BAGIAN (3) 🔞

38.1K 1.5K 183
                                    


Ya setidaknya komen lah cuk udah dikasih tanda merah tuh🌚

"Gue cabut dulu yak " pamit Kavin pada teman-teman nya.

"Baru jam segini anjir. Tumben amat," balas Zaky salah satu teman Kavin.

"Tau. Kayak perawan lo." Sahut yang lainnya mencibir.

"Besok lagi. Malem ini gue ada urusan" Bohong Kavin.

"Urusan apa? Bukannya urusan lo urusan kita juga. Kita satu paket, Bro." Balas Zaky.

"Gue juga punya urusan pribadi cot." Balas Kavin sinis.

"Yaudah sono lah."

"Oke gue cabut ya."

"Iye. Baek baek."

Tanpa balasan kata Kavin pun melajukan mobilnya pulang. Ia sendiri tidak tau kenapa malam ini merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Seperti ada sesuatu yanh mengganggu hatinya namun entah apa itu.

***

Pukul sebelas malam Kavin tiba di rumahnya. Tidak biasanya ia pulang padahal jika sudah nongkrong di basecamp maka Kavin akan lanjut sampai pagi dan pulang esok hari. Tapi untuk malam ini tiba-tiba ia memutuskan pulang karena sebuah dorongan goib menyuruhnya pulang entah apa itu.

Setibanya di rumah mewahnya Kavin melangkah menuju kamarnya, namun sebelum tiba dikamarnya tiba-tiba langkah Kavin tepat di depan kamar ayahnya, Jeremy.

Kavin memandang pintu kamar itu dengan perasaan tak menentu. Maka barulah Kavin sadar mengapa dia tiba-tiba ingin pulang. Namun Kavin justru menyesal karena harus mengingat fakta bahwa ayahnya telah menikah dengan Jevin yang tentunya akan tidur satu ranjang dengan Jevin kan.

Kira-kira apa yang mereka lakukan di kamar malam-malam begini hm?

Tangannya mengepal erat begitu pikiran liarnya melintas di kepala dan membayangkan bagaimana Jevin dan ayahnya bersatu melakukan hubungan suami istri.

Kavin tidak terima, tapi ia juga tidak mungkin langsung menghentikan kegiatan mereka karena yang terjadi justru murka ayahnya yang menakutkan. Shit. Kavin serba salah.

Dengan perasaan dongkol Kavin langsung masuk ke kamarnya dan membanting pintu sekuatnya melampiaskan kekesalannya.

***

Jeremy mengangkat dagu Jevin, dan mencium leher putih itu pelan, membuat Jevin mendesah tak nyaman. "A..Ahhh.. Mas.." desah Jevin disela-sela erangannya sambil menggeliat memberontak.

Sejujurnya, Jevin sangat tidak menyukai kegiatannya ini karena selain tidak bernafsu, Jevin juga tiba-tiba merasa ketakutan begitu mengingat Kavin yang mungkin saja tidak terima Jevin melakukan hal ini bersama ayahnya sendiri.

Seperti ucapan Kavin tadi pagi bahwa Kavin tidak akan terima jika Jevin di sentuh oranglain, tapi menolak keinginan Jeremy juga Jevin tidak bisa sebab Jeremy adalah suaminya. Bukankah Jeremy juga akan marah jika Jevin menolak keinginan hasratnya sebagai suami. Jevin bingung.

"Sshh.."

Jeremy membuka kemeja Jevin, kemudian menghisap dadanya keras-keras, membuat Jevin tersentak.

"Ahhk! Ghhgg!..." Jevin berusha mendorong tubuh Jeremy, tapi pria itu terus meremas dada putih Jevin dan menghisapnya.

"Nghhh...Hhh" Lenguh Jevin lagi sambil dia terus mendorong kepala Jeremy dari dadanya.

"Diam sayang," ucap Jeremy pelan nan rendah.

Ia menatap Jevin tajam. "Bukannya ini wajib untuk kita lakukan? Mas tau kamu belum terbiasa, tapi kamu juga nggak boleh nolak.." ujar Jeremy setelah melepaskan hisapannya.

Mommy Boy (markno) [SEGERA TERBIT] READY STOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang