11. Tentang Dosa Kami

271 63 31
                                    

2.000+ words 🥀
tinggalkan lah jejak.

__________

Ternyata karma buruk perbuatan Ayahnya yang Zoey maksud adalah sebuah pelecehan, pelecehan seksual yang dilakukan temannya sendiri, Juan, 12 tahun lalu. Kejadian itu pula yang mengubah jalan hidup Zoey menjadi tak normal. Semalaman Sean tidak bisa tidur, rasanya semua ini terlalu cepat untuknya, tumbuh kembali rasa suka pada seorang perempuan, mengetahui masa lalu perempuan itu yang tidak pernah dia bayangkan akan sejahat ini.

Sean menatap Zoey yang tertidur di sampingnya setelah sepanjang malam tak henti menangis. Melihatnya seperti ini, Sean merasa ikut hancur.

Sean datang ke sebuah situasi dimana dia harus mendengar cerita masa lalu yang Zoey tak mau ungkapkan. Bertahun-tahun Zoey menyimpan semuanya sendirian, menutupinya dengan tawa hingga orang lain menganggap jika hidup Zoey baik-baik saja.

Nyatanya tidak.

Tangisan Zoey semalam membuktikan jika benar ada banyak manusia yang sebenarnya jiwanya sudah mati, tapi hidupnya terlihat baik-baik saja. Tidak ada seorangpun yang sadar dan bisa melihat betapa hancur dan mengerikan mentalnya.

Zoey bergerak kecil, lalu membuka kedua matanya.

Sean menyentuh wajah Zoey yang pucat. "Hari ini lo istirahat di Rumah." pinta Sean. "Biar gue bicara sama Boss lo yang brengsek itu kalo lo gak bisa ke Kantor."

Zoey tidak mengucapkan apa-apa, dia diam seperti sedang mengingat-ingat sesuatu sambil menyentuh kepalanya yang agak sakit, entah karena alkohol atau karena tangisan semalam.

"Tunggu di sini. Gue ambilin minum." Sean bangkit, bergerak turun meninggalkan tempat tidur.

Zoey masih mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Kenapa Sean memanggil Juan brengsek? Apakah dia sudah menceritakan masa lalunya pada Sean? Peristiwa 12 tahun lalu? Semuanya?? Tidak!. "Sean!" Zoey segera turun dari atas tempat tidur, berlari lalu menahan Sean agar berhenti melangkah dengan memeluknya dari belakang. Zoey membenamkan wajahnya di punggung Sean. "Tolong jangan ceritakan lagi kejadian 12 tahun lalu sama siapapun... tolong lupain semuanya." pinta Zoey dengan intonasi yang sama seperti semalam, ketakutan.

"Lupain lo bilang?"

"Please, gue mohon... lupain." ulang Zoey yang mulai menangis.

Sean bisa merasakan rembasan air mata Zoey yang hangat pada kaus di punggungnya. Sean menunduk, menatap jemari Zoey yang mencengkram kausnya dengan gemetar.

"...anggap semalem lo gak pernah denger apapun."

Sean melepas pelukan Zoey dan menjauhkan dirinya. "Jadi lo mau biarin Si Brengsek itu terus hidup dengan bebas di luar sana?! Menghidup udara yang seharusnya gak dia hirup setelah dia ngerusak lo?!" Sean marah, sangat marah dengan sikap Zoey. "Dia bukan nyuri hal-hal kecil milik lo! Tapi dia nyuri—" Sean tercekat, kata penutup itu tertahan kuat di tenggorokannya. Sean menggeram karena tak bisa mengatakannya. "Waktu itu lo bilang, lo narik diri dari Keluarga lo karena lo gak bahagia sama mereka. Tapi kenapa lo bisa-bisanya bertahan temenan sama orang yang udah ngelecehin lo!" teriak Sean.

"Karena Juan ngedukung penuh karir modeling gue!" Zoey balas berteriak. "Itu hal penting yang gak dilakuin sama satupun Keluarga gue!"

"Juan ngedukung karir modeling lo tapi dia juga penjahat, Zoey! Dia udah jahatin lo, seharusnya dia dapet sanksi hukum!" emosi Sean tak terbendung. "12 tahun lalu lo masih 17 tahun, lo masih di bawah umur, masih di lindungi Undang-undang pelindungan anak. Walaupun udah sangat terlambat tapi kita harus laporin Juan, dia harus dipenjara!"

(Hiatus) NormalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang