Ini cerita tentang dua remaja yang saling berbeda perasaan. Yang satu menjatuhkan hatinya kepada sosok laki-laki pujaannya dan yang satu menutup hatinya rapat-rapat.
Tentang Bianca dan Aksara. Siswa SMA Dharmawangsa yang sama-sama memiliki tingkat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
10. Diary book untuk Aksara
Pagi menjelang siang ini, Bianca tidak sudah-sudah membikin masalah. Yap! Terlambat lagi. Gadis itu disuruh membersihkan halaman sekolah dari pagi tadi. Gadis itu saat ini sedang bersantai di kursi lapangan basket. Dengan mengulum permen susu favoritnya, gadis itu menikmati angin sepoi-sepoi di lapangan basket.
Masalah hukumannya? Sudahlah. Kalian tahu akal licik Bianca. Cewek itu membayar teman sekelasnya untuk menggantikannya. Dengan dibayar 50 ribu saja mereka sudah jingkrak-jingkrak. Bianca tidak sanggup. Baru satu jam saja Bianca baru berhasil mengumpulkan sampah sedikit. Makanya Bianca nyerah saja.
"Andaikan gue bisa main basket. Pasti gue setara sama Aksara. Gue ajakin tanding terus pasti."
"Tapi---- boro-boro gue bisa main basket. Pegang aja udah gerogi parah. Mending gue main kelereng. Jago!"
"Coba aja di sini ada pertandingan kelereng. Gue kalahin semuanya." Ucapnya.
Ya, Bianca sewaktu kecilnya jago sekali kalau main kelereng. Teman masa kecilnya saja cowok semua. Pantas saja Bianca bandel maksimal begini.
"Woy! Ngelamun bae lo. Kesambet tau rasa lo."
Bianca terkejut, menoleh dan mendapati Maxim yang duduk di sebelahnya. "Ngapain lo di sini? Bukannya gue liat lo tadi di hukum. Atau jangan-jangan---"
Bianca merotasikan bola matanya. "Gue tadi udah ngerjain hukuman dari guru BK kesayangan lo itu, ya,"
"Kesayangan gue? Bukannya kesayangan lo, ya? Soalnya lo yang selalu dihukum terus." Potong Maxim terkikik.
Bianca berdecak sebal dan membuang permennya yang tinggal sedikit.
"Oh ya ampun tuan putri ngambek. Enggak-enggak. Mau ngomong apa tadi?" Maxim bertopang dagu dan mendengarkan Bianca dengan seksama.
"Gini ya, ojol. Gue tadi udah ngerjain hukuman gue. Tapi lo tau, kan gue? Gue itu cantik, gue nggak akan biarin kulit gue terbakar sama matahari. Mending hati gue yang terbakar daripada kulit gue. Makanya, gue bayar jasa temen-temen gue buat gantiin gue," jelas Bianca.
Bianca menggeleng dan mengacungkan jempolnya. "Nggak. Aman. Ada temen gue yang jaga di depan kantor BK buat mastiin Pak Topan."
Maxim menepuk-nepuk kepala Bianca. "Pinter juga akal lo."
Bianca menghela napas dan menyingkirkan tangan Maxim.
"Lo jangan panggil-panggil gue ojol lah. Nggak enak banget di dengernya." Ucap Maxim berkomentar.
Bianca menoleh dan tertawa. "Bukannya itu nama lo? Coba lo cari aplikasi Maxim di hape lo. Pati ada yang warnanya kuning itu. Itu aplikasi buat taksi online dan ojek online, kan? Nah berarti sama aja!"