10. Yang Tak Ingin Diingat

256 63 33
                                    

2.800+ words

⚠️ trigger warning: this part contains sensitive material relating to sexual assault & trauma.

_____________

Zoey malas menyetir, dia meminta Sean mengantarnya ke lokasi photoshoot di campsite dekat Danau Buyan sebelum Sean pergi bekerja.

Zoey melirik Sean yang pagi itu entah kenapa terlihat seksi karena rambut berantakannya belum disisir. Bayangan beberapa minggu lalu saat Zoey menggoda 'Tipsy Sean' dengan menyisir rambut lelaki itu menggunakan jemarinya tiba-tiba melintas. Untuk mengusir bayangan sialan itu Zoey mengalihkan pandangannya menuju bible verse bracelet bertali biru yang melingkar di pergelangan tangan Sean, Romans 12:12. Kemudian Zoey bertanya, "Lo gak percaya Tuhan tapi kenapa bisa punya gelang bible verse?"

Sean melirik gelang pada pergelangan tangannya sekilas. "Punya Aboji."

"Aboji? Siapa tuh?" Zoey menyipit curiga, jangan-jangan itu nama mantan pacar Sean sebelum Will! Tidak, tidak, tidak Zoey harus berpikir positif. "Nama Pendeta ya?"

"Ayah." jawab Sean.

"Huh?"

"Aboji itu Ayah." ulang Sean. "Bahasa Korea."

"Oh. Hahaha." Zoey tertawa tolol. "Sorry deh, gue cuma tau saranghaeyo."

Sean melirik Zoey. "Tau artinya apa?"

"I love you." jawab Zoey santai, tetapi seletah itu dia merinding dari puncak kepala sampai telapak kaki. "Iuh..."

Sekarang Zoey dan Sean sudah berteman baik. Mereka berjanji tidak akan bertengkar atau saling menyerang dengan kata-kata jahat lagi seperti yang mereka lakukan di bulan pertama mereka bertemu. Zoey dan Sean berjanji akan menjaga hubungan baik setidaknya sampai Pernikahan mereka selesai dalam waktu dua bulan lagi.

Apa janji itu bisa mereka tepati? Entahlah.

Setelah satu setengah jam perjalanan dari Rumah Zoey di Umalas, mereka sampai di lokasi photoshoot, Sean menepikan mobil yang dikemudikannya.

Zoey melepas sabuk pengaman, ia mengulurkan tangan ke belakang untuk mengambil paper bag. "Nanti gak usah jemput. Gue pulang nebeng Karina."

"Oke."

Zoey turun dari mobil. "Bye. Hati-hati." ia menutup pintu lalu berjalan meninggalkan mobilnya menuju Campervan yang akan menjadi tempatnya berganti pakaian dan persiapan lainnya sebelum photoshoot.

Sean tidak langsung meninggalkan tempat itu, ia terlebih dahulu mengamati lokasi photoshoot Zoey hari ini dari dalam mobil. Sean tidak menemukan sosok Juan yang biasanya akan selalu ada dimanapun lokasi photoshoot Zoey berada. Sean sampai tidak mengerti sebenarnya Juan itu Chief Executive officer Perle Noire Models Bali atau Asisten pribadi Zoey?

Pada jam yang sama Juan sedang duduk di balik meja kerja Ibunya—Perle Noire Models Jakarta. Dia memutar-mutar stylus pen dengan jemari sambil menatap layar laptop yang saat itu menampilkan data diri dan measurement beberapa new talent untuk Ford Models Milan dari Perle Noire Models Jakarta & Bali, salah satunya adalah milik Zoey Patricia Tanaja.

Juan menyenderkan punggungnya lalu memutar kursi yang ia duduki sampai menghadap ke jendela besar yang menyuguhkan sebagian kecil barisan Gedung perkantoran di Jakarta bagian selatan dengan langit kelabu. Senyum tersungging di bibirnya, berkat kerja cepat Pak Abraham akhirnya Juan benar-benar tahu jika memang ada yang tidak beres dengan Pernikahan Zoey dan Sean. Seperti dugaannya, ada kesepakatan di balik Pernikahan mereka berdua. Pernikahan mereka hanyalah sebuah sandiwara dan Juan akan membantu mereka mengakhiri sandiwara itu lebih cepat.

(Hiatus) NormalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang