Episode 3

1.3K 134 5
                                    

"Hei, tenang lah dulu. Aku ke sini untuk mengajak mu" Kewaspadaan ku meningkat, orang ini memiliki gelagat yang aneh.

Saat aku sedang berkutat dengan pemikiran ku, orang itu tiba-tiba berada tepat di belakang ku. Lalu entah sulur ataupun tentakel menyerang tengkuk leher ku lalu membuat ku mendengus.

Krek
Clack
Entah apa yang dia masukkan ke dalam darah ku. Namun, aku hanya mendengar suaranya sekali lagi dengan samar, sebelum pingsan 'Nama ku Muzan, aku tuan mu'. Aku bergumam sebelum benar-benar pingsan, dan dia hanya tertawa mendengar nya 'Akan ku ingat namamu, sebagai pembunuh, bukan tuan.

Aku duduk lalu terbangun, tangan kanan ku ku letakkan di bagian kanan kepala Ku. Rasanya sangat sakit, seperti kepalaku di tusuk menggunakan lima ratus buah pedang. Aku melihat sekitar lantas terkejut.

Astaga lihatlah, rumah ku sudah tidak terbentuk. Dan ibu ku, dimana kah ibu. Aku harus segera mencari ibu ku.

"HAHA-UE! HAHA-UE! DOKO?! DOKO, HAHA-UE!" Aku berteriak seraya memangil Ibuku, saat itu aku tak mampu berdiri, mungkin aku masih terpengaruh apapun itu yang di masukkan oleh di Muzan brengsek itu.

Terlihat sebuah lengan seseorang di dalam tumpukan reruntuhan dinding-dinding rumah. Aku menghampirinya, lalu mencari tau siapakah dia. Astaga, ini adalah gadis pelayan yang ku temui. Nampaknya dia sudah menghembuskan nafas terakhirnya, aku terlambat.

Aku segera menyeretnya keluar dari reruntuhan bangunan-bangunan yang menumpuk. Kulitnya terlihat pucat, bibir nya pun juga. Dia mati dengan mata terbuka dan mulut terbuka, nampaknya sebelumnya dia sangat terkejut.

Terdapat suara dari pergerakan, aku menoleh kebelakang dan aku menghampiri asal suara itu. Ku kira itu adalah ibuku, tetapi ternyata tidak. Aku pantang menyerah untuk mencari ibuku, aku mencari di setiap sudut tanpa menyadari kondisi tubuhku sendiri.

Sebuah pecahan kaca menyilaukan pandanganku. Sungguh mengerikan, apakah ini? Wajahku sangat berbeda, urat-urat wajahku bahkan menonjol, ototku semakin membesar. Dan yang paling baru ku sadari adalah, baju ku bahkan sudah koyak.

Aku ternganga melihat penampilan baru ku. Si Muzan brengsek ini menjadikan ku iblis? Aku tak percaya, tentunya. Tidak ada iblis di dunia ini, tetapi ini lah yang nyata.

Berbalik lagi untuk mencari ibuku, namun, yang ku temukan hanya sebuah yukata sobek berwarna emas milik ibuku, biasanya ia memakainya sebelum tidur karena memiliki warna yang indah. Aku mengambil yukata milik ibuku itu.

Memeluk yukata itu dengan penuh rasa bersalah, nampaknya ibuku sudah tak terselamatkan. Aku melihat jasadnya di samping yukata yang sobek. Aku menangis tersedu-sedu hingga tak sadar ada seseorang yang menepuk bahuku.

"Aku turut berduka cita, Keitaro Kudoo-san atas kematian ibumu, Yoko Kudoo-san" Suara wanita terdengar di telingaku, suaranya sangat lembut. Aku melirik ke belakang dan menemui seorang wanita dewasa dengan rambut putih dan di antar dua orang anaknya.

Aku hendak bertanya, namun mereka waspada terhadap ku. Aku terdiam sebentar, wanita itu tidak waspada melihat ku yang kapan saja bisa memakannya dengan bringas.

"Ikutlah denganku, Nak. Menjadi Kisatsutai atau menjadi Oni yang menjijikkan" Aku membelakkan mataku, aku terkejut. Tentu saja aku memilih menjadi Kisatsutai, tetapi dengan penampilanku yang seperti ini.

Itulah yang Amane-sama lakukan pada ku beberapa bulan yang lalu, aku sudah di angkat menjadi Kisatsutai bahkan menjadi Hashira. Sebenarnya, Hashira lain tidak menyetujui nya, aku masih baru. Namun, Kagaya Ubuyashiki, Oyakata-sama meyakinkan mereka, kekuatan ku hampir menyandingi Sanemi Shinazugawa, begitulah yang Oyakata-sama katakan.

Sekarang, aku sedang di kediaman pribadiku. Tempatnya sangat nyaman dan luas, terdapat sebuah kolam kecil yang sangat indah. Aku masih sangat tak percaya di berikan tempat seperti ini, setelah aku menjadi Oni.

Tok
Tok.
Srek.
Seseorang membuka pintu fusuma ku, aku yang sedang melihat pemandangan sangat terkejut. Dia adalah si Hashira bunga, Kanae Kocho. Jujur saja, selain baik dan memiliki suara yang lembut, Kanae sangat cantik. Usianya lebih tua daripada aku, tetapi dia nampak lebih muda.

"Ara? Gomenna, Kudoo-kun" Dia berucap dengan tangan kanannya di pipi kanan, lalu memiringkan kepalanya ke kiri dengan perasaan tak enak.

Aku berbalik untuk menghormati lawan bicaraku, aku menyuruhnya masuk lalu duduk. "Untuk apa kamu meminta maaf, Kocho-san?" Sekarang, dia sudah duduk di hadapanku. Aku memanggilkan pelayan untuk membuatkannya teh.

"Untuk. Yang pertama, tiba-tiba datang ke tempatmu. Yang kedua, mengetuk pintu kamar mu lalu langsung membuka pintunya" Ia menggaruk rambut bagian kanannya dengan tangan yang sama pula.

Aku tertawa pelan, lantas menjawab pernyataan nya "Sudah lah tidak apa, Kocho-san. Lagipula aku juga tadi sedang terlarut dalam pikiranku sejenak" setelah mengucapkan kalimat-kalimat itu, Kanae menjadi panik.

Segera aku meluruskan pernyataan ku tadi, lalu melanjutkan kalimat-kalimat ku "E-eh tenang saja, Kocho-san itu tak apa. Hanya terlarut karena teringat sesuatu" wajah Kane menjadi lebih baik daripada yang sebelumnya.

Tok
Tok
"Masuklah" aku menatap pintu fusuma yang di ketuk itu.

Srek
Terlihat seorang pelayan wanita sedang duduk lalu berjalan dengan menggunakan kedua lututnya, hormat. Ia membawa nampan yang berisikan dua gelas ocha dan empat tusuk dango. Oh tidak, ini adalah dango, sangat enak dan manis.

"Eh, tidak usah repot-repot. Kudoo-kun, mungkin sebentar lagi aku akan segera pergi. Karena tadi aku sepulang dari rumah Oyakata-sama lalu langsung ke sini. Nanti Shinobu-chan akan mengkhawatirkan ku" Ucapnya, namun aku segera memberikannya segelas ocha itu.

"Sudahlah, tak apa Kocho-san. Dia kan juga sudah semakin bertumbuh sedikit lebih dewasa, hahahaha" Sejenak, ruangan itu legang. Ocha dan dango kami telah tandus dari atas nampan.

Kanae berpamitan untuk pulang kembali ke rumahnya, aku pun mengantarnya sampai di depan gerbang rumahku. Lalu, aku masuk kembali ke dalam rumah, kembali menatap langit.

Pelayan wanita tadi adalah wanita satu-satunya serta orang satu-satunya yang tinggal disini selain aku dan Si Hitam. Si Hitam adalah nama gagak yang selalu menemani ku saat ada misi maupun tidak. Dia adalah hewan yang setia dan teliti, matanya sangat amat tajam.

Hari ini, aku sedang mengadakan misi di sebuah gunung dengan kabut yang tipis namun sangat sesak berada disini. Aku bersama Si Hitam terus waspada, jika ada Oni kami akan menyerang, tidak, maksudnya aku akan menyerang.

"Si Hitam, kamu tidak lapar? Aku lupa membawakan mu makanan" Aku berucap, dan di balas Kwak Kwak oleh Si Hitam. Nampaknya dia sedang kelaparan, aku mencari makanan yang dapat di makan gagakku ini.

Akhirnya aku menemukan sebuah ladang jagung, kebetulan disana tidak ada penjaganya. Aku berjalan perlahan ke sana, lalu aku mengambil sebuah jagung disana. Aku hanya terkekeh pada kelakuanku sendiri, lihatlah, aku mengambil jagung milik orang lain, dan ini hanya untuk burung gagak kesayangan ku, Si Hitam yang sedang kelaparan.

KNY X MALE OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang