Harapan untuknya

338 299 115
                                    

"Salah kah jika aku terlalu egois tuhan? tolong tuhan jangan temanku."

-Arkan Adhiyaksa

✧happy reading ..✧

-

-


Suara detak jantung yang terus berdenyut. Disebuah ruangan ICU, Razka dan Gavin yang masih belum sadar. Setelah kecelakaan itu, mereka sudah beberapa hari tak kunjung sadar.

Jika ditanya bagaimana perasaan Arkan saat ini? tentu saja dia khawatir, apa dirinya harus digantikan? mengapa dirinya sebagai ketua yang sangat tidak berguna.

Diruang tunggu ada beberapa siswa yang sedang bergantian untuk menjenguk Razka dan Gavin. Mereka sangat terkejut, karena hal ini membuat satu sekolah mengalami kesedihan.

Untuk geng Gibran, mereka sudah diintrogasi polisi untuk mendapatkan informasi. Sempat Gibran tidak ingin mengakuinya, namun barang bukti sudah ditemu. Mau tak mau Gibran dimasuk kedalam sel tahanan.

Dengan Pasal 459 UU 1/2023, Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

***

K

ini Arkan dan Sahka, sedang nenatap kearah Razka dan Gavin.

"Udah, bukan salah lu ko. Semua udah takdir Arkan!" perkataan Sahka sambil merangkul Arkan.

"Tapi semua gara gara gua, harusnya mereka sasarannya?" sesal Arkan.

Ditengah-tengah obrolan mereka, ada Aya datang untuk menjenguk Razka dan Gavin. Dirinya tidak tahu kalo mereka sedang berbicara, sebab Aya melihatnya mereka sedang menatapin kedua siswa itu.

"Hai Arkan?" sapa Aya.

"Loh Aya?" Arkan yang membalik kearah Aya dan menjawab sapaan Aya.

"Gimana? ka Gavin sama ka Razka? ada perkembangan?" tanya Aya.

"Belum, udah hampir seminggu mereka koma. Gua takut Aya," ucap Arkan, yang sambil memandangi kaca itu.

"Eh gua ke sana dulu ya!" ucap Sahka, keluar dari ruangan itu. Arkan membalas mengangguk.

"Tapi kamu gapapakan? kenapa ikut balapan sih!" celotehan Aya.

"Ya tau salah gua. Tapi demi nama baik sekolah dan geng gua Aya," ungkap Arkan. "Iya, oh ga mau masuk?" sambung Arkan.

"Belum tapi santai. Gantian aja biar yang lain aja dulu," jawab Aya.

Diwaktu itu sudah saatnya Arkan memberitahu kepada Aya, perihal kesehatan dirinya.

"Yaudah duduk dulu," perintah Arkan.

"Ya Arkan," mengikuti Arkan menuju tempat duduk.

"Kayanya gua harus cerita ke lu sekarang," Arkan yang mencoba menatap Aya.

"Kenapa?" Keheranan Aya.

"Penyakit gua. Gua bingung cara bilang ke orangtua gua," tiba tiba rautan wajah Arkan berubah.

"Hah!" ujar Aya yang kaget.

"Ya gua sakit, Kanker jantung stadium 4." suara Arkan tiba tiba mengecil.

Bunga Terakhir [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang