Prolog

892 78 14
                                    

"Kehidupan pernikahan itu sangatlah melelahkan"
.
.
"Tidak bisakah kita berdua berhenti bertengkar? Aku merindukanmu?"

Mata mereka terus menatap satu sama lain, baik Neji maupun Hinata memasang Byakugan. Neji melipat tangannya lalu menghela nafas panjang.

"Kita akan tidur di kamar terpisah."

"Apa yang nanti Ayah katakan kalau dia tahu kita tidak sekamar?"

"Memangnya Ayahmu akan mengendap-endap untuk mengintip kita?"

Hinata dan Neji menghela nafas panjang. "Itu mungkin saja terjadi" ucap mereka bersamaan.

"Jam berapa sekarang?" Neji menatap jam yang sudah hampir menunjukkan waktu makan malam. " Aku akan memasak sesuatu untuk makan malam"

"Eh..? Biar Aku saja, kak"

Neji mengernyitkan dahinya. "Aku kan sudah bilang, Aku yang akan memasak. Ada apa denganmu, Hina?  Apa kita harus berdebat untuk hal kecil seperti ini?"

"Tapi itu tugasku sebagai seorang Istri. Aku saja yang memasak makan malam."

"Jadi? Karena kau adalah seorang Istri, Aku tidak boleh memasak? Aku tidak boleh ke dapur? Apa dapur ini milikmu? Apa itu maksudmu?"

"Aku tidak penah mengatakan hal itu"

"Kau baru saja bilang kalau memasak adalah tugas seorang Istri, diskriminasi macam apa itu?!" Neji menaikkan nada suaranya saat bicara pada Hinata. Neji terus menerus mengkritik Hinata yang tidak memperbolehkannya untuk memasak didapur.

Kiba membuka jendela dan menatap Shino lalu kembali menatap ke arah rumah Neji dan Hinata. " Apa kau tau apa yang terjadi disana? "

"Aku pikir Neji PMS hari ini, seranggaku bilang kalau mereka tidak betah berada disana meskipun hanya semenit "

Kiba menatap Shino. " Kau sudah lupa, memangnya siapa manusia di dunia ini yang betah mendengar omelan Neji? Ngomong-ngomong kenapa seranggamu bisa ada disana? "

"Bukan urusanmu... Tapi Apa kita perlu membantu mereka? Aku penasaran... Maksudku... Aku khawatir pada Hinata" Tanya Shino sembari memakan popcorn.

"Kau saja yang membantu mereka, mereka berdua sangat menakutkan kalau marah" Kiba menutup jendela rumahnya namun seketika terdengar suara piring pecah dari rumah Neji dan Hinata. "Kita harus menolong Hinata! Bagaimana bisa Neji tega berlaku kasar pada Hinata! " Kiba mengambil jaketnya dan keluar rumah.

"Kupikir tadi tidak mau membantu" gumam Shino.

Kiba berjalan menuju rumah Hinata dan melihat Neji sedang berdiri di depan pintu dan menggedor pintu depan.

"Hina, maafkan aku... "
.
.
.
" Aku janji tidak akan membantahmu lagi, tolong buka pintunya."

Neji terdengar seperti anak kecil yang merengek, sesuatu hal yang tidak pernah disangka-sangka oleh Kiba.

"Neji? "

Kiba merangkul pundak Neji dan menepuknya. "Aku turut berduka cita "

"Apa maksudmu?"

"Tidak perlu malu, memang kehidupan rumah tangga selalu menemui masalah. Ini hal yang normal" ucap Kiba.

Kiba membawa Neji ke rumahnya, Shino terkejut melihat Neji. "Jadi yang berlaku kasar itu Hinata?"

Neji memukul kepala Shino. " Apa maksudmu? Apa kau menghina Istriku yang berhati lembut?"

"Jadi kau yang melempar piring pada Hinata?" Tanya Shino namun dia mendapatkan pukulan kedua dari Neji.

"Kenapa kau memukulku lagi?!" Protes Shino.

"Kau pikir Aku tega untuk menyakiti Istriku?!"

Kiba mempersilahkan Neji untuk duduk di sofa. "lalu apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku tidak sengaja menaikan nada suaraku saat berbicara dengan Hinata, Hinata terkejut dan menyenggol piring yang ada di atas meja. " Neji tampak sangat sedih dan kosong.

"Lalu? Kenapa dia mengusirmu?"

"Hinata merasa aku sangat menyebalkan, jadi dia menyuruhku untuk berdiri di luar dan mendinginkan kepalaku. Apa aku memang semenyebalkan itu?"

Kiba mencoba menjadi teman yang supportif untuk Neji. "Mau minum Sake?" Kiba berusaha mengalihkan topik agar tidak perlu menjawab pertanyaan Neji.

"Apa kau ingin aku di coret dari keluarga Hyuga? "

"Maaf" ucap Kiba.

Neji menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Harusnya aku tadi mengalah saja pada Hinata, pasti Hinata sangat sedih karenaku"

'Dasar bucin, bikin iri saja' ucap Kiba dan Shino dalam hati.

"Kenapa kau tidak minta maaf pada Hinata saja?" Saran Kiba.

"Lalu bagaimana caraku untuk mengobati luka Hinata yang sudah aku sebabkan?"

Kiba bangkit dari sofa dengan kesal sembari menunjuk wajah Neji. "Kau sengaja membuat kami iri kan?"

Neji melototi Kiba dan dengan cepat menarik kerah jaket Kiba. "Kau ingin menyakiti Hinata?!"

"Apa?!" Kiba berbalik menarik kerah Neji.

Braaaak

" Apa yang kau lakukan pada suamiku? Apa kalian membullynya? " Hinata mendobrak pintu dan segera memukul Shino dan Kiba, Hinata membuat mereka pingsan dengan mudah bahkan sebelum mereka bisa menjelaskan kronologi yang sebenarnya.

"Hinata..." Neji memeluk Hinata dengan sangat erat.

"Makan malam sudah siap, Ayo pulang."

"Aku pikir kau marah padaku "

"Kamu tadi sangat cerewet, kalau Kak Neji terus mengomeliku, kita mungkin akan melewatkan jam makan malam"

Hinata memeluk Neji dengan erat lalu melepaskan pelukannya. " Tolong bawa mereka ke kamar, nanti mereka bisa masuk angin kalau tetap berada disini. Aku tunggu di luar " Hinata menunggu Neji di luar.

Neji menyeret tubuh Kiba dan  Shino ke kamar, lalu dia mengeluarkan uang dari dompetnya. " Terimakasih, karena kalian sudah membantuku " Neji menyelipkan uang ke saku Kiba dan Shino lalu menatap jendela. "Untung saja aku mengenal suara langkah kaki Hinata." Neji mengedipkan mata kepada Kiba dan Shino yang masih pingsan lalu segera menyusul Hinata.

"Apa yang kamu masak ? "

"Hanya ikan panggang dan sup miso " jawab Hinata.

"Kelihatannya enak" Neji mencium pelipis Hinata berulang-kali.

"Ngomong-ngomong kenapa Kiba menarik kerahmu?"

"Entahlah... Jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting adalah Kau sudah menyelamatkan ku"

"Bukankah kau jauh lebih kuat dari mereka, Kak?" Tanya Hinata.

"Aku lemah setiap bertengkar denganmu" ucap Neji. Wajah Hinata memerah seperti tomat saat mendengar ucapan Neji.


To be Continued

He Knows me: Still Same Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang