BAGIAN (9)

7.7K 825 39
                                    

Sesuai rencananya Jevin pulang ke rumah orang tuanya seusai kuliah. Meskipun perasaannya sedang tak menentu pasca ribut dengan Kavin tadi pagi putus dari Kavin, Jevin tetap mencoba mengontrol perasaannya. Jujur Jevin masih belum rela melepaskan Kavin, tapi menyakiti diri sendiri mulai perasaannya, mentalnya bahkan fisiknya dengan menyerahkan diri pada Kavin yang telah berubah malah semakin membuat Jevin tertekan.

Kavin selalu melampiaskan amarahnya dan emosinya pada Jevin tanpa rasa iba, menyiksa Jevin hingga membuat Jevin trauma. Jevin pikir keputusannya sudah benar dan ia hanya perlu menunggu sampai dirinya benar benar ikhlas melepaskan Kavin dan menerima Jeremy sebagai suaminya.

Pukul lima sore Jevin pulang kerumah dengan menaiki taksi. Ia kemudian keluar begitu sampai dan masuk ke dalam rumahnya yang sangat dia rindukan.

"Mama, Jevin datang," ucap Jevin sembari melangkah masuk mencari sosok ibunya.

"Jeviiinnnn!" Pekik sang ibu kaget melihat kedatangan anaknya. Langsung dipeluknya Jevin dengan erat.

"Mama apa kabar." Tanya Jevin.

"Baik. Kamu sendiri gimana? Tumben kesini, sama siapa.." wanita itu melongokkan kepalanya ke arah pintu depan mencari sosok jeremy yang tak muncul muncul.

"Nggak sama suami mu?" tanya ibunya lagi.

Jevin menggeleng lesu dan mendudukkan dirinya di sofa untuk melepas segala lelahnya.

"Enggak, kan dia kerja. Jevin dari kampus langsung kesini, nanti baru dijemput " jawab Jevin.

Sang ibu mengangguk angguk sambil memperhatikan wajah Jevin yang tampak lelah. Mungkin Jevin merasa tidak happy lantaran harus tinggal bersama orang yang tadinya tak dikenal lalu tiba-tiba menjadi suami. Pasti Jevin tertekan.

Dari awal ibunya tidak menyetujui rencana perjodohan anaknya terlebih lagi dengan duda anak satu. Sang ibu lebih memikirkan masa depan dan masa muda Jevin yang masih panjang, namun suaminya itu bersikeras tetap menjodohkan Jevin karena katanya hanya itu satu satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan yang sedang bermasalah lalu.

Jevin menolak keras tentu saja, tapi sebagai seorang anak yang tidak memiliki kuasa apapun di dalam keluarga akhirnya Jevin pun menerima perjodohan itu dengan terpaksa.

"Gimana rasanya nikah sama Jeremy? Dia memperlakukan kamu dengan baik kan? Kamu nyaman tinggal dirumahnya?" Tanya sang ibu khawatir, kepada anak satu satunya yang beberapa lama ini telah menikah dengan seorang duda kaya raya melalui perjodohan kepentingan perusahaan.

"Mama sedih liat kamu dijodohkan sama duda itu tapi Papa mu bener bener gak bisa diajak bicara. Maafin Mama ya gak bisa nyelametin kamu dari perjodohan itu," tutur sang ibu merasa bersalah.

Namun, semua sudah terjadi dan biarlah berlalu. Jevin tidak bisa menyalahkan ibunya karena ibunya pun sama-sama tak punya kuasa atas keputusan ayahnya yang seenaknya. Yang bisa Jevin lakukan sekarang hanya pasrah dan berusaha menjalani hari harinya hingga ia bisa terbiasa dan menerima semuanya.

"Rasanya gak enak lah Ma, Jevin gak suka sama sekali sama dia, tapi mau gimana lagi Papa udah jodohin Jevin sama dia. Kalo untuk sikap dia ke Jevin sih baik kok, cuma Jevin masih kurang nyaman karna anaknya mas Jeremy seumuran sama Jevin. Lucu aja gitu " balas Jevin mencoba tetap biasa saja agar tidak terlihat dia sangat tertekan menghadapi dua laki-laki keras sekaligus. Semuanya biarlah hanya Jevin yang merasakan dan mengetahui situasi sebenarnya. Jevin tidak ingin membuat ibunya kepikiran.

"Syukurlah kalau gitu. Mudah mudahan lama-lama kamu terbiasa dan bisa timbul rasa, karna kalau Mama lihat Jeremy masih cukup gagah dan tampan sih walaupun sudah berumur. Dengan begitu kamu nggak terlalu kelihatan nikah sama om om," sang ibu terkekeh pelan.

Mommy Boy (markno) [SEGERA TERBIT] READY STOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang