1. Pagi yang biasa saja

580 63 23
                                    

Hinata terbangun dan keluar dari kamarnya. Hinata terkejut melihat rumah sudah bersih dan sarapan sudah tersaji di atas meja.

"Hinata, kita kehabisan kecap asin dan sayur. Setelah sarapan antar aku ke pasar. Aku tidak pandai menawar harga" ucap Neji sembari menuang air putih.

"Kau serius, kak? Tidak ada ucapan selamat pagi?" Hinata mendapatkan mood yang buruk karena Neji tidak mengucapkan selamat pagi padanya. "Apa kak Neji sudah tidak mencintaiku lagi"

Neji berkedip beberapa kali, karena bingung dengan sikap Hinata. " Kenapa kamu menyebalkan sekali setiap bangun tidur ? " Neji melepaskan celemeknya dan menggendong Hinata. "Kamu menjadi sangat pemarah setelah menjadi istriku"

Hinata tersipu malu. "Jangan melakukan hal romantis seperti ini, Kak Neji. Kau membuatku malu "

Neji masuk ke dalam kamar mandi dan menurunkan Hinata. "Cepat mandi sebelum makanannya dingin." Neji membuka tangan Hinata dan memberikan Handuk untuknya. "Apa kau mau acar lobak juga?"

Hinata mengangguk pelan. Neji keluar dari kamar mandi dan kembali ke dapur. "Semoga kencan kali ini tidak gagal." Neji tersenyum melihat ke arah kamar mandi. "Sampai kapanpun kau masih Hime-sama ku "

~

Pernikahan di Usia yang cukup muda, tidaklah mudah termasuk bagi Neji dan Hinata. Banyak sekali yang harus mereka pikirkan, mulai dari finansial hingga masalah komunikasi.

Banyak yang bilang kalau pacaran adalah teknik tipu muslihat karena pada saat setelah menikah banyak hal yang tidak pernah kita sangka  tentang pasangan kita. Justru itulah masalah yang harus diselesaikan oleh pasangan itu sendiri.

Neji menghela nafas panjang dan masih menunggu Hinata selesai mandi.

Hinata mengeringkan rambut dan segera ke meja makan setelah mengganti pakaiannya.

"Apa dulu kau mandi begitu lama? Apa kau sedang melakukan konser di dalam kamar mandi?" Omel Neji.

"Rambutku panjang jadi cukup butuh waktu untuk mencucinya"

Neji menaikkan alisnya. " Alasan macam apa itu?"

"Memangnya Kak Neji tahu apa?"

"Apa dimatamu aku ini tidak punya rambut? Panjang rambutmu sama denganku dan bahkan hanya dengan mandi 15 menit saja, rambutku lebih berkilau daripada rambutmu"

Hinata melototi Neji dan menyeruput air dengan keras. Neji langsung terdiam dan menundukkan kepalanya. " Maaf "

"Kenapa kak Neji minta maaf? " Tanya Hinata.

"Rambutmu lebih berkilau dariku "

Hinata tersenyum pada Neji. " Terimakasih pujiannya "

Neji menelan ludahnya sendiri lalu meletakkan sumpitnya. " Ngomong-ngomong Ayahmu baru saja mengirim pesan padaku"

"Apa yang Ayah katakan?"

"Dia ingin cucu"

Hinata menatap wajah Neji dengan tatapan sangat terkejut. "Kau menyetujuinya?"

"Belum, Aku pikir aku harus merundingkan ini denganmu. Kau yang hamil selama 9 bulan, kau juga yang melahirkan... Tentu saja kamu yang harus membuat keputusan besar ini. "

"Bagaimana denganmu kak Neji? Aku ingin mendengar pendapatmu dulu "

"Kalau boleh jujur, Aku memang ingin punya Anak tapi tidak dalam waktu dekat. Aku belum siap menjadi seorang Ayah maupun calon Ayah." Ucap Neji sembari mengikat rambut panjangnya.  "Jangankan seorang Ayah, menjadi Suami yang baik saja Aku merasa belum mampu. Aku bahkan masih malu saat kau meminta bantuanku untuk membelikan pembalut saat kau menstruasi. Aku juga tidak tahu deterjen apa yang kamu pakai untuk mencuci baju kita. Selama ini kamu yang membeli perlengkapan rumah tangga, Aku merasa masih belum layak menjadi seorang suami"

Hinata menggenggam tangan Neji dan menatap matanya. " Kamu membantuku membereskan rumah saja itu sudah lebih dari cukup"

"Hey! Manusia macam apa yang merasa bangga hanya dengan membantu istrinya membereskan rumah? Membereskan rumah itu tanggung jawab bersama, Hinata! "

"Jangan naikkan nada bicaramu padaku " ucap Hinata sembari cemberut. "Suami para tetangga juga sering dipuji karena menyapu halaman atau menjaga anak, kenapa kak Neji merasa terhina seperti itu."

"Sekarang kamu pikir, jika mereka memujiku seperti itu ya sama saja mereka berpikir aku tidak pernah melakukan apa-apa selama ini. Daripada Aku harus dipuji karena membereskan rumah, Aku lebih senang dipuji karena menjadi suami seorang Hinata Hyuga "

Hinata menutup wajahnya karena menahan malu. " Kenapa kamu berbicara seperti itu!"

"Hmmm.... Memang benar Aku kalah dari Naruto dan tidak menjadi Hokage, tapi setidaknya kehidupan percintaanku lebih baik dari pada Naruto " ucap Neji dengan tenang.

"Kehidupan percintaanmu jauh lebih baik daripada siapapun, kak Neji. Aku yakin banyak remaja yang iri dengan hubungan kita atau bahkan ingin merebutmu dariku" goda Hinata.

Neji mengambil ikan dan membantu Hinata memisahkan daging dengan durinya sembari tertawa mendengar ucapan Hinata. "Kau posesif sekali, sekarang" Neji meletakkan daging ikan ke piring milik Hinata.

"Kak Neji akan pergi bekerja hari ini?"

"Kau ingin aku di rumah? Aku bisa meminta izin pada Ayahmu. "

"Jangan, Nanti kak Neji dimarahi ayah! " Ucap Hinata.

Raut wajah Neji menjadi sangat serius. "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak"

"Kau yakin?"

"Aku yakin"

"Hinata.... Jangan berbohong padaku, Aku tahu kau ada masalah. Ceritakan saja padaku sebenarnya ada apa"

Hinata menundukkan kepalanya, dan menghindari tatapan mata Neji. "Malam ini..."

"Ya...?"

"Sakura mengundangku, Kiba, dan Shino untuk makan malam"

"Lalu?"

"Naruto juga akan datang"

Neji terdiam untuk beberapa menit lalu tanpa banyak kata dia segera meraih ponselnya dan menelpon Hiashi.

Hinata menggelengkan kepalanya. "Ayah pasti akan membunuh kita berdua sekarang " Hinata menghela nafas panjang melihat Neji.

~

Hanabi melihat Hiashi yamg sedang memijat pelipisnya sendiri.

"Baiklah-baiklah!"

"Ayah? Kenapa Ayah tampak kesal?"

"Kakak iparmu tidak bisa datang dipertemuan dengan tetua Hyuga" ucap Hiashi.

"Pertemuan apa? Ayah hanya mengadakan reuni untuk pamer menantu pada teman-teman Ayah kan?!"

"Sssst jangan bocorkan itu pada kakakmu atau kakak iparmu, nanti mereka tidak akan pernah mau ikut pertemuan lagi " ucap Hiashi.

"Baiiiiiik~ " ucap Hanabi dengan nada sarkasme.

To be continued

He Knows me: Still Same Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang