12. Mengakhiri Kebohongan

286 73 42
                                    

2.000+ words 🌩
tinggalkan jejak yes.

_______

Di balik twin door yang baru saja Sean lewati ada sebuah tangga dengan warna lighting yang menandakan jika tempat itu memang tempat untuk para nocturnal, pada dindingnya tersusun botol-botol liquor berbagai merek. Nomor Zoey sekarang tidak bisa dihubungi sama sekali, maka dari itu Sean segera menaiki anak tangga, lalu berbelok ke kiri hingga ia sampai di sebuah lounge dengan warna lighting yang sama seperti tangga tadi—gambaran Neraka, kepala Sean sedikit pusing.

Ada sebuah koridor gelap di sisi kirinya dan beberapa pintu yang salah satunya adalah twin door lagi, kali ini berkaca transparan. Sean dapat lihat gemerlap lampu di balik pintu tembus pandang itu, tapi karena jam operasionalnya sudah habis, Sean hanya bisa melihat beberapa manusia di dalam sana, sepertinya office boy.

Twin door yang sedang di perhatikan Sean itu terbuka, sepasang gadis keluar dari sana; berambut pirang dan berambut hitam.

"Semalem mereka masuk ke VIP room dan gak keluar lagi sampe sekarang!" ujar Si pirang yang sesaat berhenti melangkah untuk menaikan rok super pendeknya. "Berdua doang loh!"

"Gak usah cemburu. Mereka cuma temenan, jangan mikir aneh-aneh." balas Si rambut hitam.

"Gue gak percaya konsep temenan cewe sama cowo. Coba sekarang lo datengin tuh VIP room, paling mereka masih pada teler abis tidur bareng." Si pirang memutar bola matanya tak suka seraya kembali melangkah. "Juan sama Shana sering tuh kaya gitu."

"Ya itu kan Juan sama Shana. Juan sama Zoey gak mungkin macem-macem lah, inget Zoey udah punya laki."

Tangan Sean seketika mengepal saat mendengar nama Zoey dan Juan. Ketika dua gadis itu akan melangkah menuju tangga turun, Sean segera meraih lengan Si gadis berambut pirang. "Sorry, VIP room ada di sebelah mana?"

Si pirang berbalik, dia membelalakan matanya protes. Awalnya dia merasa terganggu, namun begitu mendapati penampakan lelaki yang menahan lengannya, dia langsung tersenyum. Wajah tampan itu sedikit familiar, tapi dia tidak ingat pernah melihatnya dimana. Tapi yang pasti Si pirang akan membuat lelaki dihadapannya ini pulang bersamanya!

"VIP room ada dimana?" tanya Sean sekali lagi.

"Um, ngapain ke VIP room? Mending kita breakfast bareng." Si pirang mengalungkan kedua lengannya pada bahu Sean dan ia terpesona. "Oh My God, bahu kamu lebar banget... Aku jadi penasaran gimana rasanya kalo aku sentuh langsung." godanya. "Nanti malem ada waktu?"

Sean menyingkirkan tangan Si pirang menjauh darinya dengan kasar.

"Sya..." Si rambut hitam buru-buru menarik tangan temannya. "Ini lakinya Zoey, bego..." bisiknya lalu dia tersenyum canggung pada Sean. "VIP room ada di ujung koridor, pintu warna item."

"Thanks." Sean segera pergi meninggalkan Si pirang yang mematung dan temannya yang menahan tawa.

**

Zoey terbangun dengan terkejut, sendirian dan bingung di atas sofa. Kepalanya seperti dijepit dua bongkahan es batu besar, sakit dan berat.

"Ternyata lo bisa blackout juga. Gua pikir lo cewe paling kuat yang pernah gua temuin."

Denyut jantung Zoey bereaksi memompakan kepanikan ke seluruh tubuh saat dia sadari jika ternyata dia tidak sendirian. Ada Juan yang saat itu duduk di sofa dekat puncak kepalanya. Zoey menarik tubuhnya, memaksakan dirinya untuk langsung berdiri. Gerakan itu membuat pandangannya gelap untuk beberapa detik.

(Hiatus) NormalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang