Suara riyuh dari pasar membuat Tenten terbangun. Entah sudah berapa hari dia mengurung diri di dalam rumahnya sejak Neji meninggalkannya. Tenten membuka jendela kamarnya dan melihat orang-orang di Konoha tetap menjalani hidup mereka di saat Tenten merasa kalau waktunya terhenti.
"Tenten!!! " Suara seseorang memanggilnya dari luar, laki-laki dengan pakaian ketat berwarna hijau melambaikan tangan padanya. "Aku tidak melihatmu akhir-akhir ini. Apa kau sakit?"
"Tidak, Aku hanya sedikit lelah "
"Matamu bengkak" Lee menoleh ke penjual bakpao. "Hmm... Kau belum sarapan kan? Aku belikan bakpao kacang merah"
Tenten mengangguk. " Kau tunggu disana saja, aku akan segera kesana"
"Oke Oke "
Tenten menutup jendelanya lalu dia menatap wajahnya di cermin. "Mengerikan"
.
.
.
Rock Lee menunggu Tenten datang menghampirinya. Sesekali dia melakukan squat untuk menghilangkan kebosanan saat menunggunya."Sini" Tenten merebut Bakpao dari tangan Lee.
"Apa kau bertengkar dengan Neji?"
"Uhuk.. tidak bisakah kau berbasa-basi terlebih dulu?" Tenten tersedak ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Lee.
"Jadi, kalian benar-benar bertengkar? "
Suasana menjadi hening, Tenten tidak tahu darimana dia harus bercerita tentang Neji dan perasaannya pada Neji. Bahkan mungkin Tenten tidak yakin apa dia berhak bercerita tentang kejadian itu. Hati kecilnya takut apabila dia bercerita pada Lee, justru akan menimbulkan masalah di rumah tangga Neji dan Hinata. Tenten sudah terlanjur malu karena dia dengan nekat mencium seseorang yang sudah memiliki pasangan. Dia sadar kalau tindakannya salah sekaligus sadar kalau tidak ada kelanjutan dari cerita cintanya pada Neji.
Rock Lee menatap Tenten dan menepuk punggungnya. "Aku tidak akan menghakimimu."
Tenten terdiam dan makan bakpaonya. Rock Lee merasa ada yang tidak beres pada Tenten.
"Apa kau membuat kesalahan besar, Tenten?" Tanya Lee.
"Ya, Aku mencium Neji"
Lee langsung menjitak kepala Tenten. "Apa kau sudah kehilangan akal?!"
"Ya! Kau bilang kau tidak akan menghakimiku! " Tenten menendang kaki Lee. "Aku pikir sepertinya memang aku sudah kehilangan akal, malam itu."
Rock Lee melemaskan pundaknya dan memeluk Tenten. "Jika kau ingin menangis, menangis saja. Aku yakin kau pasti merasa sakit"
Tenten langsung menangis dan memeluk Lee. "Kenapa aku tidak pernah menjadi prioritas utama Neji? Apa kurangku? Aku tidak tahu kalau aku akan jatuh cinta pada temanku sendiri"
Lee mengelus punggung Tenten. Rock Lee merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Tenten, karena dulu dia juga pernah merasakan di posisinya. Lee jatuh cinta pada wanita yang tidak akan pernah jadi miliknya. Sekeras apapun dia berjuang hati wanita itu tidak pernah ada untuknya.
"Lee, Kalau saja aku tahu aku akan jatuh cinta pada Neji. Aku pasti tidak akan pernah ingin jadi temannya. Aku akan menjaga jarak darinya sehingga aku tidak akan berharap banyak. Ini menyakitkan, Hatiku hancur... "
"Tenanglah... " Lee berusaha menenangkan Tenten yang menangis keras.
"Bagaimana aku bisa tenang?! Aku kehilangan cinta dan temanku! Harusnya aku tidak mengungkapkan perasaanku! Harusnya aku tidak menciumnya! Aku.... Aku... Tidak ingin dia pergi dari hidupku, setidaknya sampai aku sudah siap untuk melepaskannya pergi"
Tenten mencengkram baju Lee dan terus menangis, meluapkan perasaannya. Lee menepuk punggung Tenten dan mencoba menenangkannya.
"Apa keistimewaan Hinata ? Kenapa Neji lebih memilihnya?"
"Hmmm.... Keistimewaan Hinata? Menurutku dia sama saja sepertimu atau wanita lainnya, hanya saja hati Neji berlabuh padanya dan itu bukan salahmu. Kau hanya jatuh cinta pada seseorang yang sudah memberikan hatinya pada orang lain. Aku tahu betapa sakitnya itu, karena aku pernah di posisimu. Aku yakin banyak orang di luar sana yang mengalami hal yang serupa dengan yang kita alami. "
"Tapi, Aku merasa jahat pada Neji. Aku takut kalau perasaanku akan membebaninya"
" Kau harus meminta maaf pada Neji, meskipun belum tentu hubungan kalian akan kembali seperti semula tapi sudah menjadi kewajibanmu untuk meminta maaf padanya dan Hinata."
"Bisakah kau menemaniku? Aku tidak bisa pergi menemui mereka sendiri... Aku sudah terlalu malu untuk menatap mereka"
Rock Lee mengangguk pelan dan melepaskan pelukannya. " Tentu saja "
"Apa menurutmu aku akan menemukan orang lain yang mencintaiku ?"
"Mungkin saja, Aku akan membantumu mencari pria baik untukmu."
Tenten mengangguk. "Tolong carikan pria yang memiliki model rambut yang keren"
"Aku akan berusaha semampuku" Lee tertawa terbahak-bahak. " Kalau begitu ayo kita lari keliling Konoha bersama-sama"
"Lari saja sendiri, Bodoh" ucap Tenten.
"Baiklah" Lee membuang sampah ke tempat sampah dan pergi lari menjauh dari Tenten.
Tenten berbalik pulang ke rumahnya namun setelah beberapa langkah dia berbalik dan melihat jalan yang di lalui Lee. " Terimakasih"
.
.
.
Terkadang sangat sulit untuk berdamai dengan masa lalu, karena terlalu banyak kenangan indah maupun buruk yang terjadi tapi itu harus dilakukan jika ingin berjalan untuk melanjutkan hidup."Memang benar kisah cintaku dengan Neji berakhir dengan buruk, tapi Aku harus melanjutkan hidupku. Aku yakin pasti ada seseorang yang sedang menungguku untuk menuliskan Kisah cintanya bersamaku. Menunggu dimulainya Kisah baru di hidupnya." Gumam Tenten lalu dia berjalan masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.
"Selamat tinggal Cinta pertamaku"
To be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
He Knows me: Still Same
FanfictionMerupakan lanjutan dari He knows me yang sebelumnya. Setelah menjadi suami istri, Neji masih saja terbawa sifatnya saat masih belum menikah. Pasangan baru ini masih berusaha untuk mencocokkan diri untuk menjalani hidup setelah menikah. Naruto dis...