Part 32

2.7K 428 17
                                    

Tanpa di duga, video Chintya dan Valentino meroket melejit, menjadi viral. Secara tak langsung perusahaan Zenna pun ikut tersohor karena ZMEnt. lah yang menaungi Chintya dan mungkin bila Valentino pun ingin debut sebagai penyanyi, maka Zenna pasti dengan senang hati menerimanya.

Semua talents yang bernaung di perusahaan Zenna mayoritas adalah teman-teman Zenna seperti para teman sekelasnya, Jonathan, Cecilia, Thalia, Aaron, dan Jenny. Kini bertambah dengan Chintya yang tengah menjadi perbincangan hangat publik.

Cecilia, Thalia, dan Jenny, mereka dijadikan satu girl group yang memang mampu bernyanyi sambil menari. Sedangkan Jonathan, Aaron, dan Chintya didebutkan sebagai penyanyi tunggal.

Zenna tersenyum bahagia ketika mendapati bahwa teman-teman sekelasnya yang dulu hidup kesusahan kini sudah tidak lagi kebingungan perihal biaya apapun. Mereka sudah berkarir dengan bakat mereka sendiri.

Selaku pemimpin perusahaan, Zenna tidak memforsir para talent nya untuk terus berlatih. Bagi Zenna, bila memang passion mereka di bidang itu, tanpa disuruh pun pasti akan memberikan sisi terbaik mereka. Itulah mengapa Zenna memilih mereka yang memang berbakat sekaligus berminat.

Zenna juga selalu menekankan pada teman-temannya bahwa tetap memprioritaskan sekolah mereka terlebih dahulu. Bagaimanapun pendidikan perlu dipertahankan karena ilmu adalah sebuah investasi bagi masa depan.

Lamunan Zenna membuyar ketika mendapati sepasang lengan kekar memeluknya dari belakang. Tanpa harus menoleh, Zenna jelas hafal dengan proporsi tubuh maupun parfum dari orang yang memeluknya. Dan itu adalah Zergan.

"Kenapa melamun?" Tanya Zergan yang kini menumpukan dagunya pada puncak kepala Zenna, berhubung tinggi Zenna yang sebatas dadanya saja.

Zenna mengusap lengan yang melingkar di perutnya itu dengan pelan. "Aku tidak melamun, melainkan memikirkan bahwa kebahagiaanku kini telah cukup. Teman-teman semua sudah tidak ada yang kesusahan lagi. Bahkan Chintya kini sudah menjadi terkenal dan mampu membuat perusahaanku meroket seketika."

Zergan tersenyum kecil, "itu imbalan atas usaha kerasmu, Nana."

Zenna terkekeh kecil, "sebenarnya lebih karena mereka. Tanpa mereka yang memiliki bakat itu, perusahaanku tidak akan berkembang seperti sekarang. Aku hanya pengakomodasi."

Zergan, "sama sajalah. Intinya kalian bekerja keras dalam kesuksesan ini."

"Ya, lalu bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Zenna yang telah mengetahui segala pekerjaan tentang Zergan, baik dunia bersih maupun hitam, Zergan telah memberitahukan segalanya.

"Semua baik-baik saja. Hanya hati dan pikiranku sedikit terdistraksi karena merindukanmu. Berkat pekerjaan itu, aku sulit menemui kekasihku sendiri dan itu menyebalkan." Keluh Zergan dengan suara manjanya, membuat Zenna tertawa kecil.

Zenna, "tak apa, selagi masih muda, kita memang pasti disibukkan untuk meniti karir. Nanti juga terbiasa dan pastinya suatu saat kita pasti bisa menikmati hasilnya saja dan akhirnya memiliki banyak waktu."

Zergan mengecup puncak kepala Zenna, singkat, "ya, dan saat semuanya stabil dan terkendali. Aku akan menikahimu saat itu juga."

Wajah Zenna bersemu. Tak dapat dipungkiri, jiwa dewasanya meronta, sudah ingin merasakan bagaimana rasanya berumah tangga. "Ya ku tunggu waktu itu. Semoga kau tak berubah pikiran."

Zergan, "tidak akan berubah pikiran. You are my soulmate. I know it well."

Keromantisan keduanya terganggu karena kini seseorang berdeham dengan suara kerasnya. Dan ternyata itu adalah Richie, ayah dari Zenna atau calon mertua Zergan?

"Tidak baik, kedua pasang berjenis kelamin berbeda, berada di satu ruangan yang sama. Dad belum ingin memiliki cucu." Ucap Richie dengan wajah meledek.

Zenna langsung melepaskan pelukan Zergan dan berlari kecil menghampiri ayahnya. "DAADDD!!" pekik Zenna menubruk tubuh tegap Richie, membuat Richie tertawa dan Zergan mendengus.

"Icha merindukan daddy ya?" Richie mengusap lembut kepala Zenna.

Zenna mengangguk cepat, "ya, dad dan mom selalu pergi dan Icha kangen."

Richie menatap bersalah pada putrinya. Memang akibat dirinya dan istrinya yang berkarir di bidang bisnis yang merajalela, membuat keduanya jadi sering keluar kota atau bahkan negeri, untuk mengecek semua cabangnya. "Maafkan daddy dan mommy ya. Itu tanggung jawab kita sebagai pemilik perusahaan. Tapi daddy dan mommy akan mengusahakan pulang lebih cepat dan lebih sering ya?"

Zenna mencebik kesal, "dad dan mom selalu berkata seperti itu, tapi tetap saja pulangnya lama."

Richie semakin dilanda rasa bersalah. "maafkan daddy ya sweetheart."

Zenna, "tidak dad. Icha paham kok kalau daddy mommy ngelakuin ini juga buat Icha. Maaf Icha egois. Tapi tak apa, sekarang Icha juga udah jadi orang sibuk." Zenna tertawa kecil untuk menghibur perasaan sedih sang ayah. "Oh ya, dimana mom, dad?"

Richie, "mommy mu sedang ladies time bersama calon mertuamu."

Blush

Wajah Zenna kembali memerah, entah mengapa dirinya merasa malu karena Richie berkata demikian ketika ada Zergan di kamarnya. Bahkan Zenna belum pernah bertemu dengan orangtua Zergan, tapi ayahnya sendiri, dengan wajah tak berdosanya, mengungkit perihal 'calon mertua'.

Mengerti pemikiran putrinya, Richie berniat menjahili putri dan calon menantunya yang berwajah datar itu. "Kami berniat menjodohkanmu dengan anak sahabat mommy mu dari kecil. Anaknya sangat tampan, kau pasti menyukainya."

Hening

Seketika Zenna langsung mendongak kaku, dirinya kira, calon mertua yang dimaksud adalah mamanya Zergan, tapi mengapa ayahnya berkata sahabat mommy dari kecil? Itu jelas bukan keluarga Xinlaire karena mereka dipertemukan karena bisnis dan itu berarti kita sang ayah dan ibu, baru memasukki dunia bisnis. Bukan dari kecil.

Tidak hanya hening, kini udara terasa dingin akibat ulah Zergan yang menahan amarah dengan mengepalkan tangannya. "Om bercanda, kan? Nana itu kekasih Zergan dan om dengan tega menjodohkannya dengan orang lain?" Zergan berusaha mengontrol emosinya pada Richie, bagaimanapun Richie adalah ayah kandung kekasihnya sendiri.

"Hahahahaha" tawa Richie pecah seketika. Dirinya tidak kuat menahan diri untuk menjahili kedua insan muda itu. Dirinya juga was-was apabila Zergan justru bertindak nekad. Bukan pada dirinya melainkan pada putrinya. "Daddy bercanda. Mommy mu sedang hangout bersama mommy Zergan."

Spontan pasangan muda itu menghela nafas lega. Zergan sendiri mengendurkan kepalan tangannya. Zenna hanya mencubit kecil perut ayahnya karena kesal.

Richie menguraikan pelukan dirinya dari anaknya karena ingin mandi terlebih dahulu. Namun belum benar-benar keluar dari kamar Zenna. Richie berceletuk, yang membuat wajah Zenna semakin memerah malu dan salah tingkah, sedangkan Zergan tersenyum miring menggoda Zenna.

"Tapi perihal perjodohan kalian berdua, itu daddy tidak berbohong." Lalu Richie benar-benar meninggalkan keduanya.

Zergan mendekati Zenna kembali dan berbisik, "ternyata kita telah direstui, sayang. Apa kita menikah sekarang saja?"

Zenna menggosok telinganya karena geli dengan hembusan nafas Zergan. "Jangan mengada-ngada. Kita masih sekolah." Lalu berlari kecil meninggalkan Zergan yang tertawa melihat tingkah laku menggemaskan kekasihnya itu.




To Be Continue

***

Udah gak berharap deh sama VOTE, menyerah meminta terus wkwkw

NOTE : aku update sesuka hati dan moodku. Jangan marah atau kesel karena itu perasaanku sama silent reader juga tapi gak bisa apa-apa T_T

New Me : 0,1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang