BAGIAN (47)

4.2K 435 106
                                    

Vote + komen

Setelah drama pertemuan penuh dengan air mata kesedihan dan rasa sakit, Jevin menceritakan semuanya yang terjadi setelah Kavin pergi dulu. Bagaimana Jevin menjalani hidupnya dengan gelisah karena terus memikirkan Kavin, bagaimana Jevin merasa takut dan was was Jeremy mengetahui semuanya sedangkan tidak ada Kavin di sampingnya, dan bagaimana Kevin berusaha untuk tenang setelah Kavin pergi, tapi nyatanya Jevin tidak bisa, ia justru merasa hari harinya tidak tenang. Jevin menyesal.

Dan akhirnya Kavin mengerti bagaimana tersiksanya Jevin, ia juga baru menyadari bahwa ternyata bukan hanya Kavin yang tersiksa dan menderita disana, tapi Jevin pun merasakan hal yang sama. Kini keduanya sadar ternyata kekuatan cinta mereka memang sekuat itu sampai tidak bisa di jauhkan, namun mau bagaimana pun juga keduanya sudah tidak bisa bersama lagi lantaran Jevin sudah mengandung anak orang lain, bukanlah Kavin.

"Maafin gue udah minta lo buat pergi, maafin gue.. ternyata gue gak bisa Vin, gue gak bisa jauh dari lo, gue .. gue terlalu ketergantungan sama lo.." ucap Jevin mengeluarkan rasa bersalahnya atas keputusannya dulu yang meminta Kavin pergi. Ia sungguh menyesal.

"Jangan pergi lagi.. gue gak bisa hidup tanpa lo" pinta Jevin. Jujur Jevin memang tidak bisa hidup tanpa Kavin. Beberapa bulan yang lalu hidup tanpa Kavin sudah cukup menjawab bahwa Jevin memang tidak bisa.

"Gue gak akan pergi sampai semuanya baik-baik aja" jawab Kavin.

Namun Jevin menggeleng. Bukan itu yang Jevin mau. Jevin maunya Kavin tetap berada di sisinya selamanya.

"Nggak mau. Gue mau lo terus disini. Jangan pernah pergi lagi" Jevin menatap Kavin dengan segenap permohonan nya.

Kavin akhirnya membawa Jevin ke dalam dekapan ringannya, menyamankan Jevin dalam dadanya. "Tapi lo akan hidup sama daddy, Jev. Kalian udah nikah dan akan punya anak"

Jevin lagi lagi menggeleng. "Dia mau nyeraiin gue. Tapi gue gak mau pisah sama anak gue,"

"Daddy gak akan lakuin itu. Dia cuma masih terbawa emosi sesaat dan kecewa. Daddy sayang sama lo, sama anak yang ada di kandungan lo, gak mungkin daddy tega ninggalin lo" ujar Kavin panjang lebar.

"Tapi gue maunya sama lo Vin.." Jevin menangis lagi. Apa ini sudah sangat terlambat untuk Jevin kembali kepada Kavin? Jevin tidak ingin menyalahkan kehadiran anaknya di dalam perut, tapi memang karena anak itulah Jevin jadi serba salah antara memilih Kavin atau anaknya dengan Jeremy.

"Harusnya kita gugurin aja anak ini dulu, gue gak mau sama bokap lo, gue takut " ucap Jevin tanpa sadar, pikirannya telah kacau sampai pemikiran jahat itu melintas begitu saja.

Kavin langsung menatap Jevin tak suka. "Maksud lo apa? Lo gak boleh gitu, jev. Kenapa lo tega bilang gitu setelah kandungan lo sebesar ini. Bentar lagi baby lahir, gimana perasaan dia kalau tau orang tuanya berniat gugurin dia tadinya " ujar Kavin kecewa. Jujur Kavin kesal pada pemikiran Jevin yang jahat, tapi Kavin akan mengerti mungkin saja itu karena Jevin sedang sangat kacau sampai tidak bisa berpikir jernih. Kavin saja merasa sangat menyayangi anak dalam kandungan Jevin walaupun itu bukan anaknya, Kavin tidak sabar menunggu hadirnya sang bayi, tapi Jevin justru berpikir seperti itu.

"Maaf.." Jevin menunduk sedih sambil menatap perutnya yang besar. Iya jadi merasa bersalah.

"Maafin mommy.." ucap Jevin mengelus perutnya.

Kavin menghela napasnya lelah. "Jalani aja semua yang udah terjadi. Kalau baby udah lahir, gue yakin dia bakal bawa kebahagiaan buat lo dan daddy. Percaya. Baby gak akan hadir kalau dia gak membawa kebahagiaan buat orang tuanya." Tutur Kavin tulus.

"Kali ini gue nyerah Jev. Gue gak akan pergi dari lo, tapi gue juga gak bisa sama lo. Gue cuma bisa jagain lo dari jauh, gue bakal pastiin lo bahagia dan semuanya baik. Nggak masalah gue sakit, asalkan lo bahagia, gue rela" ujar Kavin, membuat Jevin lagi lagi merasa bersalah. Selama ini Kavin pasti sangat tersiksa.

Mommy Boy (markno) [SEGERA TERBIT] READY STOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang