Bandara

122 45 58
                                    

✯ happy reading ✯

-

-


Flashback on>>>

Kini Aya sudah berada dibandara, duduk bersandar sambil menunggu Bian datang.

Aya menunggu dengan gelisah, sosok Bian akhirnya muncul dari pintu bersama seorang wanita bernama Sabia. Sorot mata Bian penuh kebahagiaan, tetapi hati Aya terasa berat saat melihat Sabia yang tampak begitu dekat dengannya.

"Aya!" Bian berseru dengan senyum hangatnya. Mereka berdua saling berpelukan, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara.

"Aya, ini Sabia. Kekasihku," Bian memperkenalkan Sabia kepada Aya, sementara Aya berusaha tersenyum meski hatinya terasa berkecamuk.

Sabia tersenyum ramah, "Salam kenal, Aya. Bian sering bercerita banyak tentangmu."

"Cantik." ucap Aya tersenyum kepada wanita itu sambil membalas jabat tangan.

Tersipu malu wanita saat mendengar ucapan Aya, "Makasih, kamu pun tak kalah cantik!"

"Senang bertemu denganmu, Sabia," jawab Aya dengan suara yang mencoba terdengar tulus.

"Aku pun." ucap lembut Sabia.

"Maaf Aya, mungkin ini mendadak bagi dirimu. Aku akan pindah ke jepang untuk beberapa waktu, ada hal yang aku harus urus bersama Sabia. Aku harap kita masih bisa berteman bukan?" ucapan singkat keluar dari mulut Bian dengan ciri khas tersenyum manis, " Disimpen ya, nanti kalo udah saatnya boleh dibaca ya." Bian memberikan surat kepada Aya.

Aya yang kaget melihat itu, dirinya berusaha mencerna apa kata Bian.

Bian memberikan kado kecil untuk Aya, sebuah buku yang selalu menjadi bahan pembicaraan mereka. Namun, kebahagiaan itu terasa berbeda kali ini.

Pertemuan mereka di bandara penuh dengan senyuman yang terpaksa dan raut wajah yang mencoba menyembunyikan kepedihan. Aya mencoba untuk bersikap biasa, tetapi hatinya terus berbisik bahwa ini adalah pertemuan terakhir mereka.

"Maaf, Aya. Kami harus segera pergi," ucap Bian dengan suara lembut, memberikan salam perpisahan.

Namun disaat Aya akan berkata ternyata pesawat yang akan diterbangi oleh Bian dan Sabia sudah siap, dan membuat Bian dan Sabia berpamitan.

"Sorry ya Aya, aku ga punya banyak waktu udah waktunya berangkat. Selalu bahagia ya. Aku yakin kamu bahagia di Bandung," ucap Bian sambil menenteng tas bawaan Sabia.

"Dah Anayaa, aku bakal jaga Bian. Terimakasih sudah memberikan kepercayaan kepada aku, dan maaf dari Bian." teriak Sabia berpamitan sambil melambaikan tanganya kepada Aya.

Aya melihat mereka berdua berjalan pergi, meninggalkannya dengan rasa kehilangan yang mendalam. Air mata menetes di pipinya, namun Aya mencoba menahan tangisnya. Sabia membalas senyum, tetapi Aya merasa ada kepedihan di balik senyum itu.

Kejadian begitu cepat membuat dirinya sangat kaget, betapa terkejutnya melihat sesosok lelaki yang ia rindukan pergi bersama wanita yang dia pilih.

Dia menyadari bahwa takdir membawa Bian pada jalurnya sendiri, dan cinta yang dulu mereka miliki kini hanya menjadi kenangan indah. Aya melangkah pergi dari bandara dengan hati yang terbebani, memulai babak baru dalam hidupnya yang penuh dengan kenangan dan kepedihan.

Beberapa menit dirinya menangis, akhirnya Aya tersadar dan langsung pergi mencari taksi menuju kerumah barunya.

Flashback off>>>

Bunga Terakhir [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang