Suasana menjadi tidak begitu nyaman di antara Lee dan Tenten.
"Apa seperti itu kamu menilai seseorang?" Tanya Lee.
Tenten menyimpan kunainya dan duduk di kursinya. " Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan, Lee. "
"Bagaimana bisa aku tahu? Kau saja tidak pernah mau terbuka denganku. Di dalam tim kau hanya peduli dengan Neji! ""Aku tahu itu! Kau tidak perlu melempar garam pada lukaku! Apa aku hanya mementingkan wajah? Tidak! Aku menilai Neji lebih dari itu, Aku menyukai cara dia memimpin, berbicara dan berpikir. Aku mencintainya lebih dari apa yamg kau bayangkan Lee!" Tenten mulai menangis dan menutup wajahnya dengan tangannya.
Lee mundur beberapa langkah seolah dia tau kalau dia mengatakan hal yang tidak seharusnya.
Tenten memukul dadanya sendiri untuk mengurangi rasa sakit hatinya. " Aku pernah mencintai orang begitu dalam... Begitu tulus, tapi dia justru memilih orang lain! "
Lee menghampiri Tenten dengan perlahan-lahan. " Tenangkan dirimu... Tenten. Kau pasti akan mendapatkan orang yang lebih baik."
"Aku sakit hati, Aku tahu aku harus melupakan Neji tapi aku tidak bisa menyangkal kalau ini sangat sulit untukku, Lee. "
Lee memeluk Tenten selayaknya seorang sahabat. " Kau layak mendapatkan yang lebih baik"
Tenten menangis di bahu Lee. "Memangnya siapa yang mau menjalin hubungan denganku? Aku tidak secantik Ino maupun Sakura. Aku juga bukan dari keluarga elit seperti Hinata."
"Kau ya kau, kau tidak perlu membandingkan dirimu dengan mereka. Itu hanya akan membuatmu merasa tidak bahagia." Ucap Lee ingin menyemangati Tenten.
Lee melepaskan pelukannya dan tertawa. " Aku akan membeli makanan untukmu, mungkin itu membuatmu lebih baik " Lee keluar dari rumah Tenten melalui jendela rumah.
Tokuma berdiri di depan jendela Tenten dengan menyilangkan tangannya. Tokuma memberikan isyarat untuk Tenten keluar dan berbicara dengannya.
Tenten mengangguk dan menemui Tokuma. Dia menghapus air matanya dan bersikap tidak terjadi apa-apa.
"Aku pikir aku ingin menarik ajakanku untuk kencan denganmu." Ucap Tokuma dengan sangat dingin.
"Kenapa?"
"Jujur, aku tidak tertarik denganmu."
"Aku tahu itu, aku memang hanya orang biasa dibanding kunoichi yang lain."
Tokuma memiringkan kepalanya. " Apa maksudmu dengan itu? Aku hanya tidak memiliki perasaan apapun. Ini bukan karena wajahmu dan siapa kamu... Tapi memang aku tidak ada perasaan apapun." Tokuma terus menerus menekankan pada Tenten bahwa dirinya tidak ada keinginan untuk pergi bersamanya.
"Beri aku kesempatan." Rengek Tenten.
Tokuma menghela nafas panjang melihat Tenten. " Terserah kau saja, tapi aku sudah mengatakan kalau aku tidak ada ketertarikan padamu."
Lee kembali dan melihat Tenten berbicara dengan Tokuma. " Jangan seperti itu, kau kan bisa berbicara dengan baik. Tenten ini Temanku!"
"Temanmu tidak mau menerima fakta kalau aku membatalkan pertemuanku dengannya. "Sahut Tokuma
"Setidaknya kau mempertimbangkan perasaannya."
"Lalu bagaimana dengan perasaanku? "
"...."
"...."
Suasana menjadi hening, tidak ada lagi perlawanan dari kedua belah pihak. Tokuma menghela nafas dan pergi begitu saja.
"Lihat! Apa yang aku katakan itu benar! "
"Hey .... Hey... Kau itu hanya insecure dan overthinking. "
"Kenapa begitu sulit untuk mendapatkan pasangan... Jika memang aku tidak pantas mendapatkan orang yang sebaik Neji, apa salah jika aku mencari yang mirip dengannya"
Lee menatap Tenten dengan sinis. " Jadi kau tidak menyukai Tokuma? Kau hanya sulit melepaskan Neji, sehingga kau menurunkan standardmu menjadi cukup tampan... Begitu? Kalau begitu untuk apa kau menangisi Tokuma? "
Tenten berhenti menangis dan menatap Lee. " Kamu benar."
Lee memberikan dango pada Tenten. " Kau insecure? "
Tenten mengangguk " aku tidak percaya kalau aku bisa merasakan insecure."
" Tidak masalah, itu hanya perasaan yang kau rasakan saat kau terlalu sering membandingkan dirimu dengam orang lain."
Tenten menyumpal mulut Lee dengan dango. " Meskipun begitu, bukan berarti kau bisa seenaknya menghakimiku"
Lee menguyah dango yang ada di mulutnya. " Bukan salahku jika kamu insecure, tapi jangan menjadi orang yang haus validasi. Nilai dari manusia lebih kompleks dari sekedar wajah. "
"Kalau aku harus jomblo sampai mati? "
"Semua manusia akan sendiri kalau kau mati, lalu kenapa jadi masalah? Lagipula aku juga masih ada disini." Ucap Lee.
"Kau adalah orang terakhir yang ingin kupacari. Sudah punya sifat yang buruk, selera pakaian yang buruk, kau juga punya rambut ya g aneh"
"Heeeey!! Ini pakaian limited edition. Hanya ada dua di konoha yang memakai pakaian ini"
Tenten menendang Pantat Lee dengan keras. "Karena hanya orang seperti kalian yang memakai baju aneh itu.
"Tapi apa kau akan tetap pergi menemui Tokuma? "
"Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur merengek seperti itu.."
Lee menggelengkan kepalanya. " Aku yakin dia melihat ingusmu saat menangis tadi."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
He Knows me: Still Same
FanfictionMerupakan lanjutan dari He knows me yang sebelumnya. Setelah menjadi suami istri, Neji masih saja terbawa sifatnya saat masih belum menikah. Pasangan baru ini masih berusaha untuk mencocokkan diri untuk menjalani hidup setelah menikah. Naruto dis...