Part 15

6.1K 875 29
                                    

Sepanjang Zenna melangkah, dirinya menjadi pusat perhatian namun kini pandangan mereka berbeda, bila dulu mereka mencemooh, kemarin memandang terpesona dan sekarang menunduk segan dan takut?. Memang sebesar itu pengaruh kasta yang cukup menyebalkan bagi Zenna.

Zenna terus berjalan dengan anggun dan berwibawa hingga dirinya berhadapan dengan Kevin dan kelompoknya, tidak lupa ada Cynthia disana. Alis Zenna terangkat karena mereka seperti sengaja menghalangi jalannya.

Kevin yang melihat ekspresi Zenna, merasa tersentil hatinya, Zenna pasti belum sepenuhnya menghilangkan perasaannya yang berusia tahunan itu kan?

"Na? Nanti istirahat kita makan bareng ya?" ucap Kevin lembut.

Cynthia reflek memandang kesal Kevin "kakak apa-apaan sih? Kok ngajak perempuan lain? Disini aku pacar kakak loh" biasanya bila Cynthia sudah memasang wajah kesal, Kevin langsung membujuknya namun tidak kali ini, sesungguhnya Kevin risih ketika Cynthia terus menempelinya dan mencoba meminta maaf atas kesalahpahaman 'katanya' yang terjadi.

Zenna hanya menatap datar semuanya "koridor bukan milik kalian, menepi" ucapnya formal dan dingin.

"Wow wow wow chill girl" Diego mencoba mencairkan suasana karena Zenna tampak memandang penuh permusuhan. Terpaksa Diego menepi sembari menarik Theo dan reflek Theo menarik Clarin, kekasihnya.

Zenna tidak menjawab dan ingin melangkah karena jalannya telah terbuka namun cekalan tangan Kevin menghentikan. Sungguh De Javu.

"Na, please" mata Kevin memandang Zenna penuh permohonan.

Cynthia yang kesal langsung menepis tangan Kevin dan Zenna "jangan mentang-mentang kamu ngerasa cantik dan kaya lantas buat kamu seenaknya. Kak Kevin itu pacar aku"

Kevin menatap garang Cynthia "kita udah putus ya. Lo gak berhak ngatur gue"

Cynthia menggeleng "tapi kakak gak bakal begini kalau bukan karena dia kak. Kakak berubah ke aku karena dia. Dia yang buat kita jadi kaya gini sekarang"

Kevin hendak membantah namun suara malas Zenna lebih dulu terdengar "lo lagi bercermin? Gue gak ngerti lagi lo itu punya malu apa engga sih? Ups kayanya kemaluan lu ilang ya? Typo deh tapi urat malu" kekeh Zenna "Ck! Tenang aja, gue udah punya berlian kenapa harus mungut batu kali. Gak usah banyak drama di depan gue" lanjutnya.

Tangan Kevin mengepal mendengar perkataan Zenna, dirinya sakit hati namun tak dapat dipungkiri bahwa selama ini dirinya salah karena mengabaikan Zenna hanya demi Cynthia. Membuang berlian demi batu kali juga merupakan sindiran telak perihal mereka.

Cynthia yang marah mengangkat tangannya hendak menampar Zenna namun perkataan Zenna membuatnya membeku "yakin mau main fisik? Apa lo pikir setelah ini gue bakal maafin lo gitu aja dan biarin lo? Hmm kalaupun iya gue gak tegaan tapi gue yakin, my Egan yang bakal balas lo berkali lipat. Dia jaga gue bagai barang mudah pecah dan lo justru mau lukain gue? Hahah Bahkan mungkin sekalipun lo ngerengek minta mati nanti, dia gak bakal lepasin lo. Mau taruhan? Tampar aja" tantang Zenna dengan alis terangkat juga senyuman miring.

Tangan Cynthia langsung meluruh, dirinya cukup sadar dengan sosok Zergan yang menjadi tameng Zenna. Cynthia menggeram kesal, dirinya harus mendapatkan Zergan.

"Good Job!" suara tegas seseorang membuat mereka berbalik. Disana Zergan jalan santai mendekat lalu tanpa banyak kata merangkul Zenna setelah memberikan kecupan singkat di keningnya sebelum matanya menatap tajam Cynthia "kalo tadi tangan lo sampe lukain pacar gue, gue pastiin tangan itu kepisah dari tubuh lo"

Zenna terkekeh melihat wajah pias Cynthia "see?" lalu menatap Zergan dengan senyuman "I have my guardian fiend beside me".

Kevin terlihat memanas menyaksikan interaksi yang entah mengapa terlihat manis di waktu yang tidak tepat "aku pastiiin milikin kamu lagi, Na" tekad Kevin sebelum akhirnya pergi dengan penuh amarah diikuti teman-temannya, meninggalkan Cynthia yang masih gemetar dengan tatapan membunuh Zergan.

"Sepertinya aku harus membunuhnya" ucap Zergan datar menatap punggung Kevin. Ucapan santai Zergan semakin membuat lutut Cynthia melemas.

Sesungguhnya Zenna cukup takut, dirinya bukan psikopat, dirinya manusia sehat dan normal. Mencoba memberanikan diri, Zenna memeluk leher Zergan "jangan gitu. Aku takut, Egan"

Zergan melembutkan tatapannya dan membalas pelukan Zenna "sorry, Love"

Zenna mengangguk "ayo ke kelas. Aku mau kasih tau teman-teman yang lain kalau kita pindah kelas ke lab komputer sementara kelas F semua di renovasi"

Zergan tersenyum "you did well"

"I know" kekeh Zenna

Keduanya melupakan keberadaan Cynthia yang masih bersimpuh di depan mereka. Entah lututnya masih lemas atau berharap Zergan menolongnya.

Saat keduanya ingin pergi, Cynthia menarik ujung celana Zergan dan memasang wajah menyedihkan "apa kakak bisa bantu aku berdiri? Aku sangat lemas". Bukannya iba, Zergan berdesis, dengan kasar menarik kakinya "jangan pernah sentuh gue. Level kita beda. Lo terlalu kotor buat bisa bersentuhan sama gue".

Lalu Zergan menoleh menatap Zenna yang memandang Cynthia datar "sayang, temenin aku beli seragam baru. Celana aku udah terkontaminasi, harus di bakar"

Zenna mengangguk pada Zergan namun sebelum mereka benar-benar pergi, Zenna menatap Cynthia tajam, tatapan itu seperti milik Zergan yang marah sebelumnya dan saat ini, Zenna pun menujukan itu pada Cynthia "Egan is mine. Dan asal lo tahu, gue bukan orang baik yang diem aja ketika ada yang mau merebut milik gue. Ingat itu Cynthia".

Perkataan Zenna, membuat senyum lebar tercipta di bibir Zergan, perasaan menggelitik di rasakannya. Ah dirinya berbunga-bunga. Zergan menyukai Zenna yang posesif padanya menandakan bahwa Zenna juga tidak ingin kehilangannya bukan? Apakah dia harus sering mengkonfrontasi melalui Cynthia agar Zenna lebih posesif? Oh sepertinya otak Zergan sudah tidak benar.

***

"Kalau dengan cara baik-baik gak bisa maka jangan salahin gue kalau harus pake cara keras buat milikin lo, Zenna. Gue bakal buat lo jadi milik gue seutuhnya"




To Be Continue

***

VOTE udahh? O_O



Love,

MiZha

New Me : 0,1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang