2.800+ words ⚠️
vote sebelum scroll, 21+___________________________
"Rasanya sama persis kaya yang pernah gue makan di Sisilia." ucap Zoey senang, kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan setelah mencicipi cannoli buatan Sean yang sempat-sempatnya membuatkan kue isian krim keju ricotta itu untuk Zoey saat malam sudah sangat larut.
Sean meminum jus jeruk kemasan, dia tidak ikut mencicipi kue pastri buatannya karena dia tidak begitu suka keju. Sean membiarkan Zoey yang menghabiskan semuanya sendiri. Sepertinya Zoey sudah lupa dengan program diet defisit kalorinya.
"Jeff ngajakin gue ke Jakarta. Ada pertemuan pembagian harta waris dari Oma. Katanya setiap cucu dapet 9%, kalo liat dari properti Oma sih gue bisa upgrade mobil jadi AMG CLA 45 S. Tapi, gue males ketemu Gideon."
"Tutupin mukanya pake paper bag, biar gak keliatan."
"Ha-ha garing banget." Zoey memutar bola matanya, kemudian memberikan potongan terakhir cannoli untuk Sean.
"Gue gak suka keju." tolak Sean, tapi dia tetap menerima suapan kue pastri dari Zoey. Remah dari kulit cannoli tertinggal menempel pada bibir bawah Sean, dengan cueknya Zoey berjinjit, mengambil remah di bibir Sean dengan lidah dan bibirnya. "...udah malem Zoey, jangan mancing-mancing."
Zoey tertawa karena sepertinya memancing memang tujuannya.
Sean menangkup wajah Zoey. Kedua ibu jarinya ia gunakan untuk mengusap lembut pipi Zoey, sementara ke empat sisa jemarinya ia kuburkan di antara helaian rambut Zoey yang lembut. "Why are you so pretty?" Sean menunduk, memberi Zoey sebuah ciuman.
Sweet and tender.
Bukan Zoey namanya jika tidak membalasnya.
Dan Sean suka dengan suara ketika Zoey balas menciumnya, melepaskan, dan menciumnya lagi. Rasanya dia ingin mendengar suara-suara Zoey yang lain yang hanya dirinya seorang yang dapat mendengar.
Ketika Sean memindahkan tangannya menuju pinggang Zoey dan Zoey mengalungkan lengan kecilnya di bahu Sean, ciuman yang pada awalnya manis dan lembut itu telah berubah menjadi panas dan terburu-buru. Biasanya dengan mudah Sean akan menangkap samar aroma tembakau, namun kali ini hanya ada aroma butter yang membuatnya tersesat di antara bibir, lidah dan tarikan napas.
Tanpa dipengaruhi sepeserpun alkohol, Zoey dan Sean justru jauh lebih berani. Mereka bergerak menuju kamar tidur tanpa melepaskan diri satu sama lain. Zoey dan Sean menjauh sesaat hanya ketika melepas kausnya masing-masing lalu kembali melekat dan menjatuhkan tubuh bersama di atas tempat tidur.
"Black always fits on you." ucap Sean sambil menyentuh salah satu tali bra milik Zoey ketika dirinya terbaring di bawah Zoey.
"Kamu suka?"
"Suka." sentuhan Sean bergerak ke arah lain.
"I will wear black more often."
"That's my girl..." Sean menarik wajah Zoey untuk turun mendekat agar bisa melanjutkan sesi panas yang sempat terjeda karena membicarakan classic black bra DKNY intimates yang di pakai Zoey.
Mereka mulai saling melumat lagi, saling mencicipi, saling meraba, saling menyentuh, saling menggoda satu sama lain sampai aliran darah pada tubuh mereka memanas dan berkumpul pada satu titik.
Titik yang membuat Zoey menyerah dan memanggil nama Sean dengan helaan nafas, "Sean..."
"Em?"
"Can you... show me the difference between having sex and making love?" pertanyaan ini adalah sebuah undangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Hiatus) Normales
RomanceTentang Zoey Patricia, Seaniel Noah dan rahasia mereka di masa lalu. Rick Warren menuliskan dalam bukunya; The Purpose Driven Live, jika kehidupan manusia di gerakan sesuatu. Ada manusia yang di gerakan oleh rasa kebencian--seperti Zoey. Mereka memp...