32. Serai Cafe & Jawaban

5.6K 592 528
                                    

Hello, Everyone! Selamat hari senin semuanyaaa!

Apakah hari senin kalian hari yang bahagia?

Aku udah berada ratus tahun ya gak update di sini?

Aku bakal update terus di sini setiap hari karna sebentar lagi Aksara akan jadi nyata! Yeaayy!

Ayo siapkan tabungan kalian buat COD an.

Untuk part ini baca dengan pelan-pelan yaa. Hayati dan nikmati..

Happy reading.

32. Serai Cafe & Jawaban

****

Dari kemarin malam, perasaan Bianca tidak menentu. Di sekolahan Bianca banyak merenung. Perempuan itu tak seperti biasanya yang selalu menonjol dengan penampilannya. Hari ini justru Bianca terlihat biasa saja. Wajahnya tak terpolesi make up sedikitpun.

Bianca menghindar dari orang-orang yang berusaha mendekatinya. Termasuk Pak Topan.

"Hey, Bianca! Kamu ini kenapa? Biasanya juga lari sana lari sini. Kok diem? Akhir-akhir ini kok nggak pernah terlambat lagi?"

Bianca menghentikan langkahnya saat Pak Topan menuntun sepedanya di sampingnya. "Eh, bapak? Nggak apa-apa, Pak. Hari ini Bianca emang lagi kurang enak badan,"

"Bianca harus rajin, Pak. Kata Bunda, nggak baik terlambat terus. Nanti nggak lulus. Yaudah ya, Pak. Bianca pulang dulu. Dadaah, Pak Topan!"

Bianca tak langsung menuju halte busway. Gadis itu melangkah menuju warung yang tak jauh dari sekolahannya. Ia mencari seseorang yang ia cari-cari. Dari kejauhan, Bianca menyipitkan matanya mendapati orang yang ia tuju tengah duduk bersantai bersama teman-temannya.

Bianca menghampirinya.

"Maxim!"

Cowok itu beserta teman-temannya menoleh bersamaan. "Eh Bianca? Kenapa, Bi?"

Bianca menoleh ke arah teman-teman Maxim yang menatapnya penuh dengan tanda tanya. Bianca mengangguk canggung.

"G-gue boleh minta waktu lo sebentar nggak?" Tanya Bianca.

Maxim lantas menatap teman-temannya. Sangat tumben perempuan ini mau menegur orang yang tidak dekat dengannya. Teman-teman Maxim yang berasal dari sekolah sebelah pun sangat tahu siapa Bianca. Pentolan cantik yang sangat menonjol di SMA Dharmawangsa.

"B-boleeeeh! Mau selamanya juga boleh." Maxim mengedipkan matanya genit.

Bianca mengerlingkan matanya. "Ayo,"

"Loh, ke mana?" Tanya Maxim.

"Nggak di sini. Nanti ada setan yang nguping!"

"Ya elah, Bi! Gue mah penjaga rahasia. Udah kenyang gue makan rahasia dari temen-temen gue. Apalagi lo yang nggak gue kenal," ucap salah satu teman Maxim.

Maxim beranjak. "Penting banget emang?"

Bianca mengangguk. "Kalo gue mau nemuin lo berarti itu penting banget." Bianca menarik tangan Maxim. "Ayo!"

Maxim yang ditarik begitu pasrah. Ia menoleh ke arah teman-temannya. "WOY! GUE MAU BISNIS SEBENTAR YA! NANTI HASILNYA BAGI DUA!"

*****

Lonceng berbunyi menandakan pesanan sudah selesai dibuat. Laki-laki yang sedang duduk seorang diri tengah mendongak sambil menghisap rokoknya. Cowok itu melepas tudung hoodienya, memperlihatkan rambutnya yang sedikit basah karna air gerimis.

Seorang laki-laki berpakaian seragam barista itu menghantarkan minuman ke meja nomor 88.

"Silakan kak kopinya,"

Hello, Aksara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang