04. Perayaan Kebohongan

240 70 22
                                    

2.100+ words

_____________

Di Negara ini ada dua hal yang akan membuat semua urusan terasa mudah; pertama uang, kedua orang dalam. Beruntung Zoey memilikinya, dengan dua hal tersebut dia bisa dengan mudah mengurus semua dokumen syarat pernikahan dan keperluan lainnya dari A sampai Z dalam waktu kurang dari tiga hari.

 Beruntung Zoey memilikinya, dengan dua hal tersebut dia bisa dengan mudah mengurus semua dokumen syarat pernikahan dan keperluan lainnya dari A sampai Z dalam waktu kurang dari tiga hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean menutup katalog di pangkuannya dan menguap untuk kesekian kalinya. Masih pagi ia sudah dibuat menunggu Zoey yang telah menghabiskan hampir 3 jam lebih hanya untuk memilih formal suit yang akan dipakai Sean besok saat pemberkatan.

Zoey masih bimbang dengan dua pilihannya; Tuxedo three buttons atau Double breasted suit.

"Tuxedo with three buttons," gumam Sean, membuat Zoey menoleh.

"Huh?"

"size 48 regular." tambah Sean seraya menyimpan katalog di atas meja lalu berdiri. Ia melangkah menuju deretan kemeja yang terlipat rapi tak jauh darinya, "White dress shirt, regular fit." Sean berjalan menuju dasi yang tersusun dalam etalase kaca di tengah ruangan, "Black bow tie." terakhir Sean menuju tempat sepatu di dekat Zoey. "And a black vernice shoe in a size 42, done." tutupnya.

"Woa..." Zoey mengerjap. "...pilihan lo ngingetin gue sama Luke Brandon di film Confessions of a Shopaholic." Zoey tersenyum. "I like it." Zoey meminta pramuniaga untuk membawakan barang-barang yang dipilih Sean tadi.

Sean mengela. Harusnya dari awal dia saja yang memilih, waktu liburnya sudah terbuang sia-sia. Kemudian Sean masuk ke dalam fitting room untuk mencoba celana dan kemeja yang diberikan pramuniaga.

"By the way... orang tua lo gimana? Udah ngabarin?" tanya Zoey.

"Mereka... gak bisa dateng." jawab Sean dari balik fitting room. Sean membuka tirainya saat semua kancing kemeja sudah tertutup rapi.

Zoey menghampiri Sean, membantu laki-laki itu memakai dasi. "Jadi besok gak ada keluarga kita yang dateng dong..." harusnya Zoey sedih, tetapi sebaliknya dia terlihat bahagia. "Berarti gue bisa bawa alkohol lebih dari 40% yeay! Em apaya? Arak bali aj—"

"Gue bakar kalo sampe lo berani bawa arak bali." potong Sean.

Zoey tertawa kecil. "Chill babe, besok cuma ada champagne aja kok..." Zoey mengambil tuxedo yang tergantung pada valet stand di dekatnya, lalu ia kembali membantu Sean memakainya. "...dan teman-temannya." lanjut Zoey dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Saking tak terdengarnya sampai Sean tidak berkomentar lagi. Sean duduk untuk mengganti sepatu, kemudian berdiri kembali menghadap Zoey. "Selesai. Puas?"

(Hiatus) NormalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang