3

163 18 5
                                        

Neji duduk di teras dan menghela nafas panjang, pertemuan hyuuga yang panjang telah menguras seluruh energinya.

"Sepertinya Aku sangat lelah secara mental dan emosional. " Gumam Neji pelan.

"Apa kau mau teh?"tanya Hinata.

"Apa kau juga mau teh, Hime-sama? Kalau iya biar aku saja yang membuatnya. " Ucap Neji.

Hinata terkekeh dan memeluk Neji dari belakang. "Aku ingin membuatkanmu teh karena ingin membuatmu tenang, tapi kenapa justru kak Neji yang membuatkan teh untukku?"

"Bukankah lebih bagus kalau kita berdua sama-sama, merasa tenang? Lagipula ini hanya teh dan cuma perlu menuangkan air panas. kau sudah banyak bekerja seharian, Hime-sama."

Neji menepuk tangan Hinata beberapa kali sebelum pergi ke dapur untuk membuat teh hangat. Hinata menatap halaman rumahnya.

"Jika aku menikah dengan Naruto, apa dia akan mencintaiku seperti kak Neji?"

Hinata tenggelam dengan pikirannya sendiri, mengenang sebuah masa lalu yang terjadi di hidupnya. Neji yang tidak sengaja mendengarnya sedikit menunduk.

"Aku yakin dia akan mencintaimu, tapi tentu saja cara dia mencintaimu mungkin berbeda dengan caraku. " Neji kembali dengan membawa dua gelas teh hangat. "Pernikahan adalah hubungan yang sakral, jika dia tidak mencintaimu namun dia menikahimu... Dia mempermainkan sucinya sebuah pernikahan"

"Apa ucapanku menyakitimu, kak Neji?"

" Hmm... Sedikit, akan tetapi aku tidak bisa mengelak kalau Naruto juga pernah ada di hidupmu." Neji duduk di samping Hinata. Neji menyandarkan kepalanya di bahu Hinata. " Aku mencintaimu karena itu aku menikahimu dan aku tahu kalau kau juga mencintaiku, itu sebabnya kau menerimaku. Apa lagi yang aku inginkan? "

"Entahlah, aku dengar pria yang benar-benar mencintai pasangannya pasti akan cemburu."

Neji tertawa dan mengecup bahu Hinata. "Aku juga cemburu, tapi aku tidak ingin perasaan cemburuku merusak hubungan yang telah kita bangun bersama-sama. Kita sudah cukup dewasa untuk belajar mengelola emosi kita berdua."

Hinata tersipu dan mencium pipi Neji. " Mungkin ini adalah alasan mengapa aku mencintaimu. Kau membuatku lebih bahagia daripada saat aku masih sendiri dan kau membuatku merasa cukup saat bersamamu. "

Telinga Neji memerah dan dia kembali menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

Hinata berkata dalam hatinya kalau dia bersyukur memiliki Neji meskipun Neji bukanlah cinta pertamanya. Rasa cintanya pada Naruto mengajarkan banyak hal pada Hinata dan dia bersyukur bertemu dengan Naruto meskipun pada akhirnya cinta mereka tidak ditakdirkan bersama dan hanya datang sebagai sebuah pembelajaran.

Hinata memegang kepala Neji dan dia mengecup kening suaminya. "Aku mencintaimu."

Neji memeluk Hinata dengan erat. "Aku lebih mencintaimu... Selamanya akan selalu begitu."

~

Disisi lain Lee mengunjungi rumah tenten untuk memberi kabar kalau Tokuma ingin bertemu dengannya saat akhir pekan.

"Tokuma hyuuga? Boleh aku lihat fotonya?"

" Untuk apa? " Tanya Lee

"Aku tidak ingin memiliki kekasih berambut mangkok sepertimu!"

" Ini mode rambut yang trendi! " Sahut Lee.

Tenten memoles kunainya yang sudah mulai berkarat.  "Apa salahnya menginginkan kekasih yang tampan, bukankah kalian para pria juga begitu? "

"Itu benar, tapi bukan berarti kau bisa menilai seseorang karena wajahnya bukan? Cinta itu tidak hanya berdasarkan rupa tapi hati."  Ucap Lee sembari meletakan tangannya pada dadanya.

Tenten melihat Lee dari atas ke bawah lalu mendengus. "Gaya bicaramu dan pakaianmu sangat tidak cocok"

"Itu tidak sopan!" Ucap Lee. "Aku berusaha untuk menasehatimu sebagai seorang teman."

To be continued .

He Knows me: Still Same Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang