BAGIAN (16)

9.2K 691 118
                                    

Sejak kejadian itu .. tanpa adanya kata-kata, tanpa adanya keputusan dari kedua belah pihak Jevin maupun Kavin, hubungan keduanya kini menjadi seperti sepasang kekasih lagi. Sebut saja selingkuhan seperti yang pernah Kavin minta sebelumnya, yang kemudian Jevin memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Namun setelah kejadian kemarin, hubungan mereka kembali mengalir begitu saja.

Kavin memberhentikan mobilnya di depan gerbang kampus nya untuk mengantar Jevin kuliah, sebab jadwal kelas mereka berbeda jadi hanya Jevin yang pergi ke kampus dan Kavin hanya mengantar saja seperti apa yang di pesankan oleh ayahnya.

"Gue kuliah dulu," pamit Jevin sebelum keluar.

Kavin mengangguk sambil tersenyum. Tangannya teranyun menarik kepala Jevin mendekat dan mengambil ciuman di bibir Jevin. Hanya singkat, Kavin kembali melepaskan Jevin.

"Gue jemput nanti. Jangan pergi sebelum gue datang," ujar Kavin menitah dengan mutlak.

Jevin tidak bisa membantah dan akhirnya mengangguk patuh.

"Gue pulang jam empat." Balas Jevin.

"Okey babe. Yaudah sana "

"Lo mau kemana abis ini." Tanya Jevin.

"Ke apartemen. "

"Ngapain?"

"Temen temen mau dateng entar."

Jevin mengangguk kemudian tanpa bertanya lagi dia pun keluar, meninggalkan Kavin yang masih setia memantau sosoknya dengan senyum nakalnya.

"Udah gue bilang lo ga akan lepas dari gue Jevin. "

Jevin melangkah ke kelas dengan pikiran tak menentu setelah mobil Kavin benar-benar pergi. Ada banyak pikiran yang memenuhi kepalanya akhir-akhir ini. Beberapa hari kembali terjerumus pada Kavin dan menjalin hubungan dengan Kavin bukan berarti Jevin tidak memikirkan Jeremy. Jevin justru terus memikirkan Jeremy yang sedang jauh di luar kota, memikirkan bagaimana lagi Jevin harus bebas dari dua belenggu itu.

Kavin dan Jeremy adalah ibarat belenggu bagi Jevin. Kavin membuat Jevin tidak bisa lepas karena selalu bisa memanipulasi dirinya, sehingga semua rencana dan tekad yang sudah Jevin tetapkan selalu bisa runtuh karena Kavin.

Jeremy sendiri terbilang cukup membimbangkan untuk Jevin. Disisi Jevin mulai menerima Jeremy sebagai suaminya dan mengakui sifat Jeremy itu baik dan tulus, membuat Jevin bimbang pula harus memilih Jeremy atau Kavin. Jeremy suaminya tapi Jevin belum sepenuhnya menaruh rasa, sedangkan Kavin jelas orang yang dicintainya tapi sifat dan kelakuan Kavin tidak menunjukkan cinta terhadap Jevin, justru seperti obsesi yang membuat Jevin merasa tertekan.

Memiliki kedua laki-laki itu benar-benar membuat Jevin frustasi. Setiap saat di waktu ia sendirian, Jevin selalu merasa bersalah pada Jeremy, memikirkan suaminya yang telah tulus padanya tapi Jevin justru bermain api di belakang bersama anak dari suaminya.

Sibuk memikirkan itu, tiba-tiba kepala Jevin terasa begitu berat dan sakit. Pandangannya tiba-tiba mengabur dan jatuh sembarang hingga menimbulkan pekikan orang-orang , lalu setelah itu Jevin tidak mengingat apapun.

**

Satu jam sudah Jevin jatuh pingsan, ia dibawa ke ruang kesehatan oleh orang-orang yang melihat Jevin pingsan tadi, lalu Ravel sebagai teman sekelas Jevin pun menunggui Jevin sampai siuman.

Dan beberapa lama Jevin pingsan akhirnya dia terbangun.

"Gue .. kenapa?" Tanya Jevin pada Ravel yang duduk di sisi ranjang.

"Lo pingsan tadi di koridor, orang orang yang bawa lo kesini, terus gue dikasih tau Hengky jadi gue kesini buat nemenin lo." jawab Ravel menjelaskan sekenanya.

Mommy Boy (markno) [SEGERA TERBIT] READY STOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang