Besok, adalah hari keberangkatan kami semua ke Indonesia untuk acara pernikahan Kanaya. Sedangkan Kanaya, dia tentunya sudah pergi ke lebih dulu ke tempat asalnya.
Dan benar saja, aku yang membayar semua tiket teman-teman ku bahkan hotelnya, padahal mereka juga tak kalah kaya. Yang ikut terbang kali ini adalah aku, Shinobu, Aslan, Mia, dan Namn, bayangkan saja sekitar seratus tujuh puluh ribu Yen per orang, belum hotel nya. Aku gak papa kok Para Pembaca, tapi mungkin kartu kredit ku saja yang menangis.
Dari pada membicarakan soal itu, mari mengisi koper silver ku bersama. Yang pertama kali aku masukkan adalah beberapa pasang baju, sandal dan sepatu, perlengkapan mandi (handuknya bisa pinjam di hotel atau pinjam Namn, hehe), lalu yang terakhir tentunya uang rupiah dan kartu kredit. Nah, barang bawaan ku tidak terlalu banyak, kan. Simpel aja sih, yang ku bawa.
Tapi, malam sudah tiba, lagi...
Baiklah, aku akan tidur. Libur kuliah ku sudah di mulai besok, jadi tenang saja. Dan, jam penerbangan kami juga agak siangan, sekitar jam setengah dua belas.
Pagi tiba lagi, tak bosan-bosannya aku melakukan aktivitas yang sama berulang kali. Tapi, kali ini, jam sepuluh pagi. Aku berangkat untuk pamit secara langsung ke orang tua ku, dan sekarang aku sudah ada di depan pintu penuh ukiran itu.
Prang
"Astaga!! Keitaro-sama. Huhu, saya kira anda melupakan kami" Seorang pelayan yang biasa ku panggil bibi mendatangi ku lalu menepuk bahu ku pelan.Bibi memberitahukan kedatangan ku pada seluruh pelayan, dan bahkan ke orang tua ku yang sedang santai berjemur di pinggir kolam, biasa, dunia milik berdua.
"Kei, astaga sini-sini" Ibu ku berlari kecil lalu memelukku erat, astaga ini benar-benar sesak. Aku melirik ke Ayah dengan tatapan pasrah dan memohon, nyatanya Ayah ku hanya tersenyum.
"H Haha-ue Disini sesak-!" Aku tercekat, pelukan Ibu ku benar-benar kuat, jika kalian di peluk Ibu ku aku rasa kalian juga akan merasakan hal yang sama.
"E!! Gomen.."
"Duduk dulu sini, Nak" Ayah memanggil ku, ternyata Ayah sudah duduk di atas sofa putih bersih itu.Aku dan Ibu berjalan lalu duduk di sofa itu, kami diam sejenak lalu menunggu ocha kami datang. Kami menyesap ocha itu dengan damai, rasa ocha selalu enak. Aku menaruh gelas itu perlahan, lalu mulai ke pembicaraan inti, tapi..
"Jadi, ada apa Kei?" Ayah membuat niat ku untuk membuka pembicaraan gagal total. Mata Ibu dan Ayah bahkan beberapa pelayan tertuju pada ku, tak masalah.
"Seperti yang aku bilang minggu lalu, aku akan pergi ke Indonesia selama beberapa Minggu. Teman baik ku akan menikah di sana" Ayah mengangguk kan kepalanya.
"Siapa saja yang ikut?" Tanda-tanda...
"Aku, Aslan, Shinobu, Mia dan Namn" Aku menjawabnya dengan santai, lalu Ibu ku memiringkan kepalanya.
"Siapa, Shinobu? Lalu, dimana Kanaya" Pertanyaan yang mengejutkan, aku menghela nafas lalu menjawab nya.
"Shinobu adalah teman baru ku, aku ingin mendekati nya, bagaimana? Sedangkan, Kanaya adalah orang menikah itu" Aku menjawab dengan lantang, aku memijat pelipis ku.
"Astaga! Sayang, anak kita benar-benar mendekati seorang wanita. Kapan menikah kalau begitu?" Seperti panah yang menusuk bertubi-tubi ke tubuhku, seperti sekak mat dalam permainan catur.
"Haha-ue.... Anak mu ini baru saja akan melakukan sebuah pendekatan..." Ucap ku dengan nada yang lemas.
"Lebih cepat itu lebih baik, Nak. Chichi mu ini menikahi Haha saat beberapa hari bertemu, lalu aku melamarnya, hahahaha" Astaga, aku baru tau hal ini.
"Ish, sayang. Gak usah di beritahu anak ini, aku jadi malu" Mereka mulai berbincang sendiri tanpa memperdulikan aku yang ada di ruangan itu.
Aku melirik ke arah arloji jam tangan ku, menunjukkan sebentar lagi jam setengah dua belas siang. Aku izin pamit untuk pergi, tetapi tiba-tiba Ayah ku ini memberiku segepok uang.
"Chichi, apakah kamu lupa bahwa anak mu ini juga memiliki uang yang banyak di kartu kredit?" Aku mengeluarkan dompet yang khusus berisikan kartu kredit, berwarna hitam, perak, dan emas.
"Hahahaha, baiklah. Anak kita akan segera menjadi konglomerat setelah ini" Aku ikut tertawa, lalu aku pergi menuju bandara.
Di bandara cukup ramai, terlihat dari mobil-mobil yang berada di pinggir untuk menurunkan barang maupun penumpang. Aku turun dari mobil lalu menggeret tas koper ku.
Aku berjalan masuk, lalu melihat sekeliling untuk mencari teman-teman ku yang akan ikut terbang bersama. Aku mengenakan kemeja biru tua dengan celana berwarna hitam, dan Chelsea Boots berwarna hitam.
Beberapa orang melirik ku, aku sangat-sangat risih. Rasanya aku ingin menutup diri ku saja, aku harus menemukan mereka secepatnya. Aku tak mau jika aku terlalu mencolok untuk berada di sini, padahal baju ku ini baju biasa saja.
Seseorang dari kejauhan melambaikan tangannya, aku tau bahwa itu adalah Namn. Dia melambaikan tangannya dengan maksud menyuruh ku untuk ke tempatnya, dengan langkah yang panjang, aku dengan cepat dapat sampai di sana.
"Kalian bawa berapa koper?" Aku membuka obrolan saat itu juga, dengan maksud jika ada yang membawa lebih akan di taruh di bagasi.
"Kami semua bawa satu koper, kalau pun ada lebih, itu pasti lah tas kecil, benar kan, Shinobu-san?" Hanya para perempuan yang tau, aku dan ketiga teman laki-laki saling tatap dan mengangkat bahu kami.
Kami berjalan menuju ruang tunggu untuk Business Class, kami langsung saja duduk. Namn, Aslan, dan Aku pergi mengambil beberapa jajanan di sana. Hmm, enak makanan di sini, aku sudah lama tidak naik pesawat, karena kuliah.
Beberapa saat setelahnya, panggilan boarding pesawat sudah kami dengar. Dengan santai kami berjalan untuk masuk ke pesawat, tetapi sebelum itu tentunya kami mengalami pengecekan, karena akan tiba di negara asing.
Buat yang nanya dalam hati 'kan kamu orang Indonesia, ke sana pakai bahasa Indonesia?' hei, apakah kalian ingat ini kehidupan ku yang ke berapa? Aku sudah hilang ingatan dengan bahasa Indonesia, maaf saja. Jadi, jika aku sampai sana, beberapa kata akan di miringkan saat kami menggunakan bahasa Jepang untuk berbicara.
Kami di berikan hand sanitizer dan masker yang masing-masing tentunya hanya satu. Lalu, kami bertiga berjalan menuju pesawat. Saat sampai, aku langsung menaruh koper ku di atas, lalu duduk dan memposisikan duduk yang terbaik.
Aku meluruskan kaki, agar kaki ku juga dapat beristirahat dengan tenang, sama seperti si pemilik nya. Lalu, aku memakai headphone untuk mendengarkan musik kesukaan ku. Aku jatuh tertidur, lalu kembali bangun saat sebentar lagi akan sampai di bandara internasional Indonesia.

KAMU SEDANG MEMBACA
KNY X MALE OC
FanfictionHalo, ini adalah karya pertama dari Agaras. Jangan lupa untuk di vote jika kalian menyukai dan meninggalkan komentar di beberapa bab sebagai respon atau pendapat kalian tentang book ini. selamat membaca, readers! -Sagara