17. Lebih Jauh

333 66 33
                                    

2.200+ words 💞
vote dulu, jangan pura-pura gak liat~

__________________

"...jangan lupa cek email, kalo lolos screening sampai ketemu di Milan." ucap Christian pada Zoey pagi itu lewat sambungan telepon singkat yang di mulai 10 menit yang lalu.

"Makasi ya Ian."

"Anytime..."

"Safe flight!" lalu sambungan telepon itu berakhir bersamaan dengan Zoey yang menarik pintu untuk mengambil pesanan makanan yang di simpan driver di depan pintu. Beruntung pagi ini dia mendapatkan driver yang mau menaiki anak tangga sampai ke lantai 3.

"Siapa Ian?" tanya Sean yang ternyata sudah berdiri menyenderkan sebelah tubuhnya pada kusen pintu kamar, wajahnya sudah tidak sepucat kemarin.

"Temen." jawab Zoey seraya mengambil piring dan sendok lalu menyimpannya di meja depan televisi bersama dengan pesanan makanan yang diambilnya beberapa detik lalu. "Jangan lupa makan, kalo kepalanya masih pusing minum obatnya juga."

Sean menjauhkan dirinya dari kusen pintu lalu berjalan menghampiri Zoey, "Lo gak sarapan di sini?" tanyanya setelah mendengar jawaban Zoey yang sepertinya akan pergi.

"Gue harus pulang cepet. Ada kerjaan jam 9."

"Nanti malem lo tidur dimana?"

"Lo maunya gue tidur dimana?" Zoey balik tertanya.

"Ya... di sini lah." Sean terlihat lucu ketika menjawab pertanyaan Zoey yang ditutup dengan bibir sedikit mengerucut. Apalagi ditambah plester kompres penurun panas kemarin yang belum dia lepas, masih menempel di kening. Tubuhnya tinggi tapi jika melihat Sean hanya difokuskan pada ekspresi dan wajahnya saja pada detik itu, dia telihat seperti anak-anak.

"Oke, gue tidur di sini lagi." Zoey menangkup wajah Sean, karena gemas ia menarik wajah itu agar sedikit menunduk untuk ia beri kecupan singkat, dua kali. "Ini kumis tipis jangan lupa di cukur sebelum tumbuh banyak. Gue gak suka cium cowo berkumis." katanya tapi dia malah mengecup bibir Sean sekali lagi.

Sean menyentuh kumisnya yang amat sangat tipis, nyaris tak terlihat jika tidak diperhatikan dari jarak yang dekat. "Padahal gue kepikiran mau tumbuhin kumis kaya Johnny Depp."

"Eww, gak usah ngide." Zoey berjalan masuk ke kamar Sean untuk mengambil tasnya karena ia harus segera pulang. "Gue pulang dulu." Zoey berjalan menuju pintu keluar diikuti Sean dari belakang.

"Hati-hati nyetirnya, jangan ngebut..." kata Sean yang mengantar Zoey sampai batas pintu keluar. "Jangan lupa sarapan, minum air putih, mandi air anget." tutupnya, padahal di sini posisinya Sean yang sedang sakit, harusnya kalimat yang dia ucapkan itu datang dari Zoey untuknya. Malah terbalik.

"Okeee Boss." hati Zoey hangat ketika Sean mencium pelipisnya sebelum pergi.

Ada 4 kecupan pagi ini, sudah jelas kan Sean dan Zoey sepakat untuk melanjutkan pernikahan mereka. Mereka tidak akan bercerai, yang artinya kabar buruk untuk Juan.

**

Waktu menunjukan pukul 12.24 ketika Zoey menunggu pesanannya grilled pork foccacia sambil meminum segelas mocktail yang sudah tiba terlebih dahulu. Kemudian terlihat dua orang laki-laki berjalan berpegangan tangan dari pintu masuk menuju meja kosong di sebelah Zoey. Dari body languange-nya sepertinya mereka bukan teman biasa. Lucunya, dua laki-laki itu kini mengingatkan Zoey pada percakapannya dengan Will kemarin...

"Apa Sean itu Bi?" tanya Zoey hati-hati.

"Enggak, dia straight haha." Will menjeda kalimatnya dengan tawa kecil. "Aku yang Bi." lanjut Will, dia coming out dengan mudahnya pada Zoey.

(Hiatus) NormalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang