuk bersuara. Rasanya ia tidak punya hak atas Kavin lagi.

"Kavin bakal lanjutin kuliah di tempat Opa. Lusa Kavin berangkat, " ucap Kavin tiba-tiba menjawab.

Baik Jevin maupun Jeremy pun terkejut mendengar jawaban tersebut. Dua hari masih terlalu cepat untuk Kavin melakukan perjalanan jauh ke luar negri sedangkan Kavin baru saja sembuh dan dokter juga menyarankan Kavin untuk istirahat dulu.

"Lusa? Kamu baru sembuh Kavin. Dokter sendiri bilang--"

"Kavin udah nggak papa, daddy nggak usah khawatir," kekeuh nya tak ingin di bantah.

Dan keputusan Kavin pun tak bisa di ganggu gugat.

****

Malam ini adalah malam terakhir Kavin di rumahnya sebab besok Kavin sudah berangkat ke Kanada tempat kakeknya tinggal. Berat bagi Kavin untuk meninggalkan Jevin, tapi Kavin pun tidak ingin perasaannya terus tersiksa jika harus berada dalam satu rumah bersama Jevin. Kavin sudah mengalah mengikhlaskan Jevin untuk ayahnya, tapi Kavin tidak bisa jika harus melihat orang yang dia cintai bersama ayahnya sendiri.

Mommy Boy (markno) [SEGERA TERBIT] READY STOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang