Part 30

3.1K 535 18
                                    

Lagi-lagi gak dapet vote yang sesuai. tapi gapapa karena aku lagi baik, aku update yaw.

***

Zenna tengah berada di kantor pribadinya saat ini ditemani sosok Wilbert. Wilbert datang untuk menyampaikan laporan perihal kinerja Chintya yang mengurus segala kepentingan di perusahaan Entertainment miliknya.

Melihat hasil laporan tersebut, Zenna cukup puas. Memang tidak perlu diragukan lagi kecerdasan Chintya.

Melihat Zenna yang tersenyum puas, Wilbert pun merasa lega karena berhasil mengajarkan dan membimbing Chintya. Wilbert mulanya ragu karena Chintya masihlah pelajar yang bahkan bukan berasal dari keluarga pebisnis. Namun memang sangat tidak diperbolehkan meremehkan orang lain, karena faktanya, Chintya mampu memahami setiap ajarannya hanya dengan sekali pembahasan saja.

Zenna, "apa mentor yang kita datangkan, sudah mulai memilah talent untuk debut?"

Wilbert menggeleng, "menurut mereka, kemampuan talent yang kita miliki masih belum sempurna untuk debut. Ada yang pandai menari namun tidak stabil untuk suara begitupun yang lain, ada sebaliknya."

Zenna mengangguk menyetujui. Walau Zenna masih fokus dengan sekolahnya, namun keteguhan hatinya yang ingin menyukseskan perusahaan Entertainmentnya, membuat Zenna selalu memforsir waktu untuk melihat perkembangan para trainee nya.

Zenna, "aku belum sempat melihat perkembangan Cecilia, Jonathan, dan Thalia. Bagaimana dengan mereka?"

Dengan cekatan, Wilbert langsung menyerahkan tablet nya dan memutarkan beberapa video yang langsung di perhatikan oleh Zenna. Sembari video berputar, Wilbert turut menjelaskan, "untuk teman nona yang bernama Jonathan, dia sudah hampir menguasai seluruh proses pelatihan, mulanya, Jonathan tidak mampu mengontrol pernapasannya ketika bernyanyi sembari bergerak, kini sudah lebih stabil. Untuk Thalia dan Cecilia, mereka cukup lebih sulit karena faktor waktu latihan yang sedikit."

Alis Zenna berkerut, "kenapa bisa begitu?"

Wilbert, "itu karena mereka harus bersekolah dan juga bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang, nona. Berbeda dengan Jonathan yang tidak sampai harus bekerja demi ekonomi, sehingga memudahkan dia mengatur waktunya."

Zenna menepuk keningnya karena tersadar dengan kecerobohannya, "bodohnya aku, kenapa aku bisa lupa kalau Thalia dan Cecilia memerlukan uang saku tambahan. Baiklah kak Wilbert, tolong bantu aku sampaikan pada Chintya, mulai bulan depan, seluruh trainee akan mendapatkan uang saku. Dan gunakan lantai 12 hingga lantai 15 gedung kita, untuk dijadikan asrama sementara bagi mereka yang memerlukannya, kita juga akan menyediakan cathering sehat untuk menjaga kesehatan mereka, sekaligus bentuk tubuh mereka. Jadi, mereka tidak perlu lagi memikirkan kontrakan, kos, dan makanan harian mereka lagi. pastikan mereka tidak terdistraksi di tempat lain lagi selain sekolah."

Wilbert tersenyum kagum dan lantas mengangguk, mencatat segala perintah Zenna.

Selang beberapa saat, Zenna teringat sesuatu hingga matanya mencuri pandang pada Wilbert yang masih fokus dengan catatannya, "aku mendengar ada seseorang yang menggunakan namaku untuk menemani Valentina melakukan terapi, apa kakak tahu siapa dia?"

Uhuk Uhuk Uhuk

Pertanyaan Zenna, membuat Wilbert tersedak ludahnya sendiri. Tubuhnya membeku dengan mulut terbuka tidak elit, matanya ikut membola karena terkejut dengan kebohongannya yang diketahui oleh majikannya itu. Wilbert merasakan takut dan panik di saat yang bersamaan. Apakah dirinya akan dipecat? Apa yang harus dia katakan pada keluarganya bila dirinya diketahui melakukan hal tak bermoral seperti itu?

Zenna mengulum senyumnya dengan tingkah Wilbert, membayangkan cukup menyenangkan untuk mengerjai asisten pribadinya yang tergolong cukup kaku dan selalu bersikap formal meskipun dirinya telah meminta untuk bersikap lebih santai.

Wilbert yang gugup langsung menunduk dan meminta maaf atas kelancangannya. "Maafkan kelancangan saya, nona."

Zenna dengan sengaja memasang ekspresi datar. "Jadi? Kenapa kakak menggunakan namaku?"

Wilbert memilin tangannya karena gelisah. Sungguh Zenna ingin tertawa karena Wilbert bertingkah tidak pada usia dan kebiasaannya. Andai Valentina berada disini, pastilah Valentina akan semakin jatuh hati karena ini penampakan baru seorang Wilbert.

Wilbert, "Saya ingin membantu untuk menemani terapi nona muda Parwez. Tapi karena beliau masih memiliki trauma, saya mencoba dengan cara halus agar nona muda Parwez tidak ketakutan. Sekali lagi maafkan saya karena telah lancang, nona."

Zenna menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya, menatap lurus pada Wilbert yang masih menundukkan kepala, sembari memilin tangannya, sesekali melirik kecil ke arah Zenna seperti seorang anak kecil yang ketakutan dimarahi oleh ibunya sendiri.

Zenna, "apa kakak tertarik dengan Valentina?"

Wilbert menegang. Tidak dapat menyangkal karena sejujurnya, hatinya mengatakan bahwa dirinya memiliki perasaan namun disisi lain, Wilbert cukup sadar diri bahwa dirinya bukanlah keluarga besar yang layak bersanding dengan seorang nona muda dari keluarga Parwez. Keluarganya memang bukan tergolong orang kecil namun keluarganya bisa memiliki asset seperti sekarang, itu karena sejak dahulu sudah bekerja pada keluarga Mallory.

Zenna menaikkan sebelah alisnya karena bingung dengan kebisuan Wilbert. "Zero, kenapa kak Wilbert tidak menjawab? Apa yang dipikirkannya?" Zenna yang penasaran, mencoba berbicara dengan Zero.

"Kesenjangan sosial, nona"

Zenna mengangguk tanpa sadar lalu berdiri dan menghampiri Wilbert, menepuk pundak Wilbert. "Keluarga Parwez tidak memandang derajat sosial. Selama anak-anaknya bahagia, mereka pasti menyetujui selama tidak ada catatan hitam di hidupnya. Jangan takut. Jangan menyerah. Tunjukkan bahwa kakak layak bersanding dengan Valentina. Bukan dari segi materi. Kakak pasti mengerti, kan?"

Wilbert terdiam namun akhirnya dirinya mendongak, memberanikan diri untuk menatap majikan mudanya lalu tersenyum kecil. "Saya mengerti, nona. Terimakasih."

Zenna membalas senyumnya.

"Ekhem." Keduanya sibuk berbincang, tidak menyadari pintu terbuka karena Zergan mencari sang kekasih.

Zergan berniat datang dengan berseri- seri namun ketika membuka pintu, seri itu menghilang dengan rasa cemburu yang membuncah karena melihat pujaan hatinya saling melempar senyum dengan asisten pribadi kekasihnya sendiri.

"Pergilah Wilbert atau aku akan menjodohkan Valentina dengan orang lain." Ancam Zergan pada Wilbert dengan tatapan tajamnya.


To Be Continue

***

Next = 200 Vote >_<

New Me : 0,1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang