Neji sedang pergi untuk memantau remaja klan Hyuuga berlatih untuk persiapan ujian chunnin, sedangkan Hinata pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Lee dan Tenten.
"Hinata, terimakasih karena sudah mencari kami. Kami berhutang banyak padamu. Tolong sampaikan ucapan terima kasihku pada anggota klan Hyuuga yang lain." Ucap Lee.
"Tidak masalah, yang penting kalian berdua sudah berbaikan. Kak Neji sangat menyesal tidak bisa menjenguk kalian karena ada beberapa hal yang harus dia urus. "
"Dia sangat sibuk, apa kau tidak merasakan kesepian?" Tanya Tenten.
Hinata menggelengkan kepalanya. " Tidak, karena setiap makan siang dia meluangkan waktu untuk makan siang denganku, kalau memang dia sibuk dia pasti akan mengajakku ke tempatnya bekerja. "
Lee mengambil onigiri buatan Hinata dan memakannya. "Dia sangat romantis, aku selalu saja terkejut mendengar tingkah romantisnya mengingat bagaimana Neji sebelumnya."
"Aku sih sudah tau kalau Neji adalah orang yang romantis." Sahut Tenten.
Hinata tertawa dan mengangguk mendengar ucapan Tenten. "Ngomong-ngomong... Kak Neji mengira kalian memiliki hubungan romantis."
Lee dan Tenten saling bertatapan satu sama lain dan tertawa terbahak-bahak. "Kami hanya teman, mungkin lebih seperti keluarga. "
Hinata menggelengkan kepalanya. "tapi kau juga pernah menyukai kak Neji kan?"
Tenten menghela nafas panjang. "Wanita mana yang tidak menyukai Neji? Dia pendiam, tahu memperlakukan wanita, cerdas, sangat menjunjung tinggi keluarganya, romantis, pekerja keras, sabar dan loyal."
Lee menatap Tenten dan menaikan alisnya. "Itu tidak terdengar seperti Neji, Neji dulu sangat membenci klan Hyuuga."
"Apa maksudmu?" Tanya Tenten.
"Hmm... Aku membayangkan orang lain saat kau mendeskripsikan orang itu, apa kau yakin orang yang selama ini kau sukai adalah Neji? " Tanya Lee.
Hinata terdiam dan mengedipkan matanya beberapa kali. " Itu terdengar seperti Shino."
Tenten tertawa dengan keras. " Hahahaha tidak mungkin aku menyukai Shino, dia sangat suram dan penyendiri. Iya kan?"
"Aku tidak ingin menghancurkan delusimu tapi Neji lebih suram dari Shino. " Sahut Lee. " Sebagai seorang teman aku harus mengatakan yang sebenarnya."
Tenten cemberut dan menyilangkan lengannya. " Shino adalah pria terakhir yang ingin aku kencani. "
"Tenten... Kamu bersemangat sekali saat bicara mengenai Shino" ucap Hinata sembari membuka jendela kamar Lee dan Tenten.
"Aku tidak pernah berbicara dengan Shino sejak perang Shinobi usai. Shino fokus dengan ujian tes masuk untuk menjadi guru." Ucap Tenten.
Lee memukul udara dan berteriak. " Kisah cinta Tenten dimulai!"
"Aku bilang! Aku tidak menyukai shino! "
"Apa kau begitu membenciku? Aku hanya datang berkunjung. Aku tidak tau kalau kehadiranku tidak di harapkan." Ujar seorang pria jakung dengan kacamata hitam, berdiri di depan pintu dengan menggenggam bunga. "Aku mendengar kalau kalian sedang cidera, tapi sepertinya kalian hanya ingin menghindariku... Aku bisa tahu dengan mendengar ucapan kalian." Ucap Shino dengan panjang lebar. Hinata menggelengkan kepalanya dan menepuk punggung Shino.
" Kau salah paham, sebenarnya bukan itu yang Tenten maksud" ucap Hinata berusaha menenangkan Shino yang overthinking.
Shino meletakankan bunga di meja. " Aku mengapresiasi kebaikanmu Hinata, tapi selain mereka yang selalu melupakanku ternyata mereka juga membenciku. Terakhir kali aku bertemu dengan Tenten adalah perang Shinobi, itu pun karena Neji yang hampir mati. Kalau saja Neji sehat mereka tidak akan menemui sama sekali."
" Bukankah kalian bertemu di pernikahanku?" Tanya Hinata.
"Ya, tapi tenten tidak mengenaliku dan dia menganggapku sebagai pelayan, dia bahkan menyuruhku untuk mengambilkan lap dari dapur."
"Dengar, siapapun tidak akan mengenalimu dengan penutup matamu yang aneh itu." Ucap Tenten. " Belum lagi kau memakai syal tebal yang menutup mulutmu, bagaimana aku bisa mengenalimu?"
"Tapi kau bisa mengenali Rock lee yang memakai jas bukan pakaian hijau ketatnya." Shino pergi keluar dari rumah sakit.
Tenten terperangah dan mulutnya tidak bisa berkata-kata. "Kalian pikir aku menyukai orang seperti Shino? Lebih baik bunuh saja aku. "
Hinata tertawa kecil. " Shino memang sedikit terlalu sensitif tapi dia orang yang baik, aku akan mencoba menasehatinya agar sedikit mengontrol emosinya. "
Lee melirik ke arah Tenten. " Kalian berdua sangat cocok dan saling melengkapi, Tenten yang percaya diri dan Shino yang sangat sensitif"
Tenten menatap Lee dengan sinis. " Lebih baik aku mengencanimu daripada Shino."
" Tidak mau" jawab Lee.
Hinata menghela nafas panjang dan mengambil bunga dari shino dan membaca kartu ucapannya. " Ah ini untuk kalian berdua"
"Dia bahkan tidak mengirim bunga untuk masing-masing?!" Protes Tenten.
"Ujian menjadi guru pasti membutuhkan banyak biaya, mungkin sekarang keadaan finansial Shino tidak begitu baik." Jelas Hinata dengan pelan.
~
Shino mengecek rekening tabungannya dan menghela nafas. "Harusnya aku memilih untuk tinggal bersama kiba saja"Seorang pria tua memberikan kunci pada Shino. " Aku sudah merenovasi bagian dalam rumah barumu. Biayanya nanti aku kirimkan padamu"
"Boleh aku membayarnya bulan depan? " Tanya Shino.
"Tidak bisa, aku harus mendapatkan uangnya lusa." Ucap Pria tua pemilik rumah yang lama.
"Aku akan minta uang pada ayahku nanti. " Gumam Shino dengan pelan.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Knows me: Still Same
Hayran KurguMerupakan lanjutan dari He knows me yang sebelumnya. Setelah menjadi suami istri, Neji masih saja terbawa sifatnya saat masih belum menikah. Pasangan baru ini masih berusaha untuk mencocokkan diri untuk menjalani hidup setelah menikah. Naruto dis...