CHAPTER 3

6.3K 1.2K 50
                                    

Apa ya alasan seseorang pergi tanpa kabar?

Ayolah, kalau ngomong cocok nggak cocok tuh terlalu maksa menurutku. Paling enggak, bilang nggak cocok ya kalau sudah ketemu dong. Ini belum apa-apa, dia sudah menghilang. Dia kira di-ghosting tuh enggak bikin bertanya-tanya apa, ya. Apa yang salah, apa yang kurang, aku kenapa, dan lain-lain.

Ofkors aku paham terlalu banyak hal-hal terjadi tidak sesuai dengan rencana. Tapi si Goga-Goga ini memang kurang ajar. Menghilang setelah membuat janji temu? Aku kehabisan kata-kata. Inilah kenapa aku paling membenci ide dikenalkan oleh teman, karena kalau begini, aku jadi malu dengan yang mengenalkan. Iya sih, ini Sam, orang paling santai sejagat raya, tapi tetap aja, aku kepikiran nanti Sam mengira aku sejelek itu sampai temannya aja tidak menginginkanku.

Kan!

Aku bilang apa, aku tuh mengerikan. Setiap kenalan sama orang, rasanya langsung akan jadian. Kalau gagal, jadi kepikiran. Mana diknalin pula. Banyak hal yang dipikir.
Mending kenalan sendiri. Gagal dirasain dan dilihat diri sendiri.

"Uthi." Panggilan dari luar pintu kamar menghentikan semua narasi sedih di kepalaku tadi. Lebih tepatnya sih jeda, ya. Aku enggak berani jamin apa pun. "Boleh masuk?"

"Ya!" Aku berlari, dan membuka pintu, menemukan Bunda berdiri. "Kenapa, Bun?"

"Siap-siap, ya? Pake tunik sage yang Bunda beliin waktu itu, ya?"

Jangan heran dia mengenal warna sage, ya, kamu. Bundaku ini adalah teman diskusi paling OKE buat segala hal modern. Dia masih muda, cantik, dan pintar. Sifat perfeksionisnya mungkin adalah bagian yang kadang bikin 'hihhh', tapi aku tidak punya alasan membencinya.

Termasuk dengan pemilihan outfit-nya.

Tapi aku bingung, "Tunik? Kita mau ngapain?"

"Sepupu Bunda mau akikahan anaknya. Ini bukan sepupu deket kayak yang kamu bayangin memang, tapi kita tetep dateng. Papa yang ngajuin ide ini." Dia tahu banget, ide Papa seringkali adalah titah di rumah ini. Harus penolakan paling masuk akal baru bisa kabur. "Biasanya, tiap acara keluarga, kamu kan kuliah atau ngerjain printilannya. Sekarang free, kan?"

Aku meringis.

Free, kan?

Enggak, Bun. Skripsiku kayak tai.

Ooppss, maaf.

Aku mengangguk setuju. Berusaha tersenyum lebar. "Pake kerudung?"

"Boleh kalau mau. Kalau nggak nggak pa-pa. Tertutup aja. Bawahannya celana putih ya, Kak. Jangan legging."

"Okay! Pake heels atau teplek?"

"Senyamannya kamu."

"Warnanya?"

"Boleh putih atau mint yang Bunda beliin waktu lebaran itu."

"Siap!"

Semua kalimatnya tadi lengkap dan seolah tak memeri celah aku untuk mengelak ajakan ini. Aku memang butuh hiburan dari perasaan bete atas Goga, tapi enggak dengan datang ke akikahan juga, kan, sebenarnya?

Atau sekalian aku curhat sama Ustadz yang ada di sana nanti, ya?

Hmmm, ide bagus.

***

Kata orang, aku ini cewek kue. Bunda mengiyakan dan menyukai ide mendandaniku dalam banyak hal. Pakaian, sepatu dan sandal, dekorasi kamar, dan hal-hal lain.
Dia suka aku yang berwarna.

Aku yakin, yang dia maksud adalah berwarna dan solehah. Tunik di bawah lutut ini memang cantik, kuakui, tetapi setiap memakainya, aku benar-benar merasa punya filter untuk omongan dan tingkah laku. Kupakai saat buka bersama, acara religius begini, gimana nggak tiba-tiba jadi adem hati?

Aku memang tidak terlalu tertarik untuk acara-acara semacam ini. Jangan salah paham maksudku, hey! Bukan acara keagamaannya atau apa, tetapi kumpul banyak keluarga dan dikenalkan pada Tante A, Om B, sepupu C, tet tot tet tot banyak hal. Belum lagi setiap aku menjawab sudah semester akhir, kamu pasti sudah bisa menebak lah, pertanyaan selanjutnya.

"Sama Uthi, yaaa. Tolong bawa ke sana dulu ya, Uthi? Dia sumpek kayaknya banyak orang. Pinjem stroller-nya Alikah."

Aku pun sumpek, sama pertanyaan orang-orang.
Jadi dengan senang hati aku menggendong Queen dan membawanya menyingkir dari kerumunan orang. Rumah orang yang kami datangi ini cukup luas dan aku suka karena dia punya banyak tempat terbuka. Salah satunya tempat persembunyianku ini bersama Queen. Aku menikmati minuman yang kubawa, mengajak ngobrol Queen yang seolah sangat paham cerita mirisku soal Goga.

"Kusaranin kamu jangan gede dulu lah, Dek. Stress beraaat! Belum soal kuliah, percintaan, pekerjaan rumah. Hiiiih, mending jadi kamu ajaa. Enaaak."

Ini minuman apa deh enak banget?

Aku memandangi gelas bewarna ungu di tanganku. Anggur, astaghfirullah, gini aka pakai mikir. Jus anggur ini pasti. Ditambah air soda. Terbaik lah untuk perasaan gerah ini. Harusnya tadi aku bawa makanan ya supaya lengkap bekal persembunyian ini. Apa aku balik dulu dan nanti ke sini lagi? Tapi Queen?

Ck, yaudah deh enggak jadi.

By the way, ini perasaanku aja atau kamu juga sama sadar saat diperhatikan orang? Aku merasa di sini sepi, dan ... sekarang aku melirik ke arah di mana aku merasa tatapan itu berasal. KAN! Feeling-ku tidak pernah salah. Kenapa dia menatapku dan Queen terus? Kami melakukan kesalahan? Apa yang yang punya rumah ini? Atau ... aku tadi tidak melihatnya.

Aku berdeham, berdiri dan menatapnya langsung. Dia terlihat terkejut, kemudian mengangkat snack di tangannya, tersenyum tipis banget dan mengangguk pelan.

"Ada yang salah?" Tanyaku pada akhirnya.

Kepalanyamenggeleng. Ganteng-ganteng, sombong karena tidak mau berbicara. Dia memakai pakaian islami juga. Baju koko panjang dan celana cream panjang juga. Artinya, dia beneran bagian dari acara ini.

Yaiyalah.

"Uthi, ya?"

"Kok tau?"

"Dikasih tau."

Iya sih, maksudku ... aku mengembuskan napas. Untung minumanku masih ada, kutenggak semua sampai habis.
"Disuruh ngasih ini." Dia berjalan, menyodorkan dot milik Queen. Aku tidak memperhatikan tangannya yang lain memegang ini tadi.

"Thanks," jawabku, meraihnya. "Kenapa nggak dari tadi?"

"Apanya?"

"Ngasihnya. Malah liatin kayak intel ngawasin target."

Aku melihatnya tersenyum tipissss banget. "Tadi kamu lagi dialog serius sama bayinya." Oh, mati aku. Jangan merespons, Uthi. "Saki."

Sambil memegangi dot yang diminum Queen, aku menoleh. "Sakti?"

Dia mengulurkan tangan. "Saki."

"Oh!" Aku buru-buru berdiri tegak, menjabat tangannya. "Uthi."

Duh, hati, jangan lagi deh ...

---
haiiiii, selamat puasa gengssss! duhhhh, fyp makaman dan minuman terussss😭😭😭🙏🏽🙏🏽

salam,
dari aku yang berusaha nahan....

chiki balls favoritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang