Jika manusia bisa membaca hati satu sama lain, mungkin semuanya akan menjadi lebih mudah. Tanpa ada kebohongan dan rahasia.
Suara riuh terdengar di akademi ninja, suara tepuk tangan dan musik yang meriah merayakan penyambutan guru baru. Tenten merapikan rambut dan gaunnya. "Bagaimana menurutmu? "
" Cantik seperti biasanya" Lee mengangguk dan memberikan dua jempolnya.
"Aku berniat untuk menyampaikan perasaanku pada Shino. "
"Astaga, Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba." Ejek Lee. Aku akan mengantarmu sampai jembatan sekalian aku ingin jogging pagi.
Tenten merangkul pundak Lee dan tertawa. "Terima kasih kepala mangkok."
Tenten berjalan bersama Lee menuju akademi. Suasana konoha menjadi sedikit lebih ramai dari biasanya namun terasa sepi.
"Kita sudah sampai di jembatan, silahkan nona pacar Shino mengambil jalur kanan." ucap Lee dengan membungkuk.
Tenten membungkuk untuk Lee. " Untuk sahabatku tersayang, silahkan mengambil jalur kiri. " Mereka tertawa terbahak-bahak dan mengambil jalan masing masing. Tenten masuk ke dalam akademi dan mencari Shino.
"Shino? Apa Shino disini?" Tanya Tenten pada ibu-ibu yang ada di akademi.
"Aku tidak melihatnya, coba cari saja di aula. " Jawabnya.
Tenten segera menuju aula namun tidak ada siapapun di situ. Tenten berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Kakinya melangkah membawanya ke ruangan tempat dimana mereka belajar bersama.
'Kriet'
Shino duduk di kursinya saat dia masih di akademi. Tenten tanpa mengucapkan satu patah kata dia duduk di bangku lamanya.
"Sudah berapa lama waktu berlalu." Tanya Tenten untuk memecahkan keheningan.
"Lama sekali. Aku tidak menyangka aku akan berdiri disana sebagai guru."
Tenten tertawa kecil. "Siapa yang mengira kau akan menjadi seorang guru, tapi aku yakin kau akan menjadi guru yang baik."
"Terima kasih Tenten" ucapnya.
Tenten meletakan dagunya dan menatap Shino. "Selamat atas keberhasilanmu menjadi guru."
"Ngomong-ngomong... Ada yang ingin aku katakan padamu..."
Tenten terkejut dengan ucapan Shino. Shino beranjak dari bangkunya dan menghampiri Tenten. "Aku masih jauh dari kata sukses, aku baru saja mendapatkan pekerjaan, aku bukan dari keluarga elit dan bukan siswa tercerdas di masa sekolah, tapi Aku ingin kau memberiku kesempatan untukku menjadi bagian dari hidupmu, jika kau tidak keberatan."
Tenten terkejut. "Apa?! Sejak kapan?!"
"Aku menyukaimu sejak Genin tapi aku terlalu rendah diri karena melihatmu yang begitu percaya diri. Aku tidak bisa bohong kalau di masa remaja aku juga sempat menyukai orang lain selain dirimu, tapi untuk saat ini aku ingin mengejar cinta pertamaku."
Tenten terdiam dan berdiri menghadap Shino. "Kau tahu, sepertinya seleraku tidak terlalu buruk." Tenten menurunkan resleting jaket Shino yang menutupi mulutnya dan dia pun mencium bibir Shino. "Kalau begitu, karena ini hari jadian kita. Aku ingin pergi membeli kunai dan kau harus menemaniku. "
Shino mengangguk setuju dengan wajah yang sangat memerah. Bibirnya tidak bisa mengeluarkan kata-kata.
"Aku harus menghitung uangku terlebih dahulu." Tenten membuka tasnya dan mencari ponselnya. "Sepertinya dompetku tertinggal di rumah Lee. Aku akan segera kembali."
Tenten keluar dan pergi ke rumah Lee untuk mengambil dompetnya. "Dimana aku menaruh dompetku? Aku ingat meletakkannya disini saat menyimpan kupon Ichiraku ramen. "
Tak lama kemudian, Tenten menemukan dompetnya di atas meja belajar Lee. "Ah ini dia..." Saat Tenten mengambil dompetnya, matanya teralihkan dengan kotak perhiasan berwarna hijau tua. "Eeeh... Lee sudah memiliki kekasih."
Tenten membuka kotak perhiasan tersebut dan menemukan liontin hati dari perak dan lipatan kertas. Tenten pun membaca isi dari kertas itu dan membuka liontinnya. Tenten terkejut melihat foto dirinya yang terpasang di Liontin tersebut.
"Apa yang kau lakukan? "
Tenten menoleh ke arah asal suara dan melihat Lee berdiri dengan penuh keringat setelah jogging. Lee mengambil liontin dan kertas dari tangan Tenten dan menariknya keluar dari kamarnya.
"Lee. ... Lee. .".
Lee menutup pintu kamarnya dan Tenten terus mengetuk pintu kamar Lee. Lee duduk di atas kasurnya dan menatap ke arah pintu.
"Lee bicaralah padaku!"
"Pergilah, Shino menunggumu" ucap Lee dengan suara bergetar menahan tangis.
"Aku tidak tahu kalau kau selama ini..."
"Pergilah Tenten! Jangan hiraukan aku! Aku baik-baik saja! " Teriak Lee dari dalam kamarnya.
Tenten terdiam beberapa saat dan mengetuk pintu kamar Lee sekali lagi. " Bicaralah padaku, saat kau ingin bicara"
Lee tidak memberikan jawaban pada Tenten.
Lee menyimpan kembali liontin dan suratnya pada tempatnya. "Aku tahu kalau kau lebih bahagia dengan Shino dan jika aku menjalin hubungan denganmu, Tenten... Kau tidak akan punya bahu untuk bersandar jika kita bertengkar karena aku tahu hanya aku satu-satunya yang kau punya. " Gumam Lee.Tenten mengambil foto dari dompetnya dan menyelipkannya di bawah pintu. " Itu adalah foto kita berdua saat pergi ke rumah Shikamaru. Terimakasih Lee , kau selalu membuatku bahagia dan selalu menjagaku. Kau adalah teman terbaikku." Tenten keluar dari rumah Lee dan Shino berdiri di luar.
"Aku khawatir karena kau tidak kunjung kembali, aku pikir kau akan melupakanku. Apa kau baik-baik saja?"
Tenten mengangguk dan melihat ke jendela rumah Lee. " Aku tidak tahu, tapi aku harap begitu. "
"Apa maksudmu?"
Tenten merangkul lengan Shino dengan erat. " Aku membuat kesalahan dan itu membuat malaikat pelindungku terluka, aku hanya ingin dia baik-baik saja."
Shino mengangguk. "Jika yang kau maksud adalah Lee? Aku yakin dia akan baik-baik saja. Dia salah satu orang yang memiliki hati yang cukup besar untuk memaafkan orang lain."
~
Lee memungut foto yang diberikan oleh Tenten dan menyimpannya. "Sejak awal kau adalah sahabatku, kebahagiaanmu adalah prioritas utamaku meskipun aku harus mengorbankan perasaanku... Aku harap kau selalu bahagia bersama Shino, lebih dari saat kita bersama."
The end
KAMU SEDANG MEMBACA
He Knows me: Still Same
FanfictionMerupakan lanjutan dari He knows me yang sebelumnya. Setelah menjadi suami istri, Neji masih saja terbawa sifatnya saat masih belum menikah. Pasangan baru ini masih berusaha untuk mencocokkan diri untuk menjalani hidup setelah menikah. Naruto dis...