3.

243 38 3
                                    

Hinata beranjak dari duduknya dan menepuk pundak Neji.

"Ayo masuk, sebelum semakin larut. Besok, Kak Neji ada pertemuan dengan Ayah kan?"

Neji mengangguk pelan dan beranjak dari duduknya. " Kau benar, Aku harus segera tidur "

Sesaat Neji hendak menutup pintu, ada suara langkah kaki menghampiri mereka. Seorang wanita dengan gaun putih dan rambut kecoklatan tampak terengah-engah namun tetap tersenyum pada Neji.

Jika saja wanita itu bukan siapa-siapa, mungkin saat ini perasaan Hinata tidak sekacau sekarang. Wanita itu adalah  Tenten, seorang wanita yang pernah dirumorkan dekat dengan Neji.

"Tenten? Ada apa ?" Neji segera membuka pintu untuknya.

"Aku ingin memberikan bingkisan sebagai permohonan maaf atas kekacauan di tempat pesta. "

"Tidak perlu sampai begini, kami berdua tidak mempermasalahkan itu. "

Tenten menggelengkan kepalanya dan segera menyodorkan bingkisan kepada Neji. "Sudah! Terima saja! "

Hinata melihat mereka berdua tanpa berkata apapun, hati Hinata berkecamuk dan bimbang melihat keakraban mereka berdua. Ada perasaan takut kalau ada sesuatu diantara mereka berdua yang mungkin saja Hinata tidak ketahui.

"Kalau begitu Aku pulang dulu." Ucap Tenten.

Hinata menatap Neji beberapa saat. " Kak Neji, Apa tidak lebih baik kau temani dia pulang?"

Neji terdiam sesaat dan menghela nafas panjang. " Aku akan menghubungi Lee saja."

Tenten meraih tangan Neji. "Tidak usah, Lee sudah pulang dari tadi. Aku tidak ingin mengganggunya."

Neji menatap Hinata dan berharap Hinata mencegahnya tapi kenyataannya Hinata tidak berkata apapun.

"Baiklah Aku akan mengantarmu" Neji memakai jaketnya dan segera pergi bersama Tenten.

Hinata menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Kenapa Aku membiarkan mereka pergi?"

Hinata menggigit bibirnya dan menyesali keputusannya untuk membiarkan Neji menemani Tenten pulang ke rumah.

Suara detik jam yang terus berputar dan suara jangkrik yang menghilangkan kesunyian. Tatapan mata Hinata terfokus pada jarum jam yang terus berputar seolah menghitung berapa lama waktu yang dihabiskan Neji untuk mengantar Tenten pulang.

"Kenapa Kak Neji lama sekali? "
.
.
.
" Kenapa dia tidak menghubungiku?"
.
.
.
.
" Apa terjadi sesuatu?"

Tap ... Tap...Tap...

Tap... Tap.... Tap... Tap

Hinata terus berkeliling di sekitar teras menunggu kepulangan Neji, entah karena dia khawatir terjadi hal buruk pada Neji atau justru takut apabila Tenten masuk dan menjadi orang ketiga di hubungannya.

"Hinata, Kau sedang Apa? " Neji kembali masuk ke dalam rumah.

"Aku menunggumu pulang, Kak"

Neji mengecup kening Hinata dan menatap mata Hinata dengan serius. " Kita perlu bicara"

"Mengenai apa?"

"Tenten"

Hinata tersentak dan menatap wajah suaminya.
"Apa ada sesuatu?"

"Ya, Aku tidak bisa berteman dengan Tenten"

"Apa maksudmu? Bukankah dia rekan setim kak Neji?"

Neji duduk di sofa dan melipat jaketnya. "Aku rasa tidak perlu menceritakan tentang apa yang terjadi antara aku dengannya. Hanya saja, Dia membuatku menjadi tidak nyaman."

Bab 1 end.

To be continued


He Knows me: Still Same Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang