Episode 4

1.1K 107 0
                                        

Aku membersihkannya jagung hasil curian itu di sungai, kemudian aku berikan jagung itu ke Si Hitam. Dia memakannya dengan lahap, dia sangat lapar.

Kami kembali ke perjalanan misi kami, aku dan Si Hitam sama sekali belum menemukan adanya keberadaan para Oni. Jadi, kami hanya tetap terus berjalan seraya melihat sekitar. Hutan disini sangat lebat, belum lagi ini adalah musim dingin.

Setelah melihat-lihat sekitar, kewaspadaan ku bertambah. Aku dan Si Hitam saling bertatapan dan sedang mencoba untuk menjadi lebih cuek. Padahal, kami tau kalau ada Oni yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik kami.

Aku membalikkan tubuhku mengarah ke belakang, arah tempat Oni itu mengawasi kami dari balik pohon-pohon yang rindang. Si Hitam segera menghinggap di atas bahu ku, dia nampaknya sudah bersiaga untuk bertarung.

Benar, Si Hitam bisa bertarung, tentunya selain memiliki ketelitian dan penglihatan yang sangat tajam. Dia memiliki sebuah kekuatan magis, dan aku mengetahuinya setelah beberapa Minggu yang lalu. Saat aku mengajaknya untuk ikut latihan.

"Khe khe khe" Oni itu tertawa dengan suara yang mampu memekikkan telinga pendengarnya.
"Makanan baru muncul, bahkan pada saat aku sedang berjalan-jalan seperti biasa. Luar biasa" Ucapnya, sekali lagi, Oni itu tertawa dengan tawa khasnya. Jujur saja, aku muak mendengarnya.

"Eh, kamu Oni juga? Tapi kenapa kamu memakai pakaian Hashira? Kau telah mengkhianati 'dia'" Aku menyeringai, ternyata dia sadar bahwa aku pun Oni.

"Hei kau, lebih baik kita langsung ke intinya saja. Aku malas mendengarkan tawa aneh mu itu" Aku berucap ketus seraya berkacak pinggang, santai.

"Hei Oni baru. Kau terlalu meremehkan ku! Tcih" Aku terdiam mendengar decakannya, lalu aku pun menyeringai remeh padanya.

Aku memasang kuda-kuda dengan sangat kokoh, tangan kanan ku berada di gagang katana, lalu memegangnya dengan erat. Menarik nafas ku, lalu mengaturnya, dan menghembuskan nya secara perlahan.

"Kurayami No Kokyu. Ichi No Kata. Mugen No Kurushimi. HYAT!" Aku berucap pelan lalu berseru tegas dan nyaring. Aku mulai melemparkan serangan ku, aku menamainya dengan 'Jurus Kegelapan'. Aku mendapatkannya dari buku yang biasa ku gunakan untuk latihan.

Srak
Aku hanya mengayunkan katana ku sekali saja, Oni itu terbatuk lalu mundur dari tempat berdirinya semula. Ia tertunduk, lalu menatapku dengan tatapan memangsa dan kesal. Aku pun menyeringai, meremehkannya. 

Klang
Oni itu membalas serangan ku dengan sangat cepat, nampaknya ia telah di selimuti dendam kali ini. Aku melihatnya hanya dapat menggelengkan kepala ku saja, namun tentunya aku menangis serangan itu.

"Kurayami No Kokyu. San No Kata. Sukauto No Kiseki" Yang kali ini adalah aku menghilang tetapi meninggalkan sebuah jejak tipuan di daerah sekitar, mungkin bisa dibilang teknik bayangan. Aku menghilang-muncul di berbagai tempat di sekitar Oni itu, si Oni nampak semakin kesal dengan ku, dan itu adalah rencana ku agar dia menjadi lebih bersemangat kembali.

Sring
Sring
Sring
Bayangan-bayanganku berhasil mengecoh lawan ku kali ini, dia nampak kesulitan untuk mencarinya, meskipun hanya tiga bayangan yang cepat saja.

"GWOARHHHHH" Dia menggeram, aku semakin tersenyum lebar. Hingga, beberapa bebatuan membentuk sebuah tombak menyerangnya, membuat Oni itu terhempas lalu lengannya terpaku oleh tombak yang terbuat dari batu itu.

Tak salah lagi, yang membuatnya adalah Si Hitam. Dia adalah hewan yang brilian, sangat keren. Aku menatap Si Hitam lalu memberikan jempol padanya seraya tersenyum lebar kembali.

Dengan kesempatan emas itu, aku segera memotong leher Oni yang memberontak dengan gila. Dia kembali menggeram marah melihat ia seperti di permainkan. Urat-urat di dahi ku semakin terbentuk, Si Hitam kembali menonton pertarungan ini dari atas pohon.

Perlahan tubuh Oni tadi mulai menghilang bagaikan debu, beberapa jam lagi nampaknya akan pagi. Aku membersihkan katana ku dengan air yang ada di sungai dekat tempatku semula. Air nya sangat dingin, tetapi pemandangan dan hawa sekitar sangat menenangkan. Aku menyukai nya, sangat menyukainya.

Aku segera memasukkan katana ku kembali kedalam tempatnya semula. Kini, aku dan Si Hitam berjalan untuk mencari pemukiman sekitar sebelum kami kembali ke markas, maaf maksudnya rumah.

Sring
Sring
Srak
"ARGHH" Suara seorang perempuan! Aku dan Si Hitam saling bertatapan sebelum berlari mendekati suara yang terdengar amat sangat menyedihkan. Oh tidak, apa yang sedang ku saksikan ini.

Seorang Oni pria dan seorang wanita dewasa sedang bertarung, aku mengenali wanita ini. Dia adalah Kocho Kanae, sekarang, kondisinya sangat menyedihkan, bersimbah darah. Darah ada dimana-mana, terutama pada bibir nya. Aku tak melihat senyuman lagi disana.

Aku segera berlari ke depan Kanae, aku siap dengan kuda-kuda ku untuk melawan Oni dengan rambut pirang dan mata yang mencolok itu. Menggelikan, dia mengibas-ngibaskan kipas lipatnya.

"Wah-wah, lihat lah Kanae-chan. Pahlawan mu datang, baiklah, kira-kira apa yang akan di lakukan pahlawan yang lambat ini?" Oni itu berucap dengan beberapa kata yang tidak menyenangkan yang di tekan kan oleh nya. Aku menatapnya geram, dia menatapku dengan tatapan merendahkan, lagi-lagi aku tak suka.

Aku berbalik untuk membawa Kanae ke sebuah rumah yang telah hancur di belakang sana, saat aku membawa Kanae ke rumah itu, Shinobu datang dengan ekspresi wajah yang sangat amat marah.

"Keitaro-san, apa yang terjadi dengan Kanae Nee-chan?" Ucapnya yang sekarang sedang berada di samping Kanae. Aku menunduk, lalu menjawab.

"Maaf kan aku, Shinobu-chan. Aku baru saja datang beberapa menit yang lalu, lalu aku menemukan Kanae-san yang sedang tergeletak tak berdaya di atas salju yang bersimbah darah" Aku berucap dengan tatapan yang menusuk jauh ke lantai yang sudah porak-poranda itu.

Aku jadi teringat, Oni itu sedang menunggu di luar. Tatapannya pun sangat menjijikkan sekaligus mengerikan, tetapi aku tak gentar. Aku berlari dan melepaskan beberapa jurus berpedang ku, dia pun juga memberikan serangan pada ku.

Sring
Srak
Sebuah katana dan kipas lipat baru saja beradu, aku heran mengapa kipas yang dimilikinya sama sekali tak terbelah. Apakah itu senjatanya? Menggelikan!

Aku kehabisan nafas, aku kelelahan. Shinobu sedang mencoba untuk menghentikan beberapa pendarahan dengan obat yang selalu dia bawa. Berhasil, namun hanya beberapa menit saja. Itu sama saja dengan mengulur waktu kematian.

Sekali lagi, aku bertarung mati-matian untuk mengalahkan Oni yang membuat ku jijik melihatnya. Aku bertarung dengannya bukan hanya karena Kanae dan Shinobu, tetapi karena hinaan yang secara tak langsung ia lontarkan sebelumnya padaku.

Hari sudah mulai pagi, nampaknya ia juga sudah kehabisan tenaga nya, begitu pula dengan aku. Teknik yang dia gunakan adalah teknik es, sebenarnya teknik nya sangat indah. Namun, mengapa harus dia yang memiliki nya.

"Hei, Oni baru. Perkenalkan nama ku Douma, kita akan bertemu suatu hari lagi nanti ya, Oni baru. Bye bye!" Ucapnya dengan riang, aku membalasnya dengan tatapan penuh dendam.

Hiks
Hiks
Suara tangisan yang ku kenal menarik perhatian ku untuk melihat ke arah belakang. Shinobu menangis, kakaknya telah meninggal. Aku berjalan dengan tertatih-tatih untuk pergi dengan mereka, tiba-tiba Si Hitam hinggap kembali di pundak ku. Dia baru saja balik dari meminta pertolongan beberapa menit yang lalu. Shinobu memeluk Kanae seraya menangis dan berteriak kencang yang membuat burung-burung terbang karena terkejut.

KNY X MALE OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang