26. Bunga Terakhir

6.4K 708 43
                                    

Hello, gengsss!

Apakabar kaliaaan?

Masih ingat dengan mommyy?

Hari ini aku berhasil lagi nulis satu bab yang akhir-akhir ini berusaha aku selesaikan.

Thank u gengss yang udah nungguin Aksara updateee.

Oh ya, aksara sudah ada roleplayernya yaa. Nanti akan aku spill di akhir bab iniii.

Happy Reading, geenggss!

-

Aksara Lakeswara

-

Jericho Adhyaksa

-

Joshua

-

Gilang Gasendra

-

Bianca Larissa

-

Alula Nova
-

26. Bunga Terakhir

Mahmud menghirup setangkai bunga yang dipegangnya. "Ahhh! Wanginyaaa! Pasti Bianca suka."

Mahmud lagi, Mahmud lagi. Memang Mahmud ini nggak ada jera-jeranya. Sudah dimiliki oleh orang lain pun Mahmud tak menyerah. Bunga lagi bunga lagi. Jangan sampai nanti waktu Bianca nikah, Mahmud mengirimi bucket bunga segede gaban. Nggak kebayang, gustiii!!!

Orang yang ditunggu Mahmud akhirnya datang juga. Ia refleks membenarkan rambutnya yang lepek terbelah dua itu sambil berjalan menghampiri Bianca.  "H-hai," Mahmud melambaikan tangannya.

Langkah Bianca terhenti saat ia hendak masuk ke kelasnya. "Eh, Mud!" Reflek Bianca menepuk pundak Mahmud.

"Lo ke mana aja? Sakit lo?" Bianca menempelkan punggung tangannya ke dahi Bianca.

Mahmud yang diperlakukan seperti itu senyam-senyum tidak jelas. Menikmati tangan Bianca yang menempel di dahinya.

Bianca mengerutkan dahinya. "Lo kayaknya beneran sakit deh, Mud. Lo mau gue anterin ke rumah sakit jiwa, nggak?"

Tanpa sadar Mahmud mengangguk antusias. "Mau, mau, mau! Soalnya----selama ini aku gila karna kamu, Bi, hihi." Jujur amat, bang.

Sudut bibir atas Bianca reflek tertarik, menandakan ia sangat terkejut sekaligus geli mendengarnya. Jawaban Mahmud sungguh di luar angkasa.

"Pergi, Mud dari hadapan gue. Gue lagi pusing di tambah lo nongol lagi, nongol lagi." Sambil memegang kepalanya Bianca berkata, "duuuh, gustiii! Kayaknya besok yang gue kantongin bukan permen susu lagi. Tapi Paracetamol."

Bianca hendak melangkah memasuki kelasnya namun pergelangan tangannya dicekal oleh Mahmud. "A-anu--- itu, aku---"

"HAH?! APA?! ANU LO KEJEPIT?! ASTAGA, MUUD! BAGAIMANA STORYNYA?!" teriak Bianca refleks. Wajahnya pun pura-pura terkejut.

Anak-anak lainnya yang melewatinya menoleh spontan. Menatap Mahmud dengan kebingungan. Masa anunya kejepit saja Mahmud lapor ke Bianca? Memangnya Bianca pawang anu?!

M-maksudnya anu itu bunga yang dibawa Mahmud. Jangan ke mana-mana yee otak suci kalian! 

Sedangkan Mahmud? Ia sedang menahan munya. Gini-gini Mahmud punya malu brayy. Tapi---nggak apa-apa. Demi Bianca, ia rela urat malunya terputus.

Hello, Aksara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang