Hello everyone! Apakabar kalian? Bagaimana hasil snmptn kalian? Ada yang lolos masuk universitas? Eh! Sekarang apa sih namanya geng? Bukan snmptn lagi ya?Selamat pagi siang sore dan malem semuanyaaa! Hari ini aku update lagi yaaa! Aku coba buat produktifin update setiap hari biar kalian nggak lama nunggunyaa...
Tapi, untuk bab ini dan seterusnya aku kurangi yaaa. Biar nanti kalau terbit nggak kepotong banyaakk. Malah justru aku mau nambahin di versi novelnyaa.
Jangan lupa nabung dari sekarang yaa. Terbitnya kapan sihh? Masih lama laah, ini aja belum selesai.
Pokoknya siapin payung sebelum hujan. Ntar kalau tiba tiba dapet annouch terbit dari aku gimanaaa? Keteteran pastiii.
Para sumini aku udah siap buat bacaaa?
Ehh! Vote dan coment dulu yaaaw. Ramein bab inii yaaw okeeey?
Lets goo to readingg!!
Happy reading gengss!
18. Membuang Gengsi
"Siapa yang gak akan pernah jadi juara hati lo?"
Bianca gelagapan. Cewek itu menggeleng. "Nggak. Bukan siapa-siapa."
Lalu tanpa pamit, Bianca melangkah pergi sebelum akhirnya Aksara menyekal tangan Bianca. Membuat cewek itu berhenti melangkah. Tubuh Bianca seperti mayat hidup, tiba-tiba kaku dan tak bisa memberontak apalagi sekedar menoleh.
"K-kenapa?" Tanya Bianca.
Aksara berdiri di depan Bianca. "Gue yang lo maksud?"
"Hah?" Beo Bianca tak maksud dengan apa yang diucapkan Aksara.
"Yang lo maksud gak bisa jadi juara hati lo itu gue?" Aksara menjelaskan kalimatnya.
Bianca menggeleng. "Bukan. Bukan lo. Jangan GR!" Elak Bianca.
Aksara terkekeh. Ia menundukkan kepalanya sejajar dengan tubuh Bianca. "Gue punya telinga. Dan telinga gue masih berfungsi dengan baik. Hampir setiap minggu gue ke dokter THT untuk bersihin kotoran telinga gue. Jadi, ucapan lo mau dari jarak lima meter sekalipun bisa gue denger."
Bianca diam sekaligus terkejut. Kali pertamanya untuknya mendengar Aksara berbicara sangat panjang seperti ini. Bahkan Binca mengira jika Aksara ini tengah bergurau. Ke dokter THT setiap minggu? Mau bersihin apa jika telinga saja sudah bersih? Mau bersihin kotoran yang bentuknya ghaib?
"Iya. Lo nggak akan pernah jadi juara di hati gue."
"Why?" Aksara mengangkat bahunya. "Bahkan kemarin gue jadi pemenang hati lo sekalipun gue nolak,"
"Kemarin dan hari ini beda, kan?" Ucap Bianca sarkas membuat Aksara terdiam. Cara bicara Bianca sangat berubah. Ternyata benar, patah hati bisa merubah cara orang bersikap.
"Senin sama selasa aja beda. Uang seribu dan dua ribu aja beda. Terus? Kenapa lo menyamakan hal itu? Kemarin ya kemarin. Dan kemarin itu bukan sekarang." Lanjutnya.
Aksara menatap Bianca cukup lekat. "Ikut gue."
Tanpa memperdulikan tolakan Bianca, Aksara menarik tangan Bianca. Membawanya entah ke mana. Bianca memberontak, namun Aksara tambah mengeratkan cekalannya.
"Aksara, lo mau bawa gue ke mana?"
****
Bianca menatap sekeliling, bau usang yang menyengat hidungnya membuat ia bersin beberapa kali. Aksara tertawa melihat Bianca yang menurutnya sangat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Aksara!
Novela JuvenilIni cerita tentang dua remaja yang saling berbeda perasaan. Yang satu menjatuhkan hatinya kepada sosok laki-laki pujaannya dan yang satu menutup hatinya rapat-rapat. Tentang Bianca dan Aksara. Siswa SMA Dharmawangsa yang sama-sama memiliki tingkat...