Part 9

8K 1K 121
                                    

Saat tersadar, Chintya mengepalkan tangannya. Dirinya melihat sekitarnya dan semua orang terlihat terdiam terpesona membuatnya kesal "wah apakah selama 3 bulan lebih kamu gak sekolah, kamu operasi plastik?" Chintya berusaha terlihat polos dan antusias walau sesungguhnya maksudnya adalah menyadarkan semua orang bahwa kecantikan Zenna tidaklah murni.

Zenna langsung tertawa kecil "sepertinya anda iri dengan paras saya, bukankah begitu?" tanyanya telak.

"Haha kamu bisa aja Zenna, gak mungkin aku iri, aku cukup puas dengan kecantikan alamiku. Lagipula kalaupun kamu cantik sekarang, ucapanku sebelumnya tentang kak Zergan yang tidak cocok denganmu masih sama, cantik saja tidak cukup bukan? Kak Zergan adalah keluarga terpandang, tidak cocok dengan perempuan miskin" sepertinya Chintya sudah melupakan keharusan bertutur kata munafik yang manis, lihatlah bahkan sekarang dirinya terus terlihat berusaha menjatuhkan Zenna.

Zergan sudah mengepalkan tangan menahan rasa ingin memukul wajah Chintya namun sayang, genggaman Zenna membuatnya harus menahan diri.

"Hmm, tampaknya anda ingin sekali menjatuhkan saya ya? Hanya orang buta dan tuli yang tidak menyadari niat anda sedari tadi. Pertama, anda berusaha menjatuhkan saya dengan wajah saya lalu disusul dengan mencemooh perihal kemiskinan. Hah~ begini nona Chintya yang merasa paling cantik, paling kaya, dan paling benar. Kau sadar tidak bahwa ucapan anda itu tidak sinkron. Anda mengatakan wajah saya hasil operasi plastik, then bukankah oplas itu membutuhkan uang yang cukup banyak ya? Apalagi bila hasil akhirnya seperti saya. Lalu bila saya memiliki begitu banyak uang, bukankah itu berarti saya bukan orang miskin? Jadi mana yang benar tentang saya dari penilaian anda itu, hm?" balas Zenna santai namun berhasil membungkam Chintya.

Melihat Chintya sudah tidak mengoceh, Zenna segera berlalu bersama Zergan, meninggalkan Kevin dan Chintya dan beberapa penonton lainnya.

Melihat sikap tak tersentuh Zenna, Chintya tanpa sadar mendengus dan itu membuat tatapan Kevin padanya sangat sulit "kenapa?" tanya Kevin dengan datar pada Chintya.

Chintya langsung tersadar dan kembali memasang wajah polosnya "apa maksudmu kak?"

Melihat dengan mata kepalanya sendiri sikap Chintya yang baru dirinya ketahui, Kevin langsung melepaskan genggaman tangannya "ternyata selama ini gue tertipu ya sama sikap lo itu, Tya" lalu berjalan hendak meninggalkan Chintya.

Chintya yang panik langsung meraih tangan Kevin "apa maksud kakak? Aku tidak mengerti kak. Kakak jangan begini. Kakak tau kan kalau Tya sayang kak Kevin?"

Kevin terkekeh hambar dan kembali menepis tangan Chintya "oh ya? Hei Tya, lo pikir gue orang bego hah? Gue cowok dan gue jelas liat tingkah lo di depan Zergan, tingkah cewek gatel minta di notice dan lo gak lupa kan tadi lo bilang gue masih pacar Zenna, maksud lo apa ngomong gitu? Lo jelas tau kalau gue udah putusin dia. Dan semua tingkah lo hari ini mencerminkan seolah gue bukan cowok lo. Gue gak nyangka sumpah, gue sia-sia in Zenna cuma buat cewek gampangan kaya lo"

Ucapan Kevin tentu saja menyentil harga diri Chintya walau benar adanya tapi Chintya tidak suka dijabarkan secara langsung seperti itu. Melihat punggung Kevin yang menjauh, Chintya tersenyum sinis 'awas lo Zenna'.

Berbeda dengan Kevin dan Chintya, kini Zenna dan Zergan justru ke ruang kepala sekolah. Lebih tepatnya Zergan menarik Zenna ke ruang kepala sekolah agar meminta dipindahkan ke kelas yang sama.

BRAK

Sosok paruh baya yang sedang berkutat dibalik meja terjengit kaget dengan pelaku pendobrak kasar pintunya. Ingin mengumpat namun saat melihat sosok Zergan, tentu saja sang kepala sekolah tidak berani dan justru berdiri sopan.

"Ekhem, selamat pagi, tuan muda Xinlaire, ada yang dapat saya bantu?" tanya kepala sekolah yang melihat Zergan berdiri di depan dengan menggandeng seorang perempuan.

New Me : 0,1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang