S2, Episode 06

144 13 0
                                    

Kami turun, lalu langsung transit menuju Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. Benar, Kanaya orang Kalimantan, tetapi dia suku Jawa dan tinggal di Samarinda.

Kami turun dari pesawat lalu melewati sebuah lukisan khas setempat, penuh ukiran, indah. Kami menggeret koper kami beriringan.

"Wah, seru juga ya!" Mia melirik ke arah Aslan. Lalu aku melirik ke arah mereka, biasanya mereka gak bakal akur.

"Iya, ini lah salah satu bagian dari Indonesia, sudah pernah ke Indonesia?" Aslan menjawab, cukup panjang perkataan nya kali ini.

"Aku sih belum" Mia dan Namn menjawab bersama, kami tertawa, Mia memukul bahu Namn cukup keras, hingga membuatnya merintih. Aku melirik ke arah Shinobu, lalu menarik pinggang nya mendekat.

"Ada apa, Shinobu, kamu tidak nyaman selama perjalanan tadi?" Aku sedikit khawatir, karena anak ini pertama kali naik pesawat dan pertama kali juga ke luar negeri.

"Tidak apa, Kei. Hanya saja, rasanya benar-benar berbeda. Andaikan Kanae-Nee-Chan mau di ajak ke sini, mungkin dia akan mengambil beberapa foto" Aku tersenyum mendengarnya.

Pintu keluar sudah di depan, kami melihat sangat banyak orang-orang yang sedang menjemput dan taksi sewaan. Kami memilih sebuah mobil sewaan yang sudah di pesan sebelumnya, menuju hotel dekat rumah Kanaya.

* Agaras ingatkan, jika tulisan bercetak miring adalah percakapan bahasa asing atau lebih sering nya adalah bahasa Jepang, sekian. Ini akan berlalu jika kawan-kawan itu sudah sampai di rumah Kanaya atau berbincang dengan warga Indonesia.

Akhirnya, sampai juga. Kami menurunkan koper, lalu kali ini yang membayarnya adalah Aslan dengan harga tiga ratus lima puluh ribu rupiah, lumayan untuk perjalanan tiga jam tanpa henti.

Kami memasuki hotel yang cukup bagus, dengan interior yang elegan. Karena hanya Aslan yang bisa berbahasa Indonesia, dia lah yang menjadi juru bicara sekaligus yang mengarahkan kami.

"Selamat datang di Hotel Aston Samarinda, silahkan, berapa kamar?" Ucap resepsionis wanita yang berbicara pada Aslan. Mia, Namn, dan Shinobu duduk di beberapa bangku, sedangkan aku menemani Aslan.

"Mau berapa kamar, Kei?" Di menoleh ke arah ku lalu bertanya seperti itu.

"Dua kamar aja, satu buat cewek-cewek satunya lagi buat cowok-cowok. Yang Deluxe Room aja buat tujuh hari" Ucap ku yang dijawab dengan anggukan kepala Aslan. Resepsionis nampak bingung dengan percakapan kami, ya begitu lah.

"Dua kamar, Mba. Deluxe Room untuk seminggu" Resepsionis mengangguk kan kepalanya lalu memberikan kami kunci masuk nya.

Kami berjalan kembali pada teman-teman kami yang sedang duduk seraya bermain ponsel. Kami menjelaskan sistem dari yang kami pilih.

"Wah!! Shinobu-san, kita satu kamar!!" Suara Mia memekikkan telinga, dia memeluk Shinobu dengan erat. Aku menepuk jidat ku.

Keesokkan Hari nya

Kami bersiap-siap dengan baju formal untuk ke acara pernikahan Kanaya sekitar jam sembilan pagi. Para laki-laki menggunakan batik dengan celana berwarna hitam, sedangkan para wanita menggunakan kebaya.

Aku menggunakan baju batik berwarna hitam dan biru tua, celana hitam panjang, dan Chelsea Boots kesukaan ku.

Sedangkan Namn, menggunakan baju batik berwarna putih hitam dan coklat, dengan celana panjang berwarna coklat gelap, dan sepatu Derby berwarna hitam mengkilap.

Lalu, Aslan dengan batik berwarna putih dan cream, celananya berwarna cream, dan sepatu kets berwarna putih.

Dan ini lah para wanita yang berdandan, sangat lama. Kami sampai ngantuk karena hanya menunggu mereka, dan saat ini kami semua berkumpul di kamar mereka.

"Kapan selesainya ini, Mia? Itu Shinobu juga mau-mau aja di make up in kamu" Celetuk Namn, sedangkan Mia, dia menatap permusuhan pada Namn sebelum menjawab perkataannya.

"Hei! Ini lagi sesi alis, sesi tersulit di dunia per make up an ya! Tolong tunggu sedikit lagi" Kami semua tertawa, sedangkan Shinobu hanya tertawa kecil, karena jika terlalu lepas, Mia akan memarahinya.

Beberapa menit kemudian, bahkan Namn dan Aslan sudah tertidur. Tetapi, anehnya adalah Aslan tertidur seraya berdiri, sedangkan Namn tertidur seraya duduk di kursi.

"Nah, selesai. Aaa Shinobu, kamu cantik sekali!!" Aku mengangguk setuju.

Akhirnya kami memesan Go Car dan menuju ke rumah Kanaya. Pak Supir nampak antusias berbicara pada kami, sedangkan Aslan sudah mulai bosan menerjemahkan.

"Wish, hebat ya. Orang Jepang teman mu, Le. Kok iso Le! Apik heh" Pak Supir kembali memuji Aslan.

"Iyo Pak, aku kuliah di sana. Dapat temen arek-arek Jepang, Thailand, Kanada" Ucapnya, dia menopangkan dagunya.

"Aslan, coba tanyakan ke bapaknya dong. Aku mau tanya, tempat makan yang enak di sini apa?" Aslan menoleh ke belakang, lalu menganggukkan kepalanya, lalu kembali berbicara menanyakan yang aku ucapkan ke Pak Supir.

"Pak, temen ku tanya. Tempat makan sing wueeenak di sini opo to Pak" Pak Supir tertawa mendengarnya, kemudian beliau merekomendasikan banyak tempat makan.

Akhirnya kami sudah tiba, di sebuah jalan dengan ada tumbuhan rumput yang agak panjang berwarna kuning, aku melihat tulisan pernikahan Kanaya dan Azzam. Oh, mungkin itu nama suami nya.

Segera kami membayar, lalu turun dari mobil dan berterimakasih pada Pak Supir, Pak Supir benar-benar sangat ramah dan asik di ajak berbicara.

Kami menulis nama dan tanda tangan di sebuah buku. Ini sama seperti pernikahan di Jepang, tapi tidak ada tanda tangan, hanya nama dan tempat. Kami kembali berjalan masuk ke dalam inti acara.

"Lan, tadi udah kayak mau kerja aja ya. Pakai tanda tangan, belum lagi ekspresi muka yang jaga di depan tadi. Ahahaha" Aku sedikit tertawa kecil agar tidak mengganggu.

"Iya, di sini emang begitu. Ribet, ahahaha" Dia menjawab ku dengan cukup singkat.

"Eh, itu Kanaya-san kan!!" Mia bersemangat setelah melihat temannya itu. Segera dia berjalan dengan cepat menuju Kanaya yang sedang duduk di atas sebuah panggung.

Kami menyalami orang tua mereka yang juga sama-sama duduk di atas panggung. Mereka sangat ramah dan baik pada kami.

"Selamat ya, Kanaya-san, Azzam-san" Mia memeluk Kanaya, Kanaya membalas pelukannya lalu berterimakasih padanya.

"Selamat Menikah, Kanaya-san, Azzam-san" Shinobu maju dan memeluknya,Kanaya membalas pelukannya, Kanaya langsung melirik ke arah ku lalu tersenyum jahil.

"Hai' Arigato gozaimasu Shinobu-san. Bagaimana hubungan mu dengan Keitaro?" Sudah ku duga, dia akan menjahili ku lagi.

"Yang, ngomong apa sih. Coba jelasin" Azzam Gaupathi, suami Kanaya.

"Itu loh, aku lagi nanyain ke mereka berdua kapan nikah juga" Ucap Kanaya menunjuk ke arah ku dan Shinobu, Azzam ikut tertawa.

Akhirnya, kami sudah bisa duduk dan makan. Aku memilih rawon yang berisikan daging dengan kuah berwarna hitam atau coklat...ya.

Shinobu memilih memakan Bakso, Mia dan Namn memakan Sate ayam, sedangkan Aslan memakan Gado-Gado. Sungguh, itu semua nama-nama makanan yang baru aku dengar.

KNY X MALE OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang