prolog

1.4K 402 207
                                    

Hallo, selamat membaca semoga kalian suka maaf ya kalo ada kata kata yang ga nyambung harap maklum .

Tolong jika ada typo tandain yaa🤩

💐Happy Reading💐

---

Seorang gadis memandangi pepohonan di sekelilingnya. Ia melihat daun-daun yang berguguran dengan tatapan kosong. Wajahnya tampak lelah, setelah terbangun dari koma beberapa bulan yang lalu.

Awalnya, ia mengira akan segera pulih, namun kenyataan berkata lain. Mungkin Tuhan memiliki rencana lain untuknya. Gadis itu, Anaya Queen Pratama, seorang yang manis dengan hidung sedikit mancung, lesung pipi, dan mata yang indah, berharap ada keajaiban yang dapat menyembuhkannya.

Saat ia duduk di bawah pohon, seseorang menghampirinya—seorang lelaki yang tampak lebih tua darinya. Lelaki itu terlihat hilang arah, wajahnya penuh kesedihan dan kegelisahan, seakan sedang menghadapi kenyataan pahit.

Setelah lama menikmati pemandangan, Anaya ingin kembali ke ruangannya. Namun, ia lupa bahwa tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Saat ia mencoba bangkit, tubuhnya hampir terjatuh, tetapi lelaki yang menemaninya sigap membantu menahannya.

"Lain kali hati-hati. Kalau nggak kuat, minta tolong saja sama orang terdekat. Jangan memaksakan diri," ujar lelaki itu sambil menahan tubuh Anaya.

Anaya berdiri berkat bantuannya, lalu berkata, "Maaf, dan terima kasih. Kalau nggak ada Kakak, aku pasti sudah jatuh."

Lelaki itu mengangguk sebagai jawaban."Mau aku antar? Kamu di ruangan nomor berapa?" tanyanya.

Anaya berpikir sejenak, lalu menjawab dengan halus, "Nggak usah, Kak. Aku bisa sendiri kok! Sekali lagi terima kasih ya, Kak."

Ia kemudian berjalan dengan tertatih meninggalkan lelaki itu, tetapi belum jauh, tubuh Anaya kembali lemah, dan ia terjatuh.

Melihat hal itu, lelaki tersebut dengan sigap segera menolong Anaya. Ia memapah tubuh Anaya dengan hati-hati.

"Sudah kubilang, sebaiknya kasih tahu saja ruanganmu!" ucapnya sedikit kesal.

Karena tidak ada pilihan lain, Anaya akhirnya memberitahu, "Ruangan VIP 3, Kak. Tapi... aku belum mau kembali ke kamar," katanya sambil menunjuk arah ruangannya.

"Oke, aku temani. Kalau sudah mau balik, bilang saja," jawabnya sambil membuka handphone dan mulai menelepon seseorang.

Anaya melihat lututnya yang terluka akibat jatuh tadi. Ia meringis menahan rasa sakit, meskipun berusaha agar tidak terlihat. Lelaki itu tampak sedang menelepon dan berkata, "Iya, Mah, maafin Arkan. Arkan salah nggak izin pergi tiba-tiba," sebelum akhirnya menutup telepon. Pada saat itu, ponsel Anaya juga berbunyi.

-Flashback on-

"Arkan, Anda terkena kanker jantung stadium 2. Saya harap Anda rutin memeriksa kesehatan," ujar dokter.

"Apa, Dok? Kanker jantung stadium 2? Apakah saya bisa sembuh? Tolong saya, Dok, saya masih ingin berbagi dengan orang lain," ujar Arkan terkejut dengan ekspresi sedih.

"Beritahu orang tuamu dulu. Saya akan bantu semampu saya," kata dokter.

"Tapi, Dok, orang tua saya mungkin tidak peduli. Tolong, Dok, bantu saya!" Arkan mencoba membujuk dokter.

"Kita akan coba kemoterapi untuk menghancurkan sel kanker, agar tidak kembali. Jika Anda disiplin dengan kemoterapi, saya yakin hasilnya akan baik," ujar dokter.

Setelah keluar dari ruang dokter, Arkan merasa lemas dan kecewa. Rasanya seperti Tuhan tidak memberinya kesempatan hidup. Dengan hati yang kacau, ia pergi ke taman rumah sakit untuk menenangkan diri. Saat itu, ia melihat seorang gadis yang hampir terjatuh, dan ia sigap membantunya.

Gadis itu adalah Anaya, yang pada pandangan pertama tampak tidak asing bagi Arkan. Dalam hatinya ia bergumam, "Kok dia mirip Yaya, ya? Ah, mungkin aku cuma halu berharap Yaya datang, padahal dia sudah pindah entah ke mana."

"Lain kali hati-hati, ya," ujar Arkan, lalu membantu Anaya duduk.

-Flashback off-

Suara Telepon Berdering...
Anaya segera mengangkat teleponnya.

"Iya, halo?"
"..."
"Iya, Ayah, maafin Aya tadi keluar kamar sebentar karena bosan."
"..."
"Iya, Ayah, Aya segera kembali ke kamar."

Setelah menutup telepon, Anaya melihat ke arah lelaki itu, yang tampaknya sudah tahu bahwa ia akan kembali ke ruangannya. Tanpa banyak bicara, mereka berjalan bersama menuju ruangan tempat Anaya dirawat.

"Terima kasih banyak, Kak. Aku benar-benar terbantu," ujar Anaya sambil tersenyum manis.

"Iya, sama-sama. Cepat sembuh, ya. Kalau ada waktu, aku akan jenguk kamu lagi," ujar lelaki itu, lalu beranjak pergi.

Ketika Anaya masuk ke dalam kamarnya, ia baru menyadari bahwa ia belum tahu siapa lelaki itu. Bahkan namanya saja ia tidak tahu, hanya kesan tatapan kosong penuh beban yang tertinggal di ingatannya.

to be continued

Halloooooo!!!,Maaf ya kalo banyak kata yang kurang nyambung mohon kerja samanya karna aku baru pertamakali buat cerita makasih ya udah mau bacaaaa💐😁

semoga kalian suka ceritanya 💘

Bunga Terakhir [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang